Tujuh WNI Ditemukan Tewas
A
A
A
SEOUL - Proses evakuasi korban tenggelam kapal penangkap ikan Korea Selatan Oryong 501 terkendala cuaca ekstrem. Tim evakuasi hingga kemarin baru bisa mengevakuasi total 12 anak buah kapal yang tewas termasuk tujuh warga negara Indonesia (WNI).
Tim penyelamat dari Rusia menemukan jasad mereka di sekitar area tenggelamnya kapal penangkap ikan Oryong 501 di Laut Bering, Rusia, kemarin.
”Kru tiga kapal Rusia terlibat dalam operasi pencarian dan penyelamatan itu. Mereka mengangkat 11 jasad korban dari Oryong 501 di bawah laut. Semua jasad dinaikkan ke atas kapal,” ungkap Kepala Koordinasi Angkatan Laut dan Pusat Penyelamatan di Petropavlosvsk-Kamchatsky Rusia, Artur Rets, dikutip TAAS . Sebelumnya seorang anak buah kapal asal Korea Selatan juga tewas akibat hipotermia saat tim penyelamat menemukan delapan korban dalam pencarian pertama pada 1 Desember malam waktu setempat.
Tujuh di antaranya selamat, termasuk tiga WNI. Semua WNI yang berhasil ditemukan berada di atas Kapal Carolina 77 dan Zaliv Zabiyaka. Total korban yang sudah ditemukan ada 19 orang, 12 di antaranya sudah meninggal karena kedinginan. Oryong 501 dioperasikan 60 kru kapal termasuk 35 WNI.
Tim penyelamat masih melakukan operasi pencarian dan penyelamatan terhadap 41 awak lain. Namun, upaya mereka mendapat hambatan. Angin berembus dengan kecepatan 25-27 meter per detik hingga menimbulkan ombak setinggi 5-7 meter. Suhu di lokasi kecelakaan mencapai -10 derajat Celsius. Pandangan mereka juga terbatas akibat ada kabut. Selama operasi tim penyelamat tidak menemukan korban, kecuali lifeboat dan pelampung yang kosong. Artur mengatakan, operasi pencarian ditunda sampai Kamis pagi waktu setempat.
”Hari ini (kemarin) sudah gelap, jadi kami menunda pencarian,” kata dia. Kapal penjaga pantai Amerika Serikat (AS) lain juga akan tiba di lokasi kejadian. Beberapa kapal Korsel, termasuk satu milik Sajo Industry, dilaporkan sudah lebih dulu tiba di lokasi dan akan ikut membantu proses pencarian pada Kamis pagi waktu setempat.
Proses pencarian juga akan dibantu pantauan udara mengingat jet Pelayanan Keamanan Federal Rusia, Antonov An-26, sudah tiba di Anadyr. Antonov An-26 awalnya direncanakan melakukan pencarian kemarin. Namun, penerbangan itu ditunda menyusul risiko tinggi dari angin badai dan halilintar.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi baru menerima informasi ada enam warga negara Indonesia meninggal yang sudah berhasil dievakuasi. ”Selain yang tiga selamat saat ini ada enam yang ditemukan meninggal dan sekarang sedang dilakukan verifikasi jenazah,” kata dia di Kantor Presiden Jakarta kemarin. Menurut Retno, informasi evakuasi enam warga negara Indonesia itu diterimanya kemarin sekitar pukul 14.00 WIB.
Dia menambahkan dirinya akan melakukan rekonfirmasi ke Kedutaan RI yang ada di Seoul, Korsel.”Identitas belum bisa kita sampaikan karena harus diverifikasi. Yang sudah diverifikasi bahwa keluarganya yang (akan) diberi tahu, katanya. Juru bicara (jubir) Kemenlu, Michael Tene, mengatakan, pihaknya terus berkoordinasi dengan otoritas Korsel dan Rusia dalam memantau perkembangan insiden ini.
Dia berharap upaya pencarian dan penyelamatan seluruh korban dapat berjalan lancar. Kemenlu juga akan melakukan klarifikasi terhadap semua korban WNI, baik yang selamat ataupun tidak, setelah kapal Carolina 77 dan Zaliv Zabiyaka sudah berlabuh.
Terkait usulan pengiriman tim pencari dan penyelamat atau Search and Rescue (SAR) Indonesia ke lokasi karam kapal pencari ikan asal Korea Selatan itu di Selat Bering, Rusia, terkendala waktu. ”Pengiriman tim SAR Indonesia ke Selat Bering, saya kira, tidak praktis karena pencarian dan penyelamatan awak kapal di sana perlu dilakukan sesegera mungkin dan tidak bisa ditunda,” kata Michael Tene.
Sedangkan Sajo Industry mengaku pesimistis dalam pencarian dan penyelamatan ini. Selain cuaca buruk, empasan ombak diLaut Bering juga sangat ganas. Suhu di laut juga sangat dingin dan berpeluang menyebabkan hipotermia. Karena itu, semua korban yang masih belum ditemukan kemungkinan kecil dapat bertahan hidup. Beberapa jenazah yang memakai pelampung juga ditemukan dalam keadaan membeku.
Empat sekoci darurat telah ditemukan dalam keadaan rusak. ”Dua korban yang memakai pelampung juga bersuhu tubuh rendah saat kami menemukan mereka di sekitar lokasi tenggelam Oryong 501,” pungkas juru bicara (jubir) Sajo Industry, dilansir Wftv . Pencarian dan penyelamatan ini sudah dilakukan selama tiga hari secara intensif. Operasi pencarian ini juga sudah dibantu Kamchatka Border Guard Directorate dan Kapal AS Coast Guard HC-130 yang berbasis di luar Kodiak.
Mereka semua cemas seluruh sisa awak korban Oryong 501 yang masih dinyatakan hilang sudah meninggal. AS juga sudah mengirimkan Kapal Coast Guard Cutter Munro. Kapal itu menempuh perjalanan sepanjang 580 miles dari Pelabuhan Dutch sebelum tiba di lokasi kecelakaan. ”Tujuan kami ialah melindungi nyawa di laut, baik di laut AS ataupun dunia internasional,” ujar Kapten Diane Durham Chief of Response Coast Guard 17th District, dikutipAlaskanativenews .
Lebih lanjut Durham mengatakan terus bekerja sama dengan Kamchatka Border Guard Directorate dalam melakukan pencarian dan penyelamatan korban. Dia mengaku melihat lima kapal Samaritan di lokasi kejadian yang ikut membantu proses evakuasi. Menurut Durham, komitmen dan kepedulian yang mereka tunjukan patut diacungi jempol. Penyebab utama kecelakaan itu diduga kuat karena gelombang badai yang sangat dahsyat.
Perwakilan Sajo Industry, yang mengambil alih Oryong 501 pada 2010 dari Spanyol, mengatakan, bagian kapal berbobot 1.753 ton itu rusak saat melaut pada Senin (1/12). Akibat itu, air laut masuk dan berangsur membuat badan kapal miring. Oryong 501 tenggelam diLaut Bering, yang berjarak 117 mil dari tepi pantai Chukotka, dalam waktu sekitar 30 menit pada Senin (1/12) malam.
Karena itu, para awak tidak sempat mengirimkan sinyal. Semua kapal yang berdekatan mengetahui kondisi kritis Oryong 501 dari rambu-rambu pelampung darurat. Oryong 501 merupakan kapal penangkap ikan jenistrawler. Kapal ini melaut pada 10 Juli 2014 pukul 14.00 waktu Korsel dari Pelabuhan Busan menuju Rusia.
Muh shamil / Rarasati syarief/ant
Tim penyelamat dari Rusia menemukan jasad mereka di sekitar area tenggelamnya kapal penangkap ikan Oryong 501 di Laut Bering, Rusia, kemarin.
”Kru tiga kapal Rusia terlibat dalam operasi pencarian dan penyelamatan itu. Mereka mengangkat 11 jasad korban dari Oryong 501 di bawah laut. Semua jasad dinaikkan ke atas kapal,” ungkap Kepala Koordinasi Angkatan Laut dan Pusat Penyelamatan di Petropavlosvsk-Kamchatsky Rusia, Artur Rets, dikutip TAAS . Sebelumnya seorang anak buah kapal asal Korea Selatan juga tewas akibat hipotermia saat tim penyelamat menemukan delapan korban dalam pencarian pertama pada 1 Desember malam waktu setempat.
Tujuh di antaranya selamat, termasuk tiga WNI. Semua WNI yang berhasil ditemukan berada di atas Kapal Carolina 77 dan Zaliv Zabiyaka. Total korban yang sudah ditemukan ada 19 orang, 12 di antaranya sudah meninggal karena kedinginan. Oryong 501 dioperasikan 60 kru kapal termasuk 35 WNI.
Tim penyelamat masih melakukan operasi pencarian dan penyelamatan terhadap 41 awak lain. Namun, upaya mereka mendapat hambatan. Angin berembus dengan kecepatan 25-27 meter per detik hingga menimbulkan ombak setinggi 5-7 meter. Suhu di lokasi kecelakaan mencapai -10 derajat Celsius. Pandangan mereka juga terbatas akibat ada kabut. Selama operasi tim penyelamat tidak menemukan korban, kecuali lifeboat dan pelampung yang kosong. Artur mengatakan, operasi pencarian ditunda sampai Kamis pagi waktu setempat.
”Hari ini (kemarin) sudah gelap, jadi kami menunda pencarian,” kata dia. Kapal penjaga pantai Amerika Serikat (AS) lain juga akan tiba di lokasi kejadian. Beberapa kapal Korsel, termasuk satu milik Sajo Industry, dilaporkan sudah lebih dulu tiba di lokasi dan akan ikut membantu proses pencarian pada Kamis pagi waktu setempat.
Proses pencarian juga akan dibantu pantauan udara mengingat jet Pelayanan Keamanan Federal Rusia, Antonov An-26, sudah tiba di Anadyr. Antonov An-26 awalnya direncanakan melakukan pencarian kemarin. Namun, penerbangan itu ditunda menyusul risiko tinggi dari angin badai dan halilintar.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi baru menerima informasi ada enam warga negara Indonesia meninggal yang sudah berhasil dievakuasi. ”Selain yang tiga selamat saat ini ada enam yang ditemukan meninggal dan sekarang sedang dilakukan verifikasi jenazah,” kata dia di Kantor Presiden Jakarta kemarin. Menurut Retno, informasi evakuasi enam warga negara Indonesia itu diterimanya kemarin sekitar pukul 14.00 WIB.
Dia menambahkan dirinya akan melakukan rekonfirmasi ke Kedutaan RI yang ada di Seoul, Korsel.”Identitas belum bisa kita sampaikan karena harus diverifikasi. Yang sudah diverifikasi bahwa keluarganya yang (akan) diberi tahu, katanya. Juru bicara (jubir) Kemenlu, Michael Tene, mengatakan, pihaknya terus berkoordinasi dengan otoritas Korsel dan Rusia dalam memantau perkembangan insiden ini.
Dia berharap upaya pencarian dan penyelamatan seluruh korban dapat berjalan lancar. Kemenlu juga akan melakukan klarifikasi terhadap semua korban WNI, baik yang selamat ataupun tidak, setelah kapal Carolina 77 dan Zaliv Zabiyaka sudah berlabuh.
Terkait usulan pengiriman tim pencari dan penyelamat atau Search and Rescue (SAR) Indonesia ke lokasi karam kapal pencari ikan asal Korea Selatan itu di Selat Bering, Rusia, terkendala waktu. ”Pengiriman tim SAR Indonesia ke Selat Bering, saya kira, tidak praktis karena pencarian dan penyelamatan awak kapal di sana perlu dilakukan sesegera mungkin dan tidak bisa ditunda,” kata Michael Tene.
Sedangkan Sajo Industry mengaku pesimistis dalam pencarian dan penyelamatan ini. Selain cuaca buruk, empasan ombak diLaut Bering juga sangat ganas. Suhu di laut juga sangat dingin dan berpeluang menyebabkan hipotermia. Karena itu, semua korban yang masih belum ditemukan kemungkinan kecil dapat bertahan hidup. Beberapa jenazah yang memakai pelampung juga ditemukan dalam keadaan membeku.
Empat sekoci darurat telah ditemukan dalam keadaan rusak. ”Dua korban yang memakai pelampung juga bersuhu tubuh rendah saat kami menemukan mereka di sekitar lokasi tenggelam Oryong 501,” pungkas juru bicara (jubir) Sajo Industry, dilansir Wftv . Pencarian dan penyelamatan ini sudah dilakukan selama tiga hari secara intensif. Operasi pencarian ini juga sudah dibantu Kamchatka Border Guard Directorate dan Kapal AS Coast Guard HC-130 yang berbasis di luar Kodiak.
Mereka semua cemas seluruh sisa awak korban Oryong 501 yang masih dinyatakan hilang sudah meninggal. AS juga sudah mengirimkan Kapal Coast Guard Cutter Munro. Kapal itu menempuh perjalanan sepanjang 580 miles dari Pelabuhan Dutch sebelum tiba di lokasi kecelakaan. ”Tujuan kami ialah melindungi nyawa di laut, baik di laut AS ataupun dunia internasional,” ujar Kapten Diane Durham Chief of Response Coast Guard 17th District, dikutipAlaskanativenews .
Lebih lanjut Durham mengatakan terus bekerja sama dengan Kamchatka Border Guard Directorate dalam melakukan pencarian dan penyelamatan korban. Dia mengaku melihat lima kapal Samaritan di lokasi kejadian yang ikut membantu proses evakuasi. Menurut Durham, komitmen dan kepedulian yang mereka tunjukan patut diacungi jempol. Penyebab utama kecelakaan itu diduga kuat karena gelombang badai yang sangat dahsyat.
Perwakilan Sajo Industry, yang mengambil alih Oryong 501 pada 2010 dari Spanyol, mengatakan, bagian kapal berbobot 1.753 ton itu rusak saat melaut pada Senin (1/12). Akibat itu, air laut masuk dan berangsur membuat badan kapal miring. Oryong 501 tenggelam diLaut Bering, yang berjarak 117 mil dari tepi pantai Chukotka, dalam waktu sekitar 30 menit pada Senin (1/12) malam.
Karena itu, para awak tidak sempat mengirimkan sinyal. Semua kapal yang berdekatan mengetahui kondisi kritis Oryong 501 dari rambu-rambu pelampung darurat. Oryong 501 merupakan kapal penangkap ikan jenistrawler. Kapal ini melaut pada 10 Juli 2014 pukul 14.00 waktu Korsel dari Pelabuhan Busan menuju Rusia.
Muh shamil / Rarasati syarief/ant
(ars)