Perempuan Tak Subur Kini Memiliki Kesempatan Melahirkan
A
A
A
STOCKHOLM - Dua perempuan berhasil melahirkan bayi laki-laki setelah melakukan transplantasi rahim. Itu menjadi terobosan besar bagi ribuan perempuan di dunia yang ingin mengandung dan melahirkan anak sendiri.
Dua perempuan itu menjadi pionir dalam kesuksesan operasi transplantasi rahim. Bayi lelaki yang dilahirkan sebulan lalu di Swedia itu kini dalam kondisi sehat dan tinggal bersama ibu mereka di rumah masing-masing. Dari sembilan ibu, tujuh perempuan di antaranya berhasil hamil.
“Itu operasi rahim yang sukses. Itu mungkin akan berdampak besar seperti surrogacy - ibu pengganti komersial,” tutur Allan Pacey dari British Fertility Society, dikutip Daily Mail. “Perempuan lebih memilih memiliki bayi mereka sendiri dan hamil dibandingkan hanya melihat perempuan lain yang hamil.” Sedangkan Henrik Hagberg, profesor dari Kings College London, Inggris, memuji nenek bayi yang telah mendonasikan rahimnya kepada anak perempuannya.
“Ini hadiah yang luar biasa. Itu hal terbaik yang dilakukan untuk anak perempuan,” ungkapnya. Hagberg juga akan mengembangkan operasi transplantasi rahim di Inggris. “Saya yakin ini sesuatu bagi masa depan. Sesuatu yang menjanjikan,” ungkapnya. Bayi pertama dari rahim transplantasi seorang perempuan Swedia berusia 29 tahun itu seberat 2,4 kg.
Dia mendapatkan transplantasi rahim ibu kandungnya. Sedangkan ibu kedua yang merupakan warga Swedia,34, yang kehilangan rahimnya akibat kanker pada usia 20 tahunan, berhasil melahirkan bayi sehat seberat 2,4kg. Dia mendapatkan transplantasi rahim dari seorang teman yang berusia 61 tahun dan telah memasuki usia menopause.
“Setelah bayi itu lahir dan saya menggendongnya, itu pertama kalinya saya merasa seperti seorang ibu,” kata ibu yang pernah menjadi atlet ini.
Bayinya diberi nama Vincent. Kesuksesan dua perempuan Swedia itu memicu Richard Smith dari lembaga amal Transplantasi Rahim Inggris melakukan operasi yang sama. Dia berencana menggunakan donor dari orang yang sudah meninggal dunia. “Uji coba pertama akan dilakukan secepatnya, minimal musim panas mendatang,” janjinya.
Profesor Mats Brannstrom, pemimpin operasi transplantasi rahim di Swedia, mendukung operasi transplantasi rahim dengan donor dari orang yang sudah meninggal. “Proyek itu akan sukses. Bayi hasil transplantasi rahim Inggris pertama akan lahir tiga tahun mendatang,” tutur Brannstrom. Seperti dilansir BBC , keberhasilan Brannstrom melakukan operasi transplantasi rahim di Swedia bukan dicapai dalam waktu cepat.
Dia menghabiskan waktu selama 15 tahun untuk mengembangkan teknik transplantasi rahim. “Kelahiran ini membuka kemungkinan untuk mengobati banyak perempuan di dunia yang menderita infertilitas,” katanya. Pengobatan terhadap penyakit kanker dan kelainan saat lahir merupakan alasan utama mengapa sejumlah perempuan tidak memiliki rahim yang dapat memproduksi janin.
Seperti dilaporkan Telegraph, transplantasi rahim telah dilaksanakan di beberapa negara lain seperti Turki dan Arab Saudi. Tapi, belum ada bayi yang dilahirkan hingga suksesnya operasi transplantasi di Swedia. Kini tim dokter di Amerika Serikat, China, dan Australia juga akan memulai program transplantasi rahim.
Andika hendra m
Dua perempuan itu menjadi pionir dalam kesuksesan operasi transplantasi rahim. Bayi lelaki yang dilahirkan sebulan lalu di Swedia itu kini dalam kondisi sehat dan tinggal bersama ibu mereka di rumah masing-masing. Dari sembilan ibu, tujuh perempuan di antaranya berhasil hamil.
“Itu operasi rahim yang sukses. Itu mungkin akan berdampak besar seperti surrogacy - ibu pengganti komersial,” tutur Allan Pacey dari British Fertility Society, dikutip Daily Mail. “Perempuan lebih memilih memiliki bayi mereka sendiri dan hamil dibandingkan hanya melihat perempuan lain yang hamil.” Sedangkan Henrik Hagberg, profesor dari Kings College London, Inggris, memuji nenek bayi yang telah mendonasikan rahimnya kepada anak perempuannya.
“Ini hadiah yang luar biasa. Itu hal terbaik yang dilakukan untuk anak perempuan,” ungkapnya. Hagberg juga akan mengembangkan operasi transplantasi rahim di Inggris. “Saya yakin ini sesuatu bagi masa depan. Sesuatu yang menjanjikan,” ungkapnya. Bayi pertama dari rahim transplantasi seorang perempuan Swedia berusia 29 tahun itu seberat 2,4 kg.
Dia mendapatkan transplantasi rahim ibu kandungnya. Sedangkan ibu kedua yang merupakan warga Swedia,34, yang kehilangan rahimnya akibat kanker pada usia 20 tahunan, berhasil melahirkan bayi sehat seberat 2,4kg. Dia mendapatkan transplantasi rahim dari seorang teman yang berusia 61 tahun dan telah memasuki usia menopause.
“Setelah bayi itu lahir dan saya menggendongnya, itu pertama kalinya saya merasa seperti seorang ibu,” kata ibu yang pernah menjadi atlet ini.
Bayinya diberi nama Vincent. Kesuksesan dua perempuan Swedia itu memicu Richard Smith dari lembaga amal Transplantasi Rahim Inggris melakukan operasi yang sama. Dia berencana menggunakan donor dari orang yang sudah meninggal dunia. “Uji coba pertama akan dilakukan secepatnya, minimal musim panas mendatang,” janjinya.
Profesor Mats Brannstrom, pemimpin operasi transplantasi rahim di Swedia, mendukung operasi transplantasi rahim dengan donor dari orang yang sudah meninggal. “Proyek itu akan sukses. Bayi hasil transplantasi rahim Inggris pertama akan lahir tiga tahun mendatang,” tutur Brannstrom. Seperti dilansir BBC , keberhasilan Brannstrom melakukan operasi transplantasi rahim di Swedia bukan dicapai dalam waktu cepat.
Dia menghabiskan waktu selama 15 tahun untuk mengembangkan teknik transplantasi rahim. “Kelahiran ini membuka kemungkinan untuk mengobati banyak perempuan di dunia yang menderita infertilitas,” katanya. Pengobatan terhadap penyakit kanker dan kelainan saat lahir merupakan alasan utama mengapa sejumlah perempuan tidak memiliki rahim yang dapat memproduksi janin.
Seperti dilaporkan Telegraph, transplantasi rahim telah dilaksanakan di beberapa negara lain seperti Turki dan Arab Saudi. Tapi, belum ada bayi yang dilahirkan hingga suksesnya operasi transplantasi di Swedia. Kini tim dokter di Amerika Serikat, China, dan Australia juga akan memulai program transplantasi rahim.
Andika hendra m
(ars)