Kontribusi Perekonomian Industri Pertahanan
A
A
A
Alam Indonesia menyimpan kekayaan tiada terkira.Di lautan tersimpan jutaan jenis ikan dan terumbu karang, sementara di daratan negara ini punya sumber daya alam berlimpah, mulai sumber-sumber minyak dan gas, hingga hasil tambang.
Selain itu, Indonesia juga terdiri lebih dari 17.000 pulau dengan keragaman suku, etnis, dan budayanya masing- masing.
Dengan modal kekayaan alam yang melimpah dan kearifan lokal yang begitu beragam, sudah pasti tidak mudah menjaga kedaulatan sebuah negara. Dengan isu perbedaan dan perebutan sumber daya alam, kedaulatan NKRI akan mudah digoyah bangsa lain. Politik pecah-belah akan senantiasa dihembuskan, serta sentimen identitas akan selalu dijadikan pemantik untuk melahirkan konflik.
Jika kondisi chaos terjadi di banyak daerah, khususnya di kawasan-kawasan perbatasan, kepentingan bangsa lain pun akan mudah masuk. Kapal-kapal asing akan mencuri ikan di lautan Indonesia dengan mudahnya, dan pesawat-pesawat negara lain dengan tanpa izin seenaknya melewati jalur penerbangan dalam negeri.
Demi kepentingan ini, industri pertahanan mutlak mendapat perhatian lebih dari pemerintah. Dukungan tersebut dapat berupa penganggaran maupun kebijakan. Hal ini bertujuan agar industri pertahanan mampu memfasilitasi alutsista Tentara Nasional Indonesia (TNI) secara lengkap. Lebih dari itu, sektor ini bisa memberikan nilai tambah ekonomi bagi negara karena beberapa produksinya diekspor ke banyak negara.
Alutsista yang kuat menjadi tolak ukur di hadapan bangsa lain bahwa Indonesia adalah negara yang kuat di bidang militer. Salah satu produsen peralatan pertahanan dan keamanan terkemuka adalah PT Pindad (persero), BUMN yang bergerak dalam bidang penyediaan, pemeliharaan, dan uji alutsista.
PT Pindad juga memproduksi sejumlah produk alutsista yang sifatnya komersial, di antaranya produk senjata dan amunisi, kendaraan khusus, produk pyrotechnic (bahan pendorong dan bahan peledak), konversi energi, mesin industri dan peralatan industrial, mekanikal, elektrikal optikal dan opto elektronik. Dalam beberapa tahun ini, PT Pindad mengalami perkembangan signifikan dalam hal inovasi produk dan jalinan kemitraan dengan sejumlah industri pertahanan dunia.
Pada pertengahan bulan lalu misalnya, PT Pindad menyepakati skema kerja sama dengan produsen turret (sistem persenjataan) terkemuka, Cockerill Maintenance & Ingenierie (CMI Defense), Belgia. Perjanjian ini membahas mengenai pengembangan bisnis sistem persenjataan jangka panjang yang akan berlokasi di Indonesia. PT Pindad dan CMI Defence akan saling berkontribusi dalam mewujudkan hubungan kerja sama yang saling menguntungkan.
Pasar di Asia dan ASEAN akan coba dijajaki CMI Defence melalui Pindad dan lokasi produksi dari kerja sama ini akan dilakukan dan difasilitasi produksi PT Pindad di Bandung. Produk pertama hasil kolaborasi para awak Pindad dan CMI Defence adalah kendaraan lapis baja (panser) kanon 90 mm.
Kendaraan dengan daya jelajah maksimum 90 kilometer per jam ini mampu menggotong sistem persenjataan Cockerill dengan kanon 90 milimeter. “Jenis kendaraan tempur lapis baja ini kami hadirkan untuk menjawab kebutuhan TNI sesuai dengan kebijakan MEF (Minimum Essential Forces) dalam pengadaan kendaraan tempur,” ujar Plt Direktur Utama PT Pindad Tri Hardjono dalam rilis resminya beberapa waktu lalu.
Di bidang lain, Pindad menggandeng Rheinmetall Land System (RLS) dari Jerman, untuk kerja sama kegiatan overhauling, upgrading, servicing, maintenance dan modifikasi, termasuk peralatan dan support untuk TNI. Beberapa poin tersebut akan dilakukan terhadap beberapa produk kendaraan tempur seperti MBT Leopard 2 RI, MBT Leopard 2 A4 + CS, MBT Leopard 2 Driver Training Tank, AIFV Marder 1A3 RI, ARV Buffalo, ARV 2, AEV Badger, AVLB Beaver, dan Gunnery/Driving Simulator.
Beberapa upgrading dan modifikasi juga dapat dilakukan kepada beberapa produk kendaraan, yaitu IFV Marder Command Post varian Komando, IFV Marder APC varian Logistik, dan IFV Marder AMB varian ambulans. Tri Hardjono menuturkan, jalan panjang telah manajemen Pindad lalui untuk meretas ikhtiar dengan berbagai mitra internasional.
“Intisarinya semua upaya itu merupakan wujud komitmenkamidalammendorong bangkitnya industri pertahanan dalam negeri, dalam hal ini Pindad, untuk bisa masuk pada mata rantai supply chain produk alat utama sistem persenjataan global,” sambung Tri. Menurut pengamat militer dan intelijen Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati, tak dapat dimungkiri bahwa sektor pertahananmerupakansatudari sekian industri strategis di Indonesia yang perlu mendapat dukungan.
Untuk itu, semua pihak terutama pemerintah perlu mendukungnya, terlebih perusahaan ini melayani pemesanan dari negara-negara lain. “Saya melihat ada kemajuan, apalagi Pindad juga sudah dapat melakukan retrofit beberapa alutsista yang lain. Berita ini sangat menggembirakan bagi TNI,” kata Nuning kepada KORAN SINDO kemarin.
Nafi muthohirin
Selain itu, Indonesia juga terdiri lebih dari 17.000 pulau dengan keragaman suku, etnis, dan budayanya masing- masing.
Dengan modal kekayaan alam yang melimpah dan kearifan lokal yang begitu beragam, sudah pasti tidak mudah menjaga kedaulatan sebuah negara. Dengan isu perbedaan dan perebutan sumber daya alam, kedaulatan NKRI akan mudah digoyah bangsa lain. Politik pecah-belah akan senantiasa dihembuskan, serta sentimen identitas akan selalu dijadikan pemantik untuk melahirkan konflik.
Jika kondisi chaos terjadi di banyak daerah, khususnya di kawasan-kawasan perbatasan, kepentingan bangsa lain pun akan mudah masuk. Kapal-kapal asing akan mencuri ikan di lautan Indonesia dengan mudahnya, dan pesawat-pesawat negara lain dengan tanpa izin seenaknya melewati jalur penerbangan dalam negeri.
Demi kepentingan ini, industri pertahanan mutlak mendapat perhatian lebih dari pemerintah. Dukungan tersebut dapat berupa penganggaran maupun kebijakan. Hal ini bertujuan agar industri pertahanan mampu memfasilitasi alutsista Tentara Nasional Indonesia (TNI) secara lengkap. Lebih dari itu, sektor ini bisa memberikan nilai tambah ekonomi bagi negara karena beberapa produksinya diekspor ke banyak negara.
Alutsista yang kuat menjadi tolak ukur di hadapan bangsa lain bahwa Indonesia adalah negara yang kuat di bidang militer. Salah satu produsen peralatan pertahanan dan keamanan terkemuka adalah PT Pindad (persero), BUMN yang bergerak dalam bidang penyediaan, pemeliharaan, dan uji alutsista.
PT Pindad juga memproduksi sejumlah produk alutsista yang sifatnya komersial, di antaranya produk senjata dan amunisi, kendaraan khusus, produk pyrotechnic (bahan pendorong dan bahan peledak), konversi energi, mesin industri dan peralatan industrial, mekanikal, elektrikal optikal dan opto elektronik. Dalam beberapa tahun ini, PT Pindad mengalami perkembangan signifikan dalam hal inovasi produk dan jalinan kemitraan dengan sejumlah industri pertahanan dunia.
Pada pertengahan bulan lalu misalnya, PT Pindad menyepakati skema kerja sama dengan produsen turret (sistem persenjataan) terkemuka, Cockerill Maintenance & Ingenierie (CMI Defense), Belgia. Perjanjian ini membahas mengenai pengembangan bisnis sistem persenjataan jangka panjang yang akan berlokasi di Indonesia. PT Pindad dan CMI Defence akan saling berkontribusi dalam mewujudkan hubungan kerja sama yang saling menguntungkan.
Pasar di Asia dan ASEAN akan coba dijajaki CMI Defence melalui Pindad dan lokasi produksi dari kerja sama ini akan dilakukan dan difasilitasi produksi PT Pindad di Bandung. Produk pertama hasil kolaborasi para awak Pindad dan CMI Defence adalah kendaraan lapis baja (panser) kanon 90 mm.
Kendaraan dengan daya jelajah maksimum 90 kilometer per jam ini mampu menggotong sistem persenjataan Cockerill dengan kanon 90 milimeter. “Jenis kendaraan tempur lapis baja ini kami hadirkan untuk menjawab kebutuhan TNI sesuai dengan kebijakan MEF (Minimum Essential Forces) dalam pengadaan kendaraan tempur,” ujar Plt Direktur Utama PT Pindad Tri Hardjono dalam rilis resminya beberapa waktu lalu.
Di bidang lain, Pindad menggandeng Rheinmetall Land System (RLS) dari Jerman, untuk kerja sama kegiatan overhauling, upgrading, servicing, maintenance dan modifikasi, termasuk peralatan dan support untuk TNI. Beberapa poin tersebut akan dilakukan terhadap beberapa produk kendaraan tempur seperti MBT Leopard 2 RI, MBT Leopard 2 A4 + CS, MBT Leopard 2 Driver Training Tank, AIFV Marder 1A3 RI, ARV Buffalo, ARV 2, AEV Badger, AVLB Beaver, dan Gunnery/Driving Simulator.
Beberapa upgrading dan modifikasi juga dapat dilakukan kepada beberapa produk kendaraan, yaitu IFV Marder Command Post varian Komando, IFV Marder APC varian Logistik, dan IFV Marder AMB varian ambulans. Tri Hardjono menuturkan, jalan panjang telah manajemen Pindad lalui untuk meretas ikhtiar dengan berbagai mitra internasional.
“Intisarinya semua upaya itu merupakan wujud komitmenkamidalammendorong bangkitnya industri pertahanan dalam negeri, dalam hal ini Pindad, untuk bisa masuk pada mata rantai supply chain produk alat utama sistem persenjataan global,” sambung Tri. Menurut pengamat militer dan intelijen Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati, tak dapat dimungkiri bahwa sektor pertahananmerupakansatudari sekian industri strategis di Indonesia yang perlu mendapat dukungan.
Untuk itu, semua pihak terutama pemerintah perlu mendukungnya, terlebih perusahaan ini melayani pemesanan dari negara-negara lain. “Saya melihat ada kemajuan, apalagi Pindad juga sudah dapat melakukan retrofit beberapa alutsista yang lain. Berita ini sangat menggembirakan bagi TNI,” kata Nuning kepada KORAN SINDO kemarin.
Nafi muthohirin
(ars)