Presidium Sebuah Kudeta Inkonstitusional
A
A
A
MANGUPURA - Pembentukan presidium penyelamat partai yang dilakukan secara sepihak oleh sejumlah kader Partai Golkar dinilai sebagai sebuah kudeta yang inkonstitusional.
Hal itu disampaikan Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie (Ical) saat membuka secara resmi Musyawarah Nasional (Munas) IX Partai Golkar di Hotel Westin, Nusa Dua, Bali, Minggu (30/11/2014) malam.
"Imbauan kepada kader-kader kita yang mengambil langkah sepihak yang disebut presidium partai. Cara yang mereka adalah sebuah kudeta yang inkonstitusional, tidak ada tata aturan. Apalagi dilakukan dengan cara-cara intimidasi dan premanisme," ujarnya.
Menurut Ical, dirinya tidak mungkin memenuhi permintaan yang diinginkan oleh Agung Laksono dan Priyo Budi Santoso karena berbeda dengan hasil rapimnas. Padahal, dalam rapimnas di Yogyakarta mereka juga ikut hadir dan telah menyampaikan pendapatnya. Namun, ketika hasil putusan ditetapkan tidak ada satupun dari mereka yang melakukan protes.
"Agung, Priyo, mereka meminta sesuatu yang tidak mungkin saya berikan. Meskipun saya ingin Munas 2015. Tapi saya harus patuh pada hasil rapimnas. Keputusan rapimnas di atas rapat pleno. Kalau saya ikuti, saya tidak punya otoritas, lalu kalau saya ikuti maka saya akan jadi pemimpin otoriter. Ini bukan putusan orang per orang, tapi organisasi," jelasnya.
Mantan Menko Kesra ini mengapresiasi sikap caketum MS Hidayat dan Airlangga Hartarto yang tidak ikut-ikutan terlibat dalam cara-cara inkonstitusional. Begitu juga dengan Ketua Dewan Pertimbangan Akbar Tandjung dan Ketua Mahkamah Partai Muladi yang dengan tegas menyatakan mendukung presidium adalah langkah inkonstitusional.
"Saya mengimbau dan mengajak kepada semua kader Golkar, hentikanlah pertentangan yang tidak perlu, mari saling memafkan, mengulurkan tangan dan berjuang bersama. Bersatu kita teguh dan bercerai kita runtuh, akan kehilangan arah," ucapnya.
Di usia Partai Golkar yang ke-50 tahun, Ical mengajak kepada semua peserta untuk membuktikan bahwa kader golkar bisa menjadi contoh dan membangun party of ideas, bukan dengan cara-cara kekerasan. Ical juga mengajak agar kadernya solid dan tidak bisa dipecah-pecah oleh siapa pun.
Hal itu disampaikan Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie (Ical) saat membuka secara resmi Musyawarah Nasional (Munas) IX Partai Golkar di Hotel Westin, Nusa Dua, Bali, Minggu (30/11/2014) malam.
"Imbauan kepada kader-kader kita yang mengambil langkah sepihak yang disebut presidium partai. Cara yang mereka adalah sebuah kudeta yang inkonstitusional, tidak ada tata aturan. Apalagi dilakukan dengan cara-cara intimidasi dan premanisme," ujarnya.
Menurut Ical, dirinya tidak mungkin memenuhi permintaan yang diinginkan oleh Agung Laksono dan Priyo Budi Santoso karena berbeda dengan hasil rapimnas. Padahal, dalam rapimnas di Yogyakarta mereka juga ikut hadir dan telah menyampaikan pendapatnya. Namun, ketika hasil putusan ditetapkan tidak ada satupun dari mereka yang melakukan protes.
"Agung, Priyo, mereka meminta sesuatu yang tidak mungkin saya berikan. Meskipun saya ingin Munas 2015. Tapi saya harus patuh pada hasil rapimnas. Keputusan rapimnas di atas rapat pleno. Kalau saya ikuti, saya tidak punya otoritas, lalu kalau saya ikuti maka saya akan jadi pemimpin otoriter. Ini bukan putusan orang per orang, tapi organisasi," jelasnya.
Mantan Menko Kesra ini mengapresiasi sikap caketum MS Hidayat dan Airlangga Hartarto yang tidak ikut-ikutan terlibat dalam cara-cara inkonstitusional. Begitu juga dengan Ketua Dewan Pertimbangan Akbar Tandjung dan Ketua Mahkamah Partai Muladi yang dengan tegas menyatakan mendukung presidium adalah langkah inkonstitusional.
"Saya mengimbau dan mengajak kepada semua kader Golkar, hentikanlah pertentangan yang tidak perlu, mari saling memafkan, mengulurkan tangan dan berjuang bersama. Bersatu kita teguh dan bercerai kita runtuh, akan kehilangan arah," ucapnya.
Di usia Partai Golkar yang ke-50 tahun, Ical mengajak kepada semua peserta untuk membuktikan bahwa kader golkar bisa menjadi contoh dan membangun party of ideas, bukan dengan cara-cara kekerasan. Ical juga mengajak agar kadernya solid dan tidak bisa dipecah-pecah oleh siapa pun.
(zik)