Save The World, Share The Laugh

Minggu, 30 November 2014 - 11:16 WIB
Save The World, Share The Laugh
Save The World, Share The Laugh
A A A
Lusia Efriani Kiroyan memberdayakan para ibu single parent dari kalangan ekonomi lemah, kaum berpendidikan rendah, narapidana perempuan, serta orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Lewat sejumlah bidang usahanya, dia membuka lapangan pekerjaan bagi mereka agar mampu mandiri mencukupi kebutuhan hidup.

Lusi sapaan Lusia merupakan pengusaha arang pendiri sekaligus CEO Rumah Belajar Cinderella from Indonesia Center (CFIC). Selain memproduksi kue, es, dan cokelat, orang-orang yang diberdayakannya juga membuat boneka berbusana batik untuk pasar domestik dan mancanegara. Melalui langkah kecilnya, Lusi ingin berkontribusi bagi negeri. Berikut wawancara dengan salah satu dari 100 perempuan penerima The International Alliance For Woman (TIAW) World of Difference Award 2012 untuk Social Entrepreneur ini.

Bagaimana perempuan seperti Anda menjadi petani arang?

Dari dulu saya suka dunia sampah dan beberapa pengalaman membuat saya benci melihat orang cantik. Misalnya, kalah tender hanya karena perempuan lain berpenampilan lebih baik. Akhirnya saya mencari usaha di mana perempuan cantik tidak mau bersinggungan. Yaarang.

Dulu, untuk urusan penampilan saya apa adanya dan cenderung cuek. Namun, saya sadar bahwa penampilan menjadi poin penting untuk mendapatkan kesan pertama yang baik. Bisa dibilang, penampilan sebagai jalan pembuka dan untuk selanjutnya andalkan otak.

Bagaimana Anda melihat peluang ini?

Pada 2008, saya bekerja sebagai public relation managerdi salah satu perusahaan di Batam. Perusahaan ini memiliki beberapa usaha, salah satunya mengelola arang untuk tujuan ekspor. Pada 2010, saya keluar namun tetap ingin menjalin hubungan baik.

Setelah berdiskusi dengan petinggi perusahaan tersebut, saya diberikan ilmu memproduksi arang tempurung kelapa dan menawari saya menjadi pemasok tetap untuk salah satu anak perusahaan. Dari situ saya mulai menjalani usaha arang tempurung kelapa.

Awalnya, saya sempat pesimistis namun melihat banyaknya perusahaan Jepang dan China yang membangun usaha produksi arang tempurung kelapa, saya sadar bahwa bisnis ini memiliki prospek yang bagus. Kebutuhan akan arang tempurung kelapa baik dalam dan luar negeri sangat tinggi.

Tempurung kelapa yang katanya sampah, ketika diubah dan diproses menjadi arang serta activated carbonbisa dimanfaatkan untuk berbagai hal. Misalnya sebagai filter air, bahan bakar, obat-obatan, kosmetik, gold mining, danabsorbsi radiasi nuklir.

Bagaimana cara pemasaran produk usaha Anda?

Saya sering mengikuti business gatheringsetiap bepergian ke luar negeri. Hal ini untuk memperkenalkan arang produk saya ke sejumlah pembeli asing. Pada 2010, saya mewakili UKM Apindo Kepulauan Riau (Kepri) diundang ke Shanghai, China, untuk mengikuti World Expo bersama 49 UKM lainnya se Indonesia. Di World Expo ini, saya mendapatkan pesanan satu juta ton arang per tahun.

Saat itu, saya merasa belum siap memenuhi permintaan dan terpaksa menolak. Beberapa bulan berikutnya, tepatnya Oktober 2010, saya kembali ke Shanghai untuk menghadiri China- Business Gathering. Saat itu, saya langsung diminta untuk menandatangani MoU memasok satu juga ton arang tempurung kelapa per tahun ke China.

Bagaimana cara Anda memenuhi permintaan tersebut?

Saya memberdayakan kalangan marjinal dan tenaga kerja berpendidikan rendah untuk diajari dan dilatih membuat arang tempurung kelapa. Dengan begitu, selain bisa berbagi ilmu, menciptakan lapangan pekerjaan, sekaligus mendapatkan arang berkualitas ekspor. Saya ingin bisnis ini bermanfaat bagi banyak orang. Mimpi saya, save the world and share the laugh.

Apa kendala dari menjalankan usaha ini?

Dari awal hingga sekarang masih terkendala ketersediaan bahan baku yang terpencar di berbagai daerah. Indonesia merupakan garis pantai terbesar ketiga di dunia. Jadi, jika ingin berkembang pesat harus ke daerah-daerah pesisir guna mendapatkan bahan baku.

Apa potensi lain dari usaha arang ini?

Saya ingin membuat integrated coconut industry,sehingga pengelolaan komoditi kelapa mulai dari daging, air, tempurung, sabut, hingga limbah asap hasil pembakaran tempurung kelapa dilakukan secara terintegrasi. Limbah asap arang bisa dijadikan liquid smoke yang berguna untuk pengganti formalin, pengental karet, bahan pembunuh hama, serta pengganti insektisida. Biasanya permintaan liquid smoke datang dari Hong Kong, Jepang, dan negara maju lainnya di Asia.

Bagaimana perkembangan usaha arang Anda saat ini?

Permintaan arang masih bagus, hanya terkendala ketersediaan bahan baku. Untuk sekarang, saya fokus di arang dan geonet. Geonet yaitu sabut kelapa yang dipintal seperti karpet untuk menutupi seluruh padang pasir di dunia. Hal ini diupayakan agar saat terjadi badai pasir tidak membahayakan. Dalam dua tahun terakhir, fokus saya 80% untuk Rumah Belajar Cinderella From Indonesia Center atau CFIC. Baru pada 2016, saya akan mulai gencar lagi di usaha arang ini.

Apa yang membuat Anda mendirikan CFIC?

Saya pernah mengalami fase terbawah, terpuruk, dengan status single parent yang saya sandang. Saya miskin sekali. Di situasi tersebut, saya bertekad jika ada rezeki ingin membuat training center bagi single parent yang tidak mampu. Tujuannya, agar mereka bisa mandiri dan tidak menempuh jalan pintas seperti prostitusi.

Pembangunan dimulai pada 2012 dengan dana pinjaman dari bank dan launchingpada 2013. Di rumah toko berlantai tiga, kami memberdayakan para ibu dari anak jalanan. Lantai satu diperuntukkan sebagai ruang pemberdayaan ibu dari anak jalanan. Mereka diajari dan dilatih entrepreneurshipseperti membuat kue, es, atau cokelat.

Tentu jika kita memberdayakan ibu, dia pasti membawa anak. Nah, lantai dua sebagai tempat belajar bagi anak-anak. Lantai tiga untuk tempat tinggal saya. Tahun ini, jumlah binaan CFIC mencakup 150 ibu dan anak jalanan; 60 napi perempuan Rutan dan Lapas Baloi, Batam; 40 napi perempuan Rutan dan Lapas Pondok Bambu; serta 50 ODHA. Semua pelatihan diberikan gratis, yang penting mereka mau belajar.

Bagaimana Anda bisa bangkit hingga membangun rumah belajar?

Saya termasuk single parentyang beruntung. Tak lama setelah terpuruk, saya mendapatkan kesempatan belajar di Amerika Serikat melalui International Visitor Leadership Programselama kurang lebih dua bulan. Dari AS, saya berhasil mengikuti Moslem Exchange Program di Australia.

Selepas dari Australia, saya kembali lagi ke AS untuk menerima penghargaan The International Alliance For Women (TIAW) World Difference Awards sekaligus menghadiri Global Forum. Global Forum adalah konferensi yang dihadiri oleh seluruh pemimpin organisasi perempuan dan 100 peraih penghargaan TIAW World Difference dari seluruh dunia. Saya memang senang belajar jadi mencari exchange program. Setelah tiga tahun pergipulang ke luar negeri, saya memberanikan diri membangun CFIC.

Mengapa Anda terpikir untuk memberdayakan warga binaan?

Mimpi. Saya termasuk yang jarang tidur siang namun suatu kali tidur siang, saya bermimpi disuruh ke penjara. Saya pun berusaha untuk masuk ke penjara tapi birokrasinya sulit hingga ditolak masuk. Akhirnya saya bisa masuk ke sana dengan membawa Rumah Zakat.

Sejak dulu, saya memang relawan di Rumah Zakat. Awalnya, setiap kunjungan hanya memberi motivasi tapi kok rasanya begitu-begitu saja. Saya ingin kelak para napi ini bisa mandiri dan membiayai hidup mereka sendiri. Caranya, para napi perempuan diberdayakan untuk membuat baju boneka Batik Girl.

Upahnya Rp10.000 untuk setiap baju boneka yang selesai. Baju boneka merupakan kain batik bekas yang dikumpulkan dari para donatur, secara langsung maupun lewat Facebook. Sementara bonekanya masih impor dari China.

Bagaimana respon masyarakat terhadap Batik Girl?

Kami beberapa kali pameran di Jakarta dan mendapatkan respons yang baik. Pemasaran Batik Girljuga ke Singapura, Malaysia, Hong Kong, hingga Australia. Saat ini ada empat series Batik Girl, yaitu berbaju batik cokelat, berbaju batik merah muda, hijab series, dan Batik Girlyang memegang angklung. Dengan membeli satu Batik Girl, pembeli sudah membantu ibu dan anak jalanan, napi perempuan, dan ODHA. Target saya, pada 2015 bisnis Batik Girlsudah mapan.

Dari mana sumber pendanaan untuk aktivitas training centerini?

Dari penjualan Batik Girl,perputaran uang di bisnis arang, feemenjadi pembicara, dan gaji saya dari pekerjaan lain. Pada 2013, saya mendapatkan dana hibah USD19.483 dari Kementerian Luar Negeri AS atas proposal memproduksi boneka berbaju batik untuk memberdayakan napi perempuan. Dana tersebut juga digunakan untuk kegiatan CFIC. Oktober lalu, saya satu dari enam penerima penghargaan Youth South East Asia Leaders Initiative (YSEALI)dan mendapatkan dana hibah USD10.000 untuk pelaksanaan program.

Ema malini
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4181 seconds (0.1#10.140)