Polisi Tak Berdaya Hadapi Geng Motor

Selasa, 25 November 2014 - 12:32 WIB
Polisi Tak Berdaya Hadapi...
Polisi Tak Berdaya Hadapi Geng Motor
A A A
JAKARTA - Geng motor kembali berulah di Ibu Kota. Kejahatan yang dilakukan geng motor ini selalu terulang. Polisi seperti tidak bisa berbuat banyak mengatasi kejahatan jalanan ini.

Kriminolog dari Universitas Indonesia (UI) Bambang Widodo Umar menilai, tindakan geng motor saat ini semakin sadis. Tindak kekerasan geng motor belakangan ini sudah merata dan meluas sehingga harus dicari penyebab dan jalan keluarnya.

”Kalau mereka melakukan tindak pidana sudah tidak ada ampun, harus ke pengadilan. Harus dilakukan tindakan tegas,” kata Bambang kemarin. Minggu (23/11) dini hari anggota TNI Yonif 13 Praka Wahyu Adis S dibacok bagian tengkuknya hingga terluka oleh geng motor. Aksi pembacokan terjadi di pertigaan Arundina, Cibubur, Jakarta Timur.

Saat itu Praka Wahyu bersenggolan dengan anggota geng motor lalu terjadi cekcok. Tiba-tiba seorang anggota geng motor menyerang korban dari belakang. Praka Wahyu yang luka serius langsung dilarikan ke IGD RS Tugu Ibu. Setelah dilakukan penyelidikan, geng motor brutal ini sebelumnya beraksi di Jalan Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Seorang pemuda bernama Nur Zaman, 30, kritis setelah dianiaya anggota geng motor.

Korban mengalami luka tusuk di bagian perut hingga ususnya terburai. Selang beberapa jam kemudian, polisi berhasil menangkap dua pelaku pembacokan Praka Wahyu. Keduanya berinisial RS alias J dan Abr alias A. Menurut Bambang, meski pelaku berusia di bawah umur, tindakan tegas tetap diperlukan. Usai menjalani sidang pidana, mereka bisa dititipkan ke lembaga pemasyarakatan anakanak.

Selanjutnya mereka harus mendapatkan pendidikan yang lebih serius selama pembinaan. Terkait korban geng motor yang merupakan anggota TNI, Bambang melihat kenekatan geng motor ini dipicu penurunan wibawa aparatur negara di mata masyarakat sipil. Geng motor sudah semakin berani dan tidak melihat siapa korbannya. ”Menurunnya wibawa (aparatur) memungkinkan mereka (geng motor) menyepelekan korbannya. Sudah tidak melihat lagi apakah korban sipil atau bukan,” ungkapnya.

Pengawasan sosial saat ini juga rendah sehingga rasa hormat antaranggota masyarakat luntur. ”Ditambah lagi pengaruh tayangan kekerasan yang seolah jadi role model,” imbuhnya. Polda Metro kembali meningkatkan patroli. Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Rikwanto mengatakan, pihaknya sudah meminta seluruh jajaran mulai dari polsek hingga polres kembali meningkatkan patroli khususnya terhadap kelompok-kelompok bermotor yang terlihat mencurigakan.

”Kita sudah memiliki peta lokasi rawan. Di lokasi tersebut akan kami lakukan peningkatan patroli,” katanya. Rikwanto membantah pihaknya kecolongan terkait dua kasus kekerasan yang dilakukan geng motor. Menurutnya, petugas di lapangan sudah melakukan antisipasi dengan mendata kelompok bermotor di seluruh wilayah. Dari pendataan tersebut, ada beberapa kelompok yang timbul secara spontan dan melakukan aksi kekerasan.

”Kelompok kemarin (yang melakukan kekerasan) itu tidak terorganisasi. Mereka memang sengaja melakukan konvoi,” ucapnya. ”Kapolda sudah perintahkan anggota di lapangan mengambil tindakan tegas karena apa yang mereka lakukan sudah tidak bisa ditoleransi lagi.” Terkait geng motor yang beraksi Minggu (23/11) dini hari, hasil pemeriksaan terhadap RS dan AR, kelompok ini sengaja jalan-jalan atau konvoi mulai dari Jakarta Timur kemudian memutar ke kawasan Jakarta Selatan dan kembali ke Jakarta Timur.

RS ditangkap di Cimanggis dan AR di Cipayung, Jakarta Timur. Keduanya ditugaskan membacok atau melukai siapa pun yang menghalau dan mengganggu mereka. Keduanya sudah menyiapkan senjata tajam untuk beraksi. ”Saat di Pejaten mereka memang melakukan pemerasan serta pembacokan,” katanya.

Saat beraksi mereka menggunakan enam sampai tujuh motor. Sampai saat ini penyidik masih melakukan pengejaran terhadap pelaku lain. Sementara RS dan AR ditahan di Polsek Ciracas, Jakarta Timur. Pengamat sosial budaya dari UI Devie Rahmawati menilai keberadaan geng motor bukanlah fenomena baru.

Mereka sudah ada sejak 1970 dan 1980. Pada era itu mereka yang masuk dalam geng motor adalah kalangan menengah ke atas. ”Yang berbeda, saat ini geng motor bukan lagi menengah ke atas,” ungkapnya. Saat ini kebanyakan geng motor adalah anak muda yang kurang memiliki ruang untuk berekspresi. Wadah untuk berkumpul tidak ada sehingga energi besar mereka diekspresikan melalui versi mereka. Mereka pun mencari ruang tersendiri dengan caranya sendiri.

”Untuk sekolah, sudah saatnya membuat kegiatan di luar mainstream . Jadi ekskul sudah tidak lagi hanya paskibra, basket, atau bola,” ujarnya.

Helmi syarif/ R ratna purnama
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0856 seconds (0.1#10.140)