Dunia Nantikan Peran Islam Indonesia

Minggu, 23 November 2014 - 11:15 WIB
Dunia Nantikan Peran Islam Indonesia
Dunia Nantikan Peran Islam Indonesia
A A A
BALIKPAPAN - Pemerintah dan dunia secara umum menanti peran Islam Indonesia yang mencerahkan. Karena itu, peran para ilmuwan dan cendekiawan muslim sebagai pembawa misi Islam yang toleran dan mencerahkan peradaban, khas Indonesia sangat dinantikan.

Menteri Agama Lukman HakimSaifuddinmengatakan, studi Islam mampu menjadi unsur yang tampil dan memberi makna terhadap pembangunan karakter, sekaligus memberi arah bagi revolusi mental bangsa ini.

”Indonesia adalah negara dengan penduduk Islam terbesardi dunia. Kita dikenal menjunjung tinggi prinsip toleransi, yang menjadi simpul perekat masyarakat yang multikultural. Peran kaum terpelajar dan golongan intelektual sebagai avant-garde rekayasa perubahan masyarakat sangat kentara,” kata Menag saat membuka Konferensi Internasional Tahunan ke-14 tentang Studi Islam (The 14 th Annual International Conference on Islamic Studies: AICIS ) di Gran Senyiur, Balikpapan, Kalimantan Timur, kemarin.

Menag mengingatkan, hakikat toleransi adalah memberi. Toleransi bukan berarti melepaskan akidah agama dan menanggalkan identitas sebagai penganut agama tertentu, demi persamaan dan kebersamaan.

”Toleransi hakikatnya adalah memberi; mengerti dan memahami, bukan ingin dimengerti dan dipahami. Dengan kita lebih proaktif dalam memahami dan mengerti orang lain, kedamaian, kenyamanan, keselamatan, persatuan, kesatuan, dan cita-cita para pendiri bangsa ini akan terus tumbuh subur,” urainya.

Politikus PPP ini optimistis Islam di Indonesia mampu menjadi kekuatan pendorong demokrasi. Islam di Indonesia kompatibel dengan demokrasi. ”Pengalaman dan perjalanan kita memberi harapan baru bagi tatanan perdamaian global. Dunia berharap banyak pada Islam Indonesia sebagai model dan referensi dalam membangun demokrasi tanpa benturan dengan agama sebagai keyakinan hidup masyarakat,” ungkapnya.

Menag juga melihat studi Islam sebagai disiplin keilmuan memiliki daya tarik tersendiri karena turut mewarnai kemajuan dunia pendidikan di Indonesia. Direktur Pendidikan Tinggi Islam Kemenag Dede Rosyada selaku ketua panitia pelaksana melaporkan, dalam kegiatan AICIS XIV itu hadir sejumlah pembicara dari Maroko, Mesir, Inggris, Qatar, Amerika, Afrika, Australia, dan Malaysia.

Mereka akan menyampaikan pandangannya terkait isu-isu multikulturalisme di Indonesia sekaligus mengkaji makalah dari para peneliti di Tanah Air. Dia menyebutkan, awalnya ada 1.006 makalah atau artikel ilmiah terkait tema multikulturalisme yang masuk ke panitia. Akan tetapi, hanya 580 artikel yang memenuhi syarat, sementara artikel lain banyak yang tidak menyampaikan rekomendasi dari pimpinannya.

”Tapi 1.006 paper yang masuk itu sudah termasuk luar biasa. Dari 1.006 paper itu, ada 160 yang akan dipresentasikan di sini (forum AICIS),” katanya. Konferensi ini akan berlangsung hingga Senin (24/11) untuk membahas seluruh artikel ilmiah yang masuk.

Tim penilai melibatkan sejumlah profesor dan cendekiawan muslim di Tanah Air, di antaranya Azyumardi Azra (mantan rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) dan Amin Abdullah, (mantan rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta). Konferensi tahunan ini juga dihadiri seluruh rektor IAIN dan STAIN seluruh Indonesia.

Dirjen Pendidikan Islam Kemenag Kamarudin Amin berharap hasil penelitian dan kajian dalam konferensi ini dapat memberikan kontribusi yang masif demi kemajuan Islam Indonesia. Konferensi ini akan menjadi saksi bahwa perguruan tinggi Islam di Indonesia bersama Kemenag akan terus berkontribusi dan memainkan peran-peran strategis dalam memajukan Islam di Indonesia dan dunia.

Thomas pulungan
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7539 seconds (0.1#10.140)