Asia dan Afrika Rentan Terorisme
A
A
A
WASHINGTON - Asia dan Afrika berpeluang menjadi target utama tindak terorisme. Hal ini berdasarkan Indeks Terorisme Global yang dirilis Institut Ekonomi dan Perdamaian (IEP) Australia kemarin.
Di Asia, lima negara yakni Bangladesh, Iran, Israel, Myanmar, dan Sri Lanka masuk kategori paling berisiko. Situasi politik yang masih labil, terutama di Myanmar, memungkinkan teroris masuk. Kelima negara Asia itu harus selalu waspada mengingat ancaman serangan teroris masih terbilang tinggi.
Di Bangladesh, misalnya. Keamanan sempat goyah menyusul adanya insiden 500 ledakan bom di300 lokasi. Kasus pengeboman memang menurun sejak pemimpin Jama’atul Mujahideen Bangladesh Shaykh Abdur Rahman ditangkap dan dieksekusi mati bersama empat militan lainnya pada 30 Maret 2007.
Sosok Shaykh Abdur Rahman memang sudah tiada. Namun, jejaknya masih belum hilang. Situasi lebih panas juga masih terjadi di Iran, Israel, Myanmar, dan Sri Lanka. Berbagai kelompok separatis yang didirikan masyarakat setempat masih aktif melawan pemerintah. Bahkan, Myanmar harus menghadapi sekitar 12 kelompok. Pemandangan yang sama juga terjadi di Afrika.
Pemerintahan di Angola, Burundi, Pantai Gading, Mali, Uganda, Republik Afrika Tengah, dan Etiopia masih mendapat protes ekstrem dari kelompok separatis. Potensi serangan teroris memang tidak tinggi terjadi di Amerika. Namun, Meksiko masuk daftar negara yang perlu memperketat pertahanan.
Sejauh ini, serangan teroris sebagian besar terjadi di satu negara Afrika dan lima negara Asia atau Timur Tengah. Faktanya, menurut IEP Australia, 82% serangan teroris terjadi di Nigeria, Afghanistan, Pakistan, Irak, dan Suriah. Selain itu, jumlah korban akibat serangan teroris juga kebanyakan tercatat di Afrika dan Asia. India, Filipina, dan Thailand, juga belum bisa bernapas lega.
Mereka masih mengalami gesekan dengan kelompok separatis, meski beberapa dari mereka sudah mencoba menyepakati perdamaian. Tahun ini Singapura menjadi salah satu negara di Asia yang tidak terancam atau terkena serangan teroris secara berlanjut. “Terorisme tengah meningkat di seluruh dunia.
Mari kita sadari bahwa ada 40 kali lebih banyak tindakan kejahatan di dunia karena ada pembunuhan yang dilakukan teroris pada 2013,” ujar Dan Erickson, dosen Universitas Colorado, dikutip Channelnewsasia. “Tipe kekerasan berpengaruh terhadap persepsi masyarakat,” sambungnya.
IEP mengatakan agama bukan penyebab utama konflik. Berdasarkan hasil penelitian peperangan di 35 negara sejak 2013, agama tidak berperan dalam 14 kasus (40%). Laporan IEP menunjukkan adanya peningkatan kematian akibat teroris sebesar 61% di 60 negara. Ada hampir 10.000 serangan teroris yang terjadi pada 2013, jumlah ini meningkat 44% dibandingkan 2012 silam.
“Peningkatan terorisme selalu dikaitkan dengan kelompok islam radikal yang mengajarkan kekerasan secara luas. Untuk menangkal pengaruh ini, para pemimpin negara perlu memperjuangkan bentuk moderat teologi Muslim Sunni,” Ketua Eksekutif IEP Steve Killelea.
Muh shamil/Rini agustina
Di Asia, lima negara yakni Bangladesh, Iran, Israel, Myanmar, dan Sri Lanka masuk kategori paling berisiko. Situasi politik yang masih labil, terutama di Myanmar, memungkinkan teroris masuk. Kelima negara Asia itu harus selalu waspada mengingat ancaman serangan teroris masih terbilang tinggi.
Di Bangladesh, misalnya. Keamanan sempat goyah menyusul adanya insiden 500 ledakan bom di300 lokasi. Kasus pengeboman memang menurun sejak pemimpin Jama’atul Mujahideen Bangladesh Shaykh Abdur Rahman ditangkap dan dieksekusi mati bersama empat militan lainnya pada 30 Maret 2007.
Sosok Shaykh Abdur Rahman memang sudah tiada. Namun, jejaknya masih belum hilang. Situasi lebih panas juga masih terjadi di Iran, Israel, Myanmar, dan Sri Lanka. Berbagai kelompok separatis yang didirikan masyarakat setempat masih aktif melawan pemerintah. Bahkan, Myanmar harus menghadapi sekitar 12 kelompok. Pemandangan yang sama juga terjadi di Afrika.
Pemerintahan di Angola, Burundi, Pantai Gading, Mali, Uganda, Republik Afrika Tengah, dan Etiopia masih mendapat protes ekstrem dari kelompok separatis. Potensi serangan teroris memang tidak tinggi terjadi di Amerika. Namun, Meksiko masuk daftar negara yang perlu memperketat pertahanan.
Sejauh ini, serangan teroris sebagian besar terjadi di satu negara Afrika dan lima negara Asia atau Timur Tengah. Faktanya, menurut IEP Australia, 82% serangan teroris terjadi di Nigeria, Afghanistan, Pakistan, Irak, dan Suriah. Selain itu, jumlah korban akibat serangan teroris juga kebanyakan tercatat di Afrika dan Asia. India, Filipina, dan Thailand, juga belum bisa bernapas lega.
Mereka masih mengalami gesekan dengan kelompok separatis, meski beberapa dari mereka sudah mencoba menyepakati perdamaian. Tahun ini Singapura menjadi salah satu negara di Asia yang tidak terancam atau terkena serangan teroris secara berlanjut. “Terorisme tengah meningkat di seluruh dunia.
Mari kita sadari bahwa ada 40 kali lebih banyak tindakan kejahatan di dunia karena ada pembunuhan yang dilakukan teroris pada 2013,” ujar Dan Erickson, dosen Universitas Colorado, dikutip Channelnewsasia. “Tipe kekerasan berpengaruh terhadap persepsi masyarakat,” sambungnya.
IEP mengatakan agama bukan penyebab utama konflik. Berdasarkan hasil penelitian peperangan di 35 negara sejak 2013, agama tidak berperan dalam 14 kasus (40%). Laporan IEP menunjukkan adanya peningkatan kematian akibat teroris sebesar 61% di 60 negara. Ada hampir 10.000 serangan teroris yang terjadi pada 2013, jumlah ini meningkat 44% dibandingkan 2012 silam.
“Peningkatan terorisme selalu dikaitkan dengan kelompok islam radikal yang mengajarkan kekerasan secara luas. Untuk menangkal pengaruh ini, para pemimpin negara perlu memperjuangkan bentuk moderat teologi Muslim Sunni,” Ketua Eksekutif IEP Steve Killelea.
Muh shamil/Rini agustina
(bbg)