KCJ Tambah 19 Jadwal Perjalanan KRL
A
A
A
JAKARTA - PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) menambah 19 jadwal perjalanan Kereta Rel Listrik (KRL) Commuter Line. Penambahan ini dilakukan pada 10 perjalanan tambahan rute Jakarta–Bogor dan 9 perjalanan rute Tanah Abang–Serpong.
Kepala Humas PT KAI Daop I Agus Komarudin mengatakan, penambahan 19 perjalanan KRL setelah proses sertifikasi selesai dilakukan. Penambahan juga berkaitan dengan program pengadaan kereta seri 205 dari Japan Railway. “Dengan penambahan 19 perjalanan ini otomatis seluruh perjalanan Commuter Line ada 697 perjalanan setiap harinya,” ujar Agus di Jakarta kemarin.
Untuk melayani 697 perjalanan terdapat 510 gerbong yang dioperasikan, terbagi dalam 15 rangkaian yang dilengkapi 10 gerbong dan 45 rangkaian yang dilengkapi delapan gerbong. Penambahan perjalanan ini diharapkan meningkatkan jumlah pengguna Commuter Line. Saat ini pengguna Commuter Line sudah mencapai 650.000 penumpang.
“Memang belum setiap hari angka penumpang mencapai 650.000 orang, namun dengan ditambahnya perjalanan KRL kemungkinan akan bisa mencapai angka tersebut,” tuturnya. PT KAI berharap penambahan perjalanan KRL dapat mengakomodasi jumlah pengguna jasa yang kian hari semakin terus meningkat. “Semoga penambahan perjalanan KRL mampu mengurangi kepadatan penumpang pada jamjam sibuk,” kata Agus.
Beberapa waktu lalu PT KCJ telah menambah 9 perjalanan dengan mengoperasikan satu rangkaian tambahan. Satu rangkaian yang terdiri dari 10 gerbong ini untuk lintas Bogor–Jakarta. Rangkaian seri 205 itu merupakan armada KRL yang dibeli PT KCJ pada program pengadaan 180 unit atau 18 rangkaian KRL pada 2013.
Suryaman Panjaitan, salah seorang pengguna Commuter Line, mengaku baru mengetahui ada penambahan jumlah perjalanan KRL. Menurutnya, kondisi kereta masih sama seperti hari biasanya, yaitu pada jam-jam sibuk di dalam kereta selalu padat. “Penambahan perjalanan menjadi hal positif karena kepadatan penumpang bisa dikurangi atau jika memang tidak bisa dikurangi setidaknya waktu tempuh bisa dipastikan,” ujarnya.
Dia pun mengaku terbiasa dengan kepadatan di dalam kereta, terpenting jam kedatangan dan keberangkatan sesuai dengan jadwal berlaku. Penambahan perjalanan Commuter Line jurusan Bogor- Jakarta direspons positif oleh Nindya, 30, warga Babakanpasar, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor. Menurut dia, penambahan perjalanan sangat membantu ketika masyarakat atau calon penumpang reguler yang bekerja di DKI Jakarta.
“Jadi kalau kita lagi buru-buru berangkat enggak perlu menunggu lama kedatangan maupun keberangkatan kereta,” ujar karyawan bank swasta di Jakarta Pusat itu. Sebaiknya penambahan perjalanan KRL dibarengi peningkatan pelayanan di stasiun seperti fasilitas tempat duduk untuk menunggu karena saat jam sibuk sangat penuh. “Terkadang saya terpaksa berdiri untuk menunggu kedatangan kereta,” ucapnya.
Pengamat transportasi dari Institut Studi Transportasi (Instran) Izzul Waro mengungkapkan bahwa penambahan perjalanan Commuter Line merupakan hal yang urgen mengingat saat ini pemerintah berencana menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) otomatis transportasi publik menjadi tumpuan. Namun kendalanya transportasi publik di Ibu Kota belum sampai pada tingkat standar pelayanan minimum.
Akibatnya masyarakat memilih menggunakan kendaraan pribadi. “Perbaikan transportasi publik harus menjadi perhatian pemerintah agar masyarakat beralih menggunakan angkutan massal,” katanya. Menurut pengurus harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi, sejauh ini PT KCJ belum bisa memenuhi standar pelayanan minimum, terutama pada jamjam sibuk.
Ada dua masalah utama yang membuat layanan Commuter Line di bawah standar yakni persoalan infrastruktur yang terlalu tua dan penggunaan kereta bekas dari Jepang. Infrastruktur menjadi bagian terpenting mengingat banyaknya pengguna Commuter Line. Namun, ketika menghadapi cuaca ekstrem, hampir dapat dipastikan akan terjadi gangguan, mulai listrik aliran atas yang tersambar petir, gangguan sinyal hingga rusaknya wesel.
“Ini harus menjadi perhatian pemerintah, karena setiap hari pengguna kereta selalu bertambah. Kalau langkah antisipasi tidak dilakukan secara matang, maka sampai kapan pun pelayanan kereta tidak pernah sesuai standar,” ungkapnya.
Ridwansyah
Kepala Humas PT KAI Daop I Agus Komarudin mengatakan, penambahan 19 perjalanan KRL setelah proses sertifikasi selesai dilakukan. Penambahan juga berkaitan dengan program pengadaan kereta seri 205 dari Japan Railway. “Dengan penambahan 19 perjalanan ini otomatis seluruh perjalanan Commuter Line ada 697 perjalanan setiap harinya,” ujar Agus di Jakarta kemarin.
Untuk melayani 697 perjalanan terdapat 510 gerbong yang dioperasikan, terbagi dalam 15 rangkaian yang dilengkapi 10 gerbong dan 45 rangkaian yang dilengkapi delapan gerbong. Penambahan perjalanan ini diharapkan meningkatkan jumlah pengguna Commuter Line. Saat ini pengguna Commuter Line sudah mencapai 650.000 penumpang.
“Memang belum setiap hari angka penumpang mencapai 650.000 orang, namun dengan ditambahnya perjalanan KRL kemungkinan akan bisa mencapai angka tersebut,” tuturnya. PT KAI berharap penambahan perjalanan KRL dapat mengakomodasi jumlah pengguna jasa yang kian hari semakin terus meningkat. “Semoga penambahan perjalanan KRL mampu mengurangi kepadatan penumpang pada jamjam sibuk,” kata Agus.
Beberapa waktu lalu PT KCJ telah menambah 9 perjalanan dengan mengoperasikan satu rangkaian tambahan. Satu rangkaian yang terdiri dari 10 gerbong ini untuk lintas Bogor–Jakarta. Rangkaian seri 205 itu merupakan armada KRL yang dibeli PT KCJ pada program pengadaan 180 unit atau 18 rangkaian KRL pada 2013.
Suryaman Panjaitan, salah seorang pengguna Commuter Line, mengaku baru mengetahui ada penambahan jumlah perjalanan KRL. Menurutnya, kondisi kereta masih sama seperti hari biasanya, yaitu pada jam-jam sibuk di dalam kereta selalu padat. “Penambahan perjalanan menjadi hal positif karena kepadatan penumpang bisa dikurangi atau jika memang tidak bisa dikurangi setidaknya waktu tempuh bisa dipastikan,” ujarnya.
Dia pun mengaku terbiasa dengan kepadatan di dalam kereta, terpenting jam kedatangan dan keberangkatan sesuai dengan jadwal berlaku. Penambahan perjalanan Commuter Line jurusan Bogor- Jakarta direspons positif oleh Nindya, 30, warga Babakanpasar, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor. Menurut dia, penambahan perjalanan sangat membantu ketika masyarakat atau calon penumpang reguler yang bekerja di DKI Jakarta.
“Jadi kalau kita lagi buru-buru berangkat enggak perlu menunggu lama kedatangan maupun keberangkatan kereta,” ujar karyawan bank swasta di Jakarta Pusat itu. Sebaiknya penambahan perjalanan KRL dibarengi peningkatan pelayanan di stasiun seperti fasilitas tempat duduk untuk menunggu karena saat jam sibuk sangat penuh. “Terkadang saya terpaksa berdiri untuk menunggu kedatangan kereta,” ucapnya.
Pengamat transportasi dari Institut Studi Transportasi (Instran) Izzul Waro mengungkapkan bahwa penambahan perjalanan Commuter Line merupakan hal yang urgen mengingat saat ini pemerintah berencana menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) otomatis transportasi publik menjadi tumpuan. Namun kendalanya transportasi publik di Ibu Kota belum sampai pada tingkat standar pelayanan minimum.
Akibatnya masyarakat memilih menggunakan kendaraan pribadi. “Perbaikan transportasi publik harus menjadi perhatian pemerintah agar masyarakat beralih menggunakan angkutan massal,” katanya. Menurut pengurus harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi, sejauh ini PT KCJ belum bisa memenuhi standar pelayanan minimum, terutama pada jamjam sibuk.
Ada dua masalah utama yang membuat layanan Commuter Line di bawah standar yakni persoalan infrastruktur yang terlalu tua dan penggunaan kereta bekas dari Jepang. Infrastruktur menjadi bagian terpenting mengingat banyaknya pengguna Commuter Line. Namun, ketika menghadapi cuaca ekstrem, hampir dapat dipastikan akan terjadi gangguan, mulai listrik aliran atas yang tersambar petir, gangguan sinyal hingga rusaknya wesel.
“Ini harus menjadi perhatian pemerintah, karena setiap hari pengguna kereta selalu bertambah. Kalau langkah antisipasi tidak dilakukan secara matang, maka sampai kapan pun pelayanan kereta tidak pernah sesuai standar,” ungkapnya.
Ridwansyah
(ars)