Kawasan Timur Diminta Waspadai Gempa
A
A
A
JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengimbau masyarakat kawasan Indonesia timur (KIT) meningkatkan kesiapsiagaan pascagempa 7,3 Skala Richter (SR) yang mengguncang Halmahera, Maluku Utara, Sabtu (15/11).
Menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) saat ini belum mampu memprediksi gempa secara pasti. Gempa dapat terjadi kapan saja tanpa diketahui tanda-tandanya.
Dia menambahkan, gempa dan tsunami adalah keniscayaan di Indonesia. Selama tahun 1629-2014 telah terjadi 174 tsunami. ”Hampir 60% terjadi di wilayah Indonesia bagian timur. Artinya, ancaman di sana lebih tinggi dibandingkan di bagian barat karena kondisi tataran lempeng tektonik yang lebih rumit,” ujar Sutopo dalam laman BNPB kemarin.
Menyangkut dampak gempa Halmahera yang terjadi Sabtu (15/11) pukul09.31WIB, Sutopo menyatakan bahwa Tim Reaksi Cepat (TRC) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan BNPB terus melakukan pendataan hingga saat ini. Menurutnya, sejauh ini belum ada laporan mengenai kerusakan berat akibat gejala alam tersebut, apalagi sampai menelan korban jiwa.
Bahkan, BPBD Sulawesi Utara pun baru melaporkan adanya kerusakan ringan sebagian dinding Lantai 7 Hotel Lion di Kota Manado, Sulawesi Utara. ”Tidak ada korban jiwa. Di Kabupaten Kepulauan Sitaro (Siau, Tagulandang, dan Biaro) ada 4 rumah rusak ringan di Kelurahan Bahoy, Kecamatan Tagulandang. Adapun di Kabupaten Talaud, Sangihe, Minahasa Utara, Bitung, Minahasa Selatan, Bolaang Mongondow Selatan, Bolaang Mongondow Timur, dan Minahasa Utara, tidak ada korban jiwa dan kerusakan bangunan,” ujar Sutopo.
Sutopo menambahkan, BPBD Maluku Utara pun telah berkoordinasi dengan BPBD kabupaten terdampak gempa. Berdasarkan laporan dari BPBD Kota Ternate, BPBD Kabupaten Halmahera Utara, Kepulauan Sula, dan Halmahera Barat juga tidak ada korban jiwa. Kerusakan rumah dan bangunan pemerintahan akibat gempa bumi dan tsunami pun minim. Yang jelas, sejauh ini kondisi masyarakat telah kembali normal meski ada beberapa gempa susulan yang tidak terlalu kuat.
Hal yang sama juga disampaikan BPBD Gorontalo. Mereka juga melaporkan tidak terjadi kerusakan serius akibat gempa di Halmahera. ”Saat ini, TRC BNPB yang dipimpin Direktur Perbaikan Darurat BNPB Yolak Dalimunthe bersama TRC BPBD dan personel dari Kementerian PU (Pekerjaan Umum), Kemensos (Kementerian Sosial), dan Kemenkes (Kementerian Kesehatan) masih berada di Halmahera Barat mendampingi pemda melakukan pendataan dan koordinasi dengan SKPD terkait,” tegas Sutopo.
Sementara dari Manado, tercatat ada tambahan kerusakan bangunan akibat gempa bumi dari 11 bangunan rusak yang terdata pada Sabtu (15/11), menjadi 14 bangunan dalam catatan kemarin. ”Ya, hari ini (kemarin) masuk laporan lagi kerusakan bangunan akibat gempa, yakni keretakan sedang di Hotel Aryaduta Manado dan aspal Jembatan Mahakam yang juga retak,” ujar Kepala BPBD Manado Maximillian Tatahede kemarin.
Umar Ibrahim, 53, warga Kecamatan Singkil yang tinggal di dekat Jembatan Mahakam mengatakan, jembatan penghubung dua kecamatan di Manado, yakni Wenang dan Singkil, itu retak akibat gempa bumi. ”Keretakan jembatan tersebut mengeluarkan suara dentuman keras bak pohon kayu yang retak ditiup angin,” ujarnya.
Hal serupa terjadi di Hotel AryadadutaManado. AmboLopi, karyawan Hotel Aryaduta Manado, mengatakan beberapa sisi hotel memang retak setelah gempa yang terjadi Sabtu (15/11). Namun itu hanya rusak ringan. Yang jelas, berdasarkan pantauan KORAN SINDO di 15 kabupaten/ kota di Sulawesi Utara, dampak gempa juga menimpa beberapa ruas bangunan Kantor Wali Kota Bitung. Misalnya keretakan beberapa ruas dinding bagian tata usaha, dinding Bagian Pembangunan, Humas, dinding Ruang III Asisten Setdakot Bitung, dan Lantai IV dekat ruang rapat.
”Saat gempa terjadi beberapa keretakan bangunan di Kantor Wali Kota Bitung. Tapi kami tetap mengimbau baik pejabat pemerintahan atau terlebih warga untuk tetap waspada,” ujar Wali Kota Bitung Hanny Sondakh. Selain bangunan, beberapa warga juga terkena dampaknya. Jefry Mokau, 32, warga Minahasa Tenggara, misalnya tertimpa batu bata saat mengerjakan proyek.
Satu warga lagi yang asal Kepulauan Ondong Siau, Kabupaten Sitaro, sempat tersengat listrik, tetapi tidak sampai tewas. ”Kondisinya saat ini membaik,” ujar Bupati Sitaro Toni Supit.
Mardi/M ridwan
Menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) saat ini belum mampu memprediksi gempa secara pasti. Gempa dapat terjadi kapan saja tanpa diketahui tanda-tandanya.
Dia menambahkan, gempa dan tsunami adalah keniscayaan di Indonesia. Selama tahun 1629-2014 telah terjadi 174 tsunami. ”Hampir 60% terjadi di wilayah Indonesia bagian timur. Artinya, ancaman di sana lebih tinggi dibandingkan di bagian barat karena kondisi tataran lempeng tektonik yang lebih rumit,” ujar Sutopo dalam laman BNPB kemarin.
Menyangkut dampak gempa Halmahera yang terjadi Sabtu (15/11) pukul09.31WIB, Sutopo menyatakan bahwa Tim Reaksi Cepat (TRC) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan BNPB terus melakukan pendataan hingga saat ini. Menurutnya, sejauh ini belum ada laporan mengenai kerusakan berat akibat gejala alam tersebut, apalagi sampai menelan korban jiwa.
Bahkan, BPBD Sulawesi Utara pun baru melaporkan adanya kerusakan ringan sebagian dinding Lantai 7 Hotel Lion di Kota Manado, Sulawesi Utara. ”Tidak ada korban jiwa. Di Kabupaten Kepulauan Sitaro (Siau, Tagulandang, dan Biaro) ada 4 rumah rusak ringan di Kelurahan Bahoy, Kecamatan Tagulandang. Adapun di Kabupaten Talaud, Sangihe, Minahasa Utara, Bitung, Minahasa Selatan, Bolaang Mongondow Selatan, Bolaang Mongondow Timur, dan Minahasa Utara, tidak ada korban jiwa dan kerusakan bangunan,” ujar Sutopo.
Sutopo menambahkan, BPBD Maluku Utara pun telah berkoordinasi dengan BPBD kabupaten terdampak gempa. Berdasarkan laporan dari BPBD Kota Ternate, BPBD Kabupaten Halmahera Utara, Kepulauan Sula, dan Halmahera Barat juga tidak ada korban jiwa. Kerusakan rumah dan bangunan pemerintahan akibat gempa bumi dan tsunami pun minim. Yang jelas, sejauh ini kondisi masyarakat telah kembali normal meski ada beberapa gempa susulan yang tidak terlalu kuat.
Hal yang sama juga disampaikan BPBD Gorontalo. Mereka juga melaporkan tidak terjadi kerusakan serius akibat gempa di Halmahera. ”Saat ini, TRC BNPB yang dipimpin Direktur Perbaikan Darurat BNPB Yolak Dalimunthe bersama TRC BPBD dan personel dari Kementerian PU (Pekerjaan Umum), Kemensos (Kementerian Sosial), dan Kemenkes (Kementerian Kesehatan) masih berada di Halmahera Barat mendampingi pemda melakukan pendataan dan koordinasi dengan SKPD terkait,” tegas Sutopo.
Sementara dari Manado, tercatat ada tambahan kerusakan bangunan akibat gempa bumi dari 11 bangunan rusak yang terdata pada Sabtu (15/11), menjadi 14 bangunan dalam catatan kemarin. ”Ya, hari ini (kemarin) masuk laporan lagi kerusakan bangunan akibat gempa, yakni keretakan sedang di Hotel Aryaduta Manado dan aspal Jembatan Mahakam yang juga retak,” ujar Kepala BPBD Manado Maximillian Tatahede kemarin.
Umar Ibrahim, 53, warga Kecamatan Singkil yang tinggal di dekat Jembatan Mahakam mengatakan, jembatan penghubung dua kecamatan di Manado, yakni Wenang dan Singkil, itu retak akibat gempa bumi. ”Keretakan jembatan tersebut mengeluarkan suara dentuman keras bak pohon kayu yang retak ditiup angin,” ujarnya.
Hal serupa terjadi di Hotel AryadadutaManado. AmboLopi, karyawan Hotel Aryaduta Manado, mengatakan beberapa sisi hotel memang retak setelah gempa yang terjadi Sabtu (15/11). Namun itu hanya rusak ringan. Yang jelas, berdasarkan pantauan KORAN SINDO di 15 kabupaten/ kota di Sulawesi Utara, dampak gempa juga menimpa beberapa ruas bangunan Kantor Wali Kota Bitung. Misalnya keretakan beberapa ruas dinding bagian tata usaha, dinding Bagian Pembangunan, Humas, dinding Ruang III Asisten Setdakot Bitung, dan Lantai IV dekat ruang rapat.
”Saat gempa terjadi beberapa keretakan bangunan di Kantor Wali Kota Bitung. Tapi kami tetap mengimbau baik pejabat pemerintahan atau terlebih warga untuk tetap waspada,” ujar Wali Kota Bitung Hanny Sondakh. Selain bangunan, beberapa warga juga terkena dampaknya. Jefry Mokau, 32, warga Minahasa Tenggara, misalnya tertimpa batu bata saat mengerjakan proyek.
Satu warga lagi yang asal Kepulauan Ondong Siau, Kabupaten Sitaro, sempat tersengat listrik, tetapi tidak sampai tewas. ”Kondisinya saat ini membaik,” ujar Bupati Sitaro Toni Supit.
Mardi/M ridwan
(ars)