Momentum Republik Jelang 2016

Senin, 17 November 2014 - 15:06 WIB
Momentum Republik Jelang 2016
Momentum Republik Jelang 2016
A A A
Sapu bersih Partai Republik pada pemilu sela 4 November lalu memberikan prospek bagi mereka untuk merebut Gedung Putih pada 2016.

Kegagalan pemerintahan Presiden Barack Obama menjadi alasan kuat bagi kandidat Republik untuk merebut orang posisi nomor satu di Amerika Serikat (AS). “Hasil pemilu sela sangat menjanjikan bagi 2015,” kata pakar jajak pendapat dari Partai Republik, Neil Newhouse, yang pernah bekerja untuk kandidat presiden Mitt Romney.

Harapan kemenangan presiden dari kubu Republik dipercaya akan mengobati kekalahan partai itu dalam pemilu presiden 1994 dan 2010. Optimisme itu diungkapkan Haley Barbour, petinggi Partai Repubik. Menurutnya, prospek 2016 berada di tangan Republik. “Sentimen positif itu akan semakin berkembang seiring dengan meningkatnya ketidakpuasan terhadap pemerintahan Demokrat,” tutur Barbour, dikutip Wall Street Journal.

Hasil pemilu sela, kata Barbour, juga merupakan perlawanan terhadap Presiden Obama dan kebijakannya. Namun, rakyat juga berharap banyak terhadap Republik. Apa yang akan diberikan Republik setelah kemenangan ini. “Kita akan memberikan kesempatan untuk melakukan hal yang lebih baik,” tegasnya. Hal senada juga diungkapkan Senator Ted Cruz dari Partai Republik. Menurut dia, tanggung jawab kini akan jatuh pada Republik yang kemungkinan akan mengambil peran penting pada Pemilu Presiden 2016.

Pertanyaannya kini, siapa yang akan dijagokan oleh kubu Republik untuk maju pada Pemilu Presiden 2016. Hingga kini Republik belum memiliki figur andalan yang memiliki nilai jual untuk pemilu mendatang. “Ladang bagi Republik terbuka lebar, meskipun lebih kompetitif dibandingkan yang lalu,” kata mantan Gubernur Minnesota Tim Pawlenty yang sekaligus mantan kandidat presiden dari Republik pada 2012 lalu, dikutip CNN.

Pawlenty memberikan beberapa persyaratan bagi kandidat presiden dari Republik, seperti reputasi yang baik, mampu memikat donor, dan memiliki kebijakan serta posisi terkait kebijakan publik. Anak emas Republik adalah Chris Christie. Sayangnya, dia memiliki skandal “bridgegate” di New Jersey dan kompromi politik yang jelek. Dia juga memiliki reputasi jelek karena membeberkan donor berpengaruh yang mendukung Partai Republik.

Lalu, ada bintang muda yang bersinar, Marco Rubio, seorang senator keturunan Kuba dari Florida. Namun, Rubio jutru terjerumus dalam skandal pengajuan undang-undang imigrasi yang mendapatkan citra negatif dari publik. Sedangkan, Rand Paul dikenal sebagai tokoh kontroversial dan dianggap sebagai politikus yang tidak disiplin. Namun, Paul dikenal sebagai pihak yang menyeru agar Republik mendekati anak muda dan kaum minoritas.

Adapun, Ted Cruz merupakan alumni Harvard yang dikenal memiliki dukungan kuat dari kalangan konservatif dan dikenal sebagai tokoh di belakang shutdown pemerintahan Obama pada 2013 lalu.

Nama-nama politisi Republik yang mengincar kandidat presiden seperti Rick Perry, Rick Santorum, dan Mike Huckabee juga cukup meramaikan persaingan. Beberapa gubernur negara bagian seperti John Kasich dari Ohio, Mike Pence dari Indiana, Scott Walker dari Wisconsin juga menjadi perbincangan hangat. “Kandidat presiden Republik harus bermain di negara bagian abu-abu (swing voter) bukan berencana dalam permainan dengan kemungkinan sukses yang tinggi,” kata pakar jajak pendapat Republik, Glen Bolger dan Neil Newhouse.

Hillary Tetap Berpeluang

Pandangan berbeda justru muncul dari kubu Demokrat. Mereka masih optimistis kalau pemilu Presiden 2016 akan tetap dimenangi. Mereka beralasan karena demografi antara pemilu sela dan pemilu presiden berbeda cukup jauh. Pasalnya, warga minoritas, anak muda, dan perempuan lajang yang merupakan pendukung Demokrat kerap tidak memberikan suara pada pemilu sela. Tapi, mereka pasti akan memberikan suaranya pada pemilu presiden.

“Medan tempur berbeda pada 2016,” kata Senator Chuck Schumer dari Partai Demokrat. Schumer menjagokan mantan MenteriLuarNegeri HillaryClintonuntuk maju sebagai kandidat presiden. “Demografi berpihak ke sisi kita (Demokrat).” Namun, dalam politik semua bisa terjadi. Posisi tidak diunggulkan bisa menang. Banyak hal yang berpengaruh apalagi pemilihan presiden, seperti demografi dan geografi. Jangan lupakan juga soal figur. Dan, Demokrat memiliki sosok yang kuat.

Siapa yang dapat mengubah peta politik setelah pemilu sela? Dia adalah Hillary Clinton. Dalam dua bulan terakhir Hillary telah berkampanye sebanyak 45 kali di 18 negara bagian. Tak ada kandidat dari Republik ataupun Demokrat yang mampu menandingi kekuatan Hillary. Dia sudah mengamankan 18 negara bagian yang selalu menjadi basis utama Demokrat.

Jika dinominasikan, Hillary harus fokus pada 28 daerah pemilihan dari 183 yang sudah diamankan dari total 242 daerah pemilihan pada pemilu 2016 mendatang. Hillary diprediksi dapat menumbangkan Wakil Presiden AS Joe Biden dalam perebutan tiket kandidat calon presiden dari Partai Demokrat.

Sementara, siapa yang disalahkan jika pemilu Presiden 2016 tidak dimenangkan kandidat dari Partai Demokrat? Adalah Presiden AS Barack Obama yang dipersalahkan. Obama merupakan presiden yang mengulangi apa yang terjadi pada mentornya, Bill Clinton.

Dalam sejarah AS, Obama dan Bill Clinton memegang kendali eksekutif tanpa dukungan legislatif. Clinton harus kehilangan kontrol di Kongres setelah dua tahun berkuasa dan tidak mampu merebutnya kembali.

Andika hendra m
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6671 seconds (0.1#10.140)