Waktu Tepat Berinvestasi Properti
A
A
A
JAKARTA - Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dan upah minimum buruh dipastikan mendongkrak harga properti. Berinvestasi sebelum harga melambung tinggi bisa sangat menguntungkan konsumen.
Ketua Umum DPP Realestat Indonesia (REI) Eddy Hussy mengungkapkan, harga hunian lazimnya menyesuaikan kenaikan harga BBM dan upah buruh. Ini karena sektor properti terkait erat dengan harga bahan bangunan dan ongkos pekerja yang biasanya ikut naik. Meskipun besaran kenaikan harga jual rumah atau apartemen belum dihitung, pihaknya mengestimasi sekitar 10–15%.
”Karena itu, saat ini adalah waktu tepat bagi masyarakat untuk berinvestasi. Ini (Real Estate Expo) event terakhir sebelum kenaikan harga BBM,” ujarnya dalam pembukaan Real Estate Expo 2014 di Jakarta Convention Center (JCC) kemarin. Menurut Eddy, masyarakat harus memperhitungkan tren kenaikan harga properti dari tahun ke tahun dengan persentase kenaikan bisa lebih cepat dari beban bunga kredit pemilikan rumah (KPR).
”Di akhir masa kredit, total pembayaran kredit properti akan lebih kecil dari harga rumah,” katanya. Real Estate Expo 2014 digelar mulai 15 hingga 23 November dan ditargetkan dapat mencapai transaksi pembelian senilai Rp2 triliun atau menyamai sebelumnya. Real Estate Expo merupakan event pameran properti yang digelar dua kali dalam setahun.
Kali ini menampilkan 140 pengembang di 165 lokasi proyek strategis. Hunian yang ditawarkan pengembang pun bervariasi, baik vertikal maupun rumah tapak. Meski demikian, produk hunian vertikal dominan. Menurut Eddy, hunian vertikal seperti rumah susun dan apartemen menjadi pilihan utama masyarakat saat ini mengingat harga tanah dan material kian mahal.
Apalagi hunian vertikal memiliki beberapa pilihan menarik. “Harga di bawah Rp200 juta masih bisa didapatkan dari hunian vertikal seperti apartemen atau rumah susun hak milik (rusunami),” ungkapnya. Dalam pandangan Eddy, permintaan terhadap hunian masih akan terus tumbuh seiring kenaikan jumlah masyarakat kelas menengah di Indonesia.
Terkait hal itu, pihaknya berharap pemerintah memiliki kebijakan yang mendukung kebutuhan pasar, terutama aturan loan to value(LTV ) untuk KPR dan KPR inden untuk rumah kedua. Pihaknya berharap Bank Indonesia (BI) segera merevisi aturan tersebut sehingga membantu daya beli masyarakat.
Eddy juga mengharapkan tren penurunan suku bunga dasar kredit (SBDK) di perbankan mendorong masyarakat luas untuk berinvestasi di sektor properti. Dia mengingatkan, berinvestasi properti dengan memanfaatkan penawaran kredit properti dari para pengembang peserta Real Estate Expo 2014 mendapatkan keuntungan, kemudahan, dan kepastian berinvestasi.
“Pengunjung atau konsumen tidak perlu lama menabung hingga terkumpul uang sebanyak harga jual penuh rumah. Cukup bayar uang muka dapat memiliki properti idaman. Selain itu pihak bank akan membiayai pembeli rumah yang sudah besertifikat sehingga legalitas rumah lebih aman dan terjamin,” ujarnya.
Pengamat ekonomi Paul Sutaryono mengatakan, kenaikan harga BBM akan menekan bisnis properti meskipun diperkirakan tidak lama. Dia mengestimasi gejolak itu sekitar tiga bulan. ”Namun setelahnya akan kembali bergairah, terutama untuk segmen properti menengah ke atas,” ujar Paul.
Salah satu pengunjung pameran, Fajar, mengapresiasi penyelenggaraan Real Estat Expo karena memberinya referensi detail mengenai perumahan dan mekanisme KPR. Hanya dia menyayangkan harga rumah tapak yang sudah sangat tinggi. “Pemerintah sebaiknya lebih banyak menyediakan rumah tapak murah. Itu akan sangat membantu masyarakat,” sebutnya.
Hafid fuad
Ketua Umum DPP Realestat Indonesia (REI) Eddy Hussy mengungkapkan, harga hunian lazimnya menyesuaikan kenaikan harga BBM dan upah buruh. Ini karena sektor properti terkait erat dengan harga bahan bangunan dan ongkos pekerja yang biasanya ikut naik. Meskipun besaran kenaikan harga jual rumah atau apartemen belum dihitung, pihaknya mengestimasi sekitar 10–15%.
”Karena itu, saat ini adalah waktu tepat bagi masyarakat untuk berinvestasi. Ini (Real Estate Expo) event terakhir sebelum kenaikan harga BBM,” ujarnya dalam pembukaan Real Estate Expo 2014 di Jakarta Convention Center (JCC) kemarin. Menurut Eddy, masyarakat harus memperhitungkan tren kenaikan harga properti dari tahun ke tahun dengan persentase kenaikan bisa lebih cepat dari beban bunga kredit pemilikan rumah (KPR).
”Di akhir masa kredit, total pembayaran kredit properti akan lebih kecil dari harga rumah,” katanya. Real Estate Expo 2014 digelar mulai 15 hingga 23 November dan ditargetkan dapat mencapai transaksi pembelian senilai Rp2 triliun atau menyamai sebelumnya. Real Estate Expo merupakan event pameran properti yang digelar dua kali dalam setahun.
Kali ini menampilkan 140 pengembang di 165 lokasi proyek strategis. Hunian yang ditawarkan pengembang pun bervariasi, baik vertikal maupun rumah tapak. Meski demikian, produk hunian vertikal dominan. Menurut Eddy, hunian vertikal seperti rumah susun dan apartemen menjadi pilihan utama masyarakat saat ini mengingat harga tanah dan material kian mahal.
Apalagi hunian vertikal memiliki beberapa pilihan menarik. “Harga di bawah Rp200 juta masih bisa didapatkan dari hunian vertikal seperti apartemen atau rumah susun hak milik (rusunami),” ungkapnya. Dalam pandangan Eddy, permintaan terhadap hunian masih akan terus tumbuh seiring kenaikan jumlah masyarakat kelas menengah di Indonesia.
Terkait hal itu, pihaknya berharap pemerintah memiliki kebijakan yang mendukung kebutuhan pasar, terutama aturan loan to value(LTV ) untuk KPR dan KPR inden untuk rumah kedua. Pihaknya berharap Bank Indonesia (BI) segera merevisi aturan tersebut sehingga membantu daya beli masyarakat.
Eddy juga mengharapkan tren penurunan suku bunga dasar kredit (SBDK) di perbankan mendorong masyarakat luas untuk berinvestasi di sektor properti. Dia mengingatkan, berinvestasi properti dengan memanfaatkan penawaran kredit properti dari para pengembang peserta Real Estate Expo 2014 mendapatkan keuntungan, kemudahan, dan kepastian berinvestasi.
“Pengunjung atau konsumen tidak perlu lama menabung hingga terkumpul uang sebanyak harga jual penuh rumah. Cukup bayar uang muka dapat memiliki properti idaman. Selain itu pihak bank akan membiayai pembeli rumah yang sudah besertifikat sehingga legalitas rumah lebih aman dan terjamin,” ujarnya.
Pengamat ekonomi Paul Sutaryono mengatakan, kenaikan harga BBM akan menekan bisnis properti meskipun diperkirakan tidak lama. Dia mengestimasi gejolak itu sekitar tiga bulan. ”Namun setelahnya akan kembali bergairah, terutama untuk segmen properti menengah ke atas,” ujar Paul.
Salah satu pengunjung pameran, Fajar, mengapresiasi penyelenggaraan Real Estat Expo karena memberinya referensi detail mengenai perumahan dan mekanisme KPR. Hanya dia menyayangkan harga rumah tapak yang sudah sangat tinggi. “Pemerintah sebaiknya lebih banyak menyediakan rumah tapak murah. Itu akan sangat membantu masyarakat,” sebutnya.
Hafid fuad
(bbg)