Jelang Musim Hujan, Puting Beliung Ancam Indonesia

Rabu, 12 November 2014 - 21:38 WIB
Jelang Musim Hujan,...
Jelang Musim Hujan, Puting Beliung Ancam Indonesia
A A A
JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi musim penghujan mundur satu bulan, yang seharusnya sudah mulai pada November 2014 ini.

Hal itu dikatakan oleh Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho. Menurutnya, sebagian besar wilayah Indonesia akan memasuki musim penghujan pada Desember 2014.

"Diperkirakan musim hujan normal. Selain, banjir dan longsor yang akan mengancam. Ancaman puting beliung perlu diwaspadai," kata Sutopo lewat siaran pers kepada Sindonews, Rabu (12/11/2014).

Sutopo menjelaskan, tren bencana puting beliung terus meningkat signifikan di Indonesia. Dalam kurun tahun 2003 hingga 2013, kejadian puting beliung meningkat 1.577 persen.

"Dampak yang ditimbulkan 303 orang meninggal, 252.877 orang menderita, 29.108 rumah rusak berat, 13.184 rumah rusak sedang, 89.576 rumah rusak ringan, dan ratusan fasum (fasilitas umum) rusak," ucapnya.

Berbeda dengan bencana lain, seperti banjir, longsor, gempa, tsunami, yang lokasinya mudah dikenali. Daerah rawan puting beliung sulit dikenali karena terkait dengan dinamika atmosfer.

"Waktu kejadiannya pun juga tergantung pada kondisi atmosfer lokalnya. Misal, puting beliung yang menerjang Kabupaten Magelang pada Selasa 11 November 2014, diawali mendung tebal pukul 14.00 WIB," ungkap Sutopo.

"Namun hujan deras disertai puting beliung berlangsung pada pukul 24.00 WIB. Dampaknya, empat orang luka ringan dan 396 rumah rusak di tujuh kecamatan," imbuhnya.

Kemudian di Boyolali, puting beliung pada 7-11-2014 pukul 15.00 WIB menyebabkan 1.578 rumah rusak meliputi 280 rusak berat, 357 rusak sedang, dan 941 rusak di ringan di empat kecamatan.

Sutopo mengimbau masyarakat untuk selalu waspada. Puncak puting beliung diperkirakan pada November 2014 hingga Januari 2015 sesuai pola hujannya. Pola hujan di Indonesia ada tiga tipe yakni monsunal, ekuatorial, dan lokal.

"Sebagian wilayah Riau, Sumatera Selatan (Sumsel), Jambi, Lampung, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan Selatan (Kalsel) dan Kalimantan Tengah (Kalteng) memiliki tipe hujan monsunal, di mana puncak hujan pada Januari," katanya.

"Di Aceh, Sumut, Sumbar, Bengkulu, Kalbar, Kaltim, Sulawesi, Malut dan Papua memiliki tipe hujan ekuatorial, puncaknya November. Sedangkan di Maluku dan Sorong Papua Barat tipe lokal puncak Juni-Juli," pungkasnya.
(maf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7999 seconds (0.1#10.140)