Indonesia-China Pererat Kerja Sama

Senin, 10 November 2014 - 12:44 WIB
Indonesia-China Pererat Kerja Sama
Indonesia-China Pererat Kerja Sama
A A A
BEIJING - Indonesia dan China berusaha untuk mempererat hubungan kerja sama saling menguntungkan, mengisi, dan saling mempercayai.

Hal itu disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Balai Agung Rakyat, Beijing, kemarin, saat melakukan pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri Li Keqiang. ”Kita berharap ke depan hubungan antara Indonesia dan China menjadi hubungan yang saling menguntungkan, saling mengisi, dan saling mempercayai. Dan, hubungan antara kedua negara ini sudah sangat lama sekali,” kata Jokowi.

Sementara itu, PM China menyambut baik upaya kedua negara untuk meningkatkan kerja sama di berbagai bidang. Kunjungan tersebut merupakan lawatan pertama Jokowi ke luar negeri. Presiden berada di Beijing mulai 8-11 November 2014 untuk menghadiri pertemuan puncak Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC). Sebelumnya, Jokowi menerima Menteri Luar Negeri China Wang Yi di Istana Merdeka pada 3 November 2014.

Dalam kesempatan itu, Wang Yi juga membicarakan sejumlah isu seperti perekonomian dan peningkatan kerja sama, di antaranya mengundang investor China masuk dalam membenahi infrastruktur dan gagasan menghubungkan Poros Maritim yang tengah dikembangkan pemerintah serta jalur sutra maritim Abad ke-21 yang diprakarsai China.

Presiden dalam lawatannya kali ini didampingi Menteri Koordinasi Perekonomian Sofyan Djalil, Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi, Menteri Perdagangan Rachmat Gobel, Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto, dan Wakil Ketua DPD GKR Hemas. Sementara itu, Presiden China Xi Jinping mengajak negaranegara Asia-Pasifik untuk menciptakan mimpinya mewujudkan perdamaian dan pembangunan yang saling menguntungkan di seluruh negara Asia- Pasifik.

Pernyataan disampaikan Xi Jinping saat membuka KTT APEC 2014 di Beijing kemarin. Jinping mengatakan, perdamaian dan pembangunan adalah kewajiban bersama sehingga seluruh negara di Asia- Pasifik harus bekerja sama untuk mewujudkannya. Pemimpin berusia 61 tahun ini memastikan negaranya tidak hanya akan fokus mengelola pertumbuhannya sendiri, tetapi juga membantu negara lain untuk berkembang. Kepercayaan diri Jinping ini dilatarbelakangi kekuatan nasional China yang secara keseluruhan terus tumbuh.

”Semua itu dilakukan karena China ingin hidup dalam harmoni dengan semua tetangganya,” jelas Jinping dilansir AFP. Sayangnya, banyak analis meragukan pernyataan Jinping, mengingat sampai saat ini China masih terlibat sengketa wilayah dengan Jepang yang memperebutkan kepulauan di Laut China Timur serta beberapa negara di seluruh wilayah strategis di Laut China Selatan.

Misi Jinping untuk mewujudkan Asia-Pasifik yang damai dan berkembang dianggap sebagai mimpi yang tidak jelas. Jinping sendiri sejak menjabat sebagai pemimpin China dua tahun lalu, secara teratur selalu berbicara tentang mimpi China. Kata-kata ini kerap dikonotasikan sebagai kebangkitan. Jinping juga beberapa kali membicarakan tentang revitalisasi China. Sebagai anggota tetap yang memegang hak veto dalam Dewan Keamanan PBB, China kerap dituding memanfaatkan dekade-panjang konflik untuk meningkatkan bobot pendapatan regional dan global.

China terus berupaya menjadi negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia. Namun pada saat yang bersamaan, mereka enggan terlibat konflik dan secara konsisten menekankan kebijakan nonintervensi dalam urusan internal negara lain. Sikap inilah yang membuka kemungkinan para pebisnis China melakukan bisnis dengan para pemimpin di Barat dan berdampak pada naiknya pendapatan China dari sektor global. Negeri Tirai Bambu ini bahkan berencana untuk melakukan investasi senilai USD1,25 miliar (sekitar Rp15,1 triliun) di luar negeri selama dekade berikutnya. Jinping mengatakan investasi ini akan menguntungkan banyak pihak.

”Untuk Asia- Pasifik dan dunia pada umumnya, pembangunan China akan menghasilkan peluang dan manfaat besar yang abadi dan tak terbatas,” kata Jinping. Keinginan China untuk mewujudkan Asia-Pasifik yang damai juga sudah memperlihatkan titik terang. Pasalnya, musuh besar China, Jepang, kini sudah bersedia bekerja sama dengan China.

”Saya ingin memperbaiki hubungan Jepang dengan China. Saya ingin memberikan pesan bahwa Jepang dan China juga bertanggung jawab atas perdamaian dan stabilitas masyarakat internasional. Kami akan mulai mengembangkan kerja sama bilateral dan memulai mekanisme komunikasi maritim untuk menghindari konflik,” terang PM Jepang Shinzo Abe di Tokyo saat hendak berangkat ke Beijing.

Selain menjadi momen perdamaian dan kebangkitan negara-negara Asia-Pasifik, APEC kali ini juga dimanfaatkan Presiden Amerika Serikat Barack Obama untuk melakukan kesepakatan perdagangan Pan- Pacific. AS akan berupaya untuk lebih aktif terlibat dalam Trans- Pacifik Partnership yang mencakup kerja sama 12 negara Asia-Pasifik.

Rini agustina/Ant
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4850 seconds (0.1#10.140)