Tampilkan Kostum Kejayaan Islam Lampau
A
A
A
Nuansa kejayaan Islam dunia masa lampau tersaji lewat Best Situbondo Carnival (BSC) di Situbondo, Jawa Timur, kemarin.
Enam tema kostum diusung dalam karnaval itu, yakni kejayaan Islam di Turki, India, China, Eropa modern, Indonesia, kejayaan Islam pada masa Nabi Nuh AS, dan kostum Perang Badar. Bupati Situbondo Dadang Wigiarto mengatakan, BSC dengan tema kejayaan Islam dunia itu merupakan langkah berani, karena belum pernah karnaval serupa di Indonesia menggunakan tema islami. Umumnya panitia mengusung tema Barat dan Eropa.
“BSC ini bisa dikatakan berani karena berbeda dengan karnaval umumnya. Kalau karnaval bertema Eropa, itu sudah biasa dilakukan di daerah-daerah lain,” ujar Dadang. Dadang menjelaskan, parameter keberhasilan BSC yang diselenggarakan dalam rangkaian peringatan Tahun Baru Islam ini ada tiga hal. Pertama, secara kualitatif kegiatan BSC yang hanya memiliki waktu persiapan tiga bulan, mulai sosialisasi, mencari peserta, sampai pelaksanaan.
“Saya pikir pelaksanaan sudah optimal meski pembekalan pada peserta jauh dari target kami,” lanjutnya. Parameter keberhasilan kedua, adalah BSC disambut meriah masyarakat umum. Hal itu jelas perubahan animo dari luar biasa. Dia menilai masyarakat Situbondo selama ini masih kolot. Kini masyarakat sudah mulai membuka diri untuk modernisasi. Terakhir, lanjut Dadang, keberadaan BSC akan menjadi pengakuan kelompok-kelompok mode dari kabupaten lain dan pengusaha swasta.
Pemkab selanjutnya akan melakukan publikasi sebagai alat komunikasi pemerintah dengan pengusaha. “Untuk parameter kedua dan ketiga masih butuh publikasi,” terangnya. Dadang menyadari, pendapat dan penilaian berbagai pihak terhadap pelaksanaan BSC yang diikuti 199 peserta ini sangat variatif. Pro dan kontra yang muncul harus disikapi secara dewasa.
“Pro dan kontra pasti ada. Akan tetapi, kami maknai sebagai proses dan pendewasaan,” lanjutnya. Untuk diketahui, pelaksanaan BSC mendapat respons dan antusiasme yang tinggi dari masyarakat. Terbukti, sepanjang jalur yang dilalui peserta dipadati ribuan warga yang ingin menyaksikan pergelaran yang baru pertama kalinya dilaksanakan di Situbondo. Ketua DPRD Situbondo Bashori Shanhaji memberikan apresiasi terhadap penyelenggaraan BSC 2014.
Menurutnya, pelaksanaan BSC ini dapat dijadikan sebagai ajang menggali potensi kebudayaan lokal Situbondo. Selain itu, BSC ini akan memberikan stimulus geliat ekonomi pada masyarakat. “Ajang memang ini memunculkan kembali kejayaan Islam masa lalu. Namun, ini juga ada kaitannya dengan cara menggali kebudayaan lokal di Situbondo. Tapi ada juga efeknya, yakni perekonomian masyarakat bisa bergairah,” ujar Bashori saat ditemui di sela-sela acara BSC.
Politikus PKB ini menambahkan, pelaksanaan BSC 2014 bagi komponen masyarakat yang berpartisipasi langsung terdapat nilai konsolidasi internal, kebersamaan, dan gotong royong, di samping menggali potensi-potensi lokal Situbondo. “Ini bagian dari berkonsolidasi masyarakat, bahwa kami ber-Situbondo,” ujarnya.
P Julia Tmoko
Situbondo
Enam tema kostum diusung dalam karnaval itu, yakni kejayaan Islam di Turki, India, China, Eropa modern, Indonesia, kejayaan Islam pada masa Nabi Nuh AS, dan kostum Perang Badar. Bupati Situbondo Dadang Wigiarto mengatakan, BSC dengan tema kejayaan Islam dunia itu merupakan langkah berani, karena belum pernah karnaval serupa di Indonesia menggunakan tema islami. Umumnya panitia mengusung tema Barat dan Eropa.
“BSC ini bisa dikatakan berani karena berbeda dengan karnaval umumnya. Kalau karnaval bertema Eropa, itu sudah biasa dilakukan di daerah-daerah lain,” ujar Dadang. Dadang menjelaskan, parameter keberhasilan BSC yang diselenggarakan dalam rangkaian peringatan Tahun Baru Islam ini ada tiga hal. Pertama, secara kualitatif kegiatan BSC yang hanya memiliki waktu persiapan tiga bulan, mulai sosialisasi, mencari peserta, sampai pelaksanaan.
“Saya pikir pelaksanaan sudah optimal meski pembekalan pada peserta jauh dari target kami,” lanjutnya. Parameter keberhasilan kedua, adalah BSC disambut meriah masyarakat umum. Hal itu jelas perubahan animo dari luar biasa. Dia menilai masyarakat Situbondo selama ini masih kolot. Kini masyarakat sudah mulai membuka diri untuk modernisasi. Terakhir, lanjut Dadang, keberadaan BSC akan menjadi pengakuan kelompok-kelompok mode dari kabupaten lain dan pengusaha swasta.
Pemkab selanjutnya akan melakukan publikasi sebagai alat komunikasi pemerintah dengan pengusaha. “Untuk parameter kedua dan ketiga masih butuh publikasi,” terangnya. Dadang menyadari, pendapat dan penilaian berbagai pihak terhadap pelaksanaan BSC yang diikuti 199 peserta ini sangat variatif. Pro dan kontra yang muncul harus disikapi secara dewasa.
“Pro dan kontra pasti ada. Akan tetapi, kami maknai sebagai proses dan pendewasaan,” lanjutnya. Untuk diketahui, pelaksanaan BSC mendapat respons dan antusiasme yang tinggi dari masyarakat. Terbukti, sepanjang jalur yang dilalui peserta dipadati ribuan warga yang ingin menyaksikan pergelaran yang baru pertama kalinya dilaksanakan di Situbondo. Ketua DPRD Situbondo Bashori Shanhaji memberikan apresiasi terhadap penyelenggaraan BSC 2014.
Menurutnya, pelaksanaan BSC ini dapat dijadikan sebagai ajang menggali potensi kebudayaan lokal Situbondo. Selain itu, BSC ini akan memberikan stimulus geliat ekonomi pada masyarakat. “Ajang memang ini memunculkan kembali kejayaan Islam masa lalu. Namun, ini juga ada kaitannya dengan cara menggali kebudayaan lokal di Situbondo. Tapi ada juga efeknya, yakni perekonomian masyarakat bisa bergairah,” ujar Bashori saat ditemui di sela-sela acara BSC.
Politikus PKB ini menambahkan, pelaksanaan BSC 2014 bagi komponen masyarakat yang berpartisipasi langsung terdapat nilai konsolidasi internal, kebersamaan, dan gotong royong, di samping menggali potensi-potensi lokal Situbondo. “Ini bagian dari berkonsolidasi masyarakat, bahwa kami ber-Situbondo,” ujarnya.
P Julia Tmoko
Situbondo
(ars)