Jaksa Agung Baru Harus Mampu Jembatani Eksternal & Internal
A
A
A
JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) dinilai perlu menimbang secara ketat siapa calon Jaksa Agung yang akan memimpin korps Adhyaksa lima tahun ke depan.
Pengamat Hukum Tata Negara Refly Harun mengatakan, selain faktor kualitas dan kapabilitas, modal utama untuk memilih calon Jaksa Agung adalah soal trust (kepercayaan).
"Dari segi pergaulannya, Jokowi adalah elite politik baru di Jakarta. Sekitar dua tahun menjadi Gubernur, lebih banyak blusukan di masyarakat. Dia belum memiliki orang kepercayaan yang sekiranya mampu memimpin Kejaksaan Agung," kata Refly dalam sebuah diskusi di bilangan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (7/11/2014).
Terkait sosok calon Jaksa Agung ideal dari internal atau eksternal Kejaksaan, Refly memiliki penilaian tersendiri. Menurut dia, masyarakat memiliki penilaian negatif terhadap calon dari internal. Pasalnya, institusi ini dinilai belum berubah sejak era reformasi bergulir.
Di sisi lain, seorang Jaksa Agung juga harus memiliki kemampuan eksternal. Sebagai pembantu presiden yang akan menghadapi polemik politik di luar kejaksaan, maka kemampuan berkomunikasi dengan pihak eksternal juga patut diutamakan.
"Idealnya bagi saya, orang internal yang memiliki integritas dan pernah punya pengalaman di luar sehingga mampu menjembatani antara eksternal dan internal," kata Refly.
Pengamat Hukum Tata Negara Refly Harun mengatakan, selain faktor kualitas dan kapabilitas, modal utama untuk memilih calon Jaksa Agung adalah soal trust (kepercayaan).
"Dari segi pergaulannya, Jokowi adalah elite politik baru di Jakarta. Sekitar dua tahun menjadi Gubernur, lebih banyak blusukan di masyarakat. Dia belum memiliki orang kepercayaan yang sekiranya mampu memimpin Kejaksaan Agung," kata Refly dalam sebuah diskusi di bilangan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (7/11/2014).
Terkait sosok calon Jaksa Agung ideal dari internal atau eksternal Kejaksaan, Refly memiliki penilaian tersendiri. Menurut dia, masyarakat memiliki penilaian negatif terhadap calon dari internal. Pasalnya, institusi ini dinilai belum berubah sejak era reformasi bergulir.
Di sisi lain, seorang Jaksa Agung juga harus memiliki kemampuan eksternal. Sebagai pembantu presiden yang akan menghadapi polemik politik di luar kejaksaan, maka kemampuan berkomunikasi dengan pihak eksternal juga patut diutamakan.
"Idealnya bagi saya, orang internal yang memiliki integritas dan pernah punya pengalaman di luar sehingga mampu menjembatani antara eksternal dan internal," kata Refly.
(kri)