Najib dan Rutte Bertemu, Penembak MH17 akan Diadili
A
A
A
PUTRAJAYA - Perdana Menteri (PM) Malaysia Najib Razak dan PM Belanda Mark Rutte sepakat untuk menyeret pelaku penembakan pesawat MH17 ke meja hijau, setelah kemarin kedua petinggi itu menggelar pertemuan di Malaysia.
Razak dan Rutte merasa perlu menindak tegas pelaku yang bertanggung jawab dalam penembakan MH17. Pasalnya, selain mencoreng nama baik MH17, yang kini ganti nama jadi MH19, insiden tersebut menewaskan sekitar 298 penumpang; 44 di antaranya merupakan warga Malaysia, sementara 193 lainnya merupakan warga Belanda. “Malaysia berkomitmen untuk membawa pelaku penembakan MH17 ke pengadilan. Kami harus melakukan apapun yang kami bisa untuk memastikan hukum ditegakkan seadil-adilnya,” ujar Razak, dikutip AFP .
“Malaysia dan Belanda setuju negara yang warganya menjadi korban harus ikut bekerja sama,” sambung PM Malaysia keenam itu. Najib menambahkan, bukti kuat kasus MH17 mungkin sulit ditemukan. Karena itu, tim investigasi saat ini diprioritaskan mengumpulkan puingpuing pesawat. Itu pun masih mengalami kendala.
Tim investigasi pimpinan Belanda kesulitan mengakses situs jatuhnya pesawat pabrikan Rusia tersebut. Pasalnya, di Ukraina Timur situasi masih panas. Pemerintah dan kelompok separatis intens melakukan kontak senjata. Mereka tidak ingin mengambil risiko besar. Proses investigasi juga berjalan lambat karena cuaca di Ukraina Timur buruk. Petugas resmi tim investigasi MH17 mengatakan suhu di sana sangat rendah.
Najib sadar tidak bisa sembarangan bermain dengan hukum. Karena itu, dia meminta tim investigasi mencari bukti otentik di lapangan sebelum bisa mendukung sumber-sumber yang lain. Saat ini Malaysia dan Belanda tidak berani menuduh siapa pun, meskipun asumsi penembakan MH17 sudah dilontarkan beberapa negara. Senada dengan Razak, Rutte mengatakan bahwa kasus penembakan MH17 tidak jelas, meski dia tak menampik akan menyerahkan pelaku MH17 ke pengadilan.
Dia menilai investigasi ini perlu dilakukan secepat mungkin. Pemerintah perlu berupaya membuka dan mengamankan akses ke Ukraina Timur. Tim investigasi terkadang tidak berani masuk dan hanya mengumpulkan informasi dari para saksi. “Apa yang harus kami lakukan sekarang adalah memahami apa yang sebenarnya terjadi di tempat kejadian.
Pengadilan akan berjalan sesuai dengan apa yang kami dapat,” terang pemimpin Partai Rakyat untuk Kebebasan dan Demokrasi itu. Menurut Rutte, kasus n MH17 belum tentu akan dibawa ke Pengadilan Kriminal Internasional. Semua penyelesaian hukum kasus ini akan disesuaikan dengan apa yang didapat tim investigasi. “Seperti yang kita lihat sekarang, kasus ini tidak cocok jika dibawa ke Pengadilan Kriminal Internasional,” tuturnya.
Muh shamil
Razak dan Rutte merasa perlu menindak tegas pelaku yang bertanggung jawab dalam penembakan MH17. Pasalnya, selain mencoreng nama baik MH17, yang kini ganti nama jadi MH19, insiden tersebut menewaskan sekitar 298 penumpang; 44 di antaranya merupakan warga Malaysia, sementara 193 lainnya merupakan warga Belanda. “Malaysia berkomitmen untuk membawa pelaku penembakan MH17 ke pengadilan. Kami harus melakukan apapun yang kami bisa untuk memastikan hukum ditegakkan seadil-adilnya,” ujar Razak, dikutip AFP .
“Malaysia dan Belanda setuju negara yang warganya menjadi korban harus ikut bekerja sama,” sambung PM Malaysia keenam itu. Najib menambahkan, bukti kuat kasus MH17 mungkin sulit ditemukan. Karena itu, tim investigasi saat ini diprioritaskan mengumpulkan puingpuing pesawat. Itu pun masih mengalami kendala.
Tim investigasi pimpinan Belanda kesulitan mengakses situs jatuhnya pesawat pabrikan Rusia tersebut. Pasalnya, di Ukraina Timur situasi masih panas. Pemerintah dan kelompok separatis intens melakukan kontak senjata. Mereka tidak ingin mengambil risiko besar. Proses investigasi juga berjalan lambat karena cuaca di Ukraina Timur buruk. Petugas resmi tim investigasi MH17 mengatakan suhu di sana sangat rendah.
Najib sadar tidak bisa sembarangan bermain dengan hukum. Karena itu, dia meminta tim investigasi mencari bukti otentik di lapangan sebelum bisa mendukung sumber-sumber yang lain. Saat ini Malaysia dan Belanda tidak berani menuduh siapa pun, meskipun asumsi penembakan MH17 sudah dilontarkan beberapa negara. Senada dengan Razak, Rutte mengatakan bahwa kasus penembakan MH17 tidak jelas, meski dia tak menampik akan menyerahkan pelaku MH17 ke pengadilan.
Dia menilai investigasi ini perlu dilakukan secepat mungkin. Pemerintah perlu berupaya membuka dan mengamankan akses ke Ukraina Timur. Tim investigasi terkadang tidak berani masuk dan hanya mengumpulkan informasi dari para saksi. “Apa yang harus kami lakukan sekarang adalah memahami apa yang sebenarnya terjadi di tempat kejadian.
Pengadilan akan berjalan sesuai dengan apa yang kami dapat,” terang pemimpin Partai Rakyat untuk Kebebasan dan Demokrasi itu. Menurut Rutte, kasus n MH17 belum tentu akan dibawa ke Pengadilan Kriminal Internasional. Semua penyelesaian hukum kasus ini akan disesuaikan dengan apa yang didapat tim investigasi. “Seperti yang kita lihat sekarang, kasus ini tidak cocok jika dibawa ke Pengadilan Kriminal Internasional,” tuturnya.
Muh shamil
(ars)