Australia Gelar Operasi Terorisme

Rabu, 05 November 2014 - 16:39 WIB
Australia Gelar Operasi Terorisme
Australia Gelar Operasi Terorisme
A A A
SYDNEY - Penasihat hukum pemerintah, George Brandis, mengatakan bahwa Australia bersiap kembali menggelar operasi kontraterorisme. Selain akan melakukan penggerebekan dengan skala yang lebih besar, tim pertahanan juga akan memperketat pengawasan di bandara.

Australia termasuk negara yang aktif dalam memerangi terorisme. Kekhawatiran mereka memuncak setelah Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) merekrut warga Australia hingga mencapai 71 orang. Sampai saat ini, pemerintah membatalkan 73 paspor warga Australia yang diduga akan bergabung dengan ISIS. Sydney mengeluarkan kebijakan itu untuk menjamin keamanan masyarakat. Pasalnya, mereka takut warga Australia yang ikut bergabung dengan ISIS akan pulang membawa mental kekerasan.

Berdasarkan laporan News Australia, 20 warga Australia yang terdaftar ke dalam anggota ISIS sudah kembali ke Australia. Situasi di beberapa kawasan Australia sempat tegang setelah pemerintah meningkatkan level kewaspadaan terhadap kemungkinan adanya ancaman serangan teroris. Mereka menurunkan 800 personel keamanan untuk melakukan penyisiran di Sydney dan Brisbane. Dari operasi itu, dua orang dijerat dan dihukum.

Asisten Komisioner Polisi Federal Australia (AFP) Neil Gaughan mengatakan, pemerintah dan masyarakat masih belum merasa aman. Karena itu, operasi yang sama kemungkinan besar akan kembali dilakukan. Namun, dia menolak memberikan komentar lebih rinci mengenai waktu dan tempat operasi itu akan digelar. “Kami memiliki jumlah investigasi yang sangat besar. Apa yang bisa diperkirakan komunitas muslim di Australia adalah penggerebekan yang sama dengan sebelumnya. Lingkungan tengah berubah.

Kami dipaksa bertindak lebih cepat dari seharusnya,” ujar Gaughan kepada presenter Tony Jones dalam acara Q&A ABC. Gaughan juga tidak menerangkan jumlah personel yang akan diturunkan ke lapangan. Namun, melihat misi itu, kemungkinan besar jumlah personel juga akan bertambah jika polisi hendak menyelesaikannya dalam waktu yang relatif singkat. Semua senjata berbahaya, termasuk pedang, disebut bakal dirazia. Senada dengan Gaughan, Brandis mengatakan pemerintah akan menggelar operasi yang sama.

Pasalnya, beberapa waktu lalu seorang warga Australia sempat akan ditangkap dan dipenggal. Tindakan itu, kata Brandis, sangat memprihatinkan, berbahaya, dan bisa dibilang sebagai kekerasan teroris. “Mari saya luruskan perkara ini, polisi tidak memasang operasi secara berlebihan. Seseorang berniat melakukan kejahatan teroris, tindakan kekerasan di Sydney.

Saya dan polisi tidak menyesal menangkap, mengganggu, dan mencegah tindakan itu,” ungkap Brandis. Senjata yang digunakan tersangka juga asli, bukan dari plastik. Brandis juga menambahkan akan terus mengawasi arus lalu lintas penerbangan, terutama jalur menuju Irak dan Suriah.

Namun, sekalipun otoritas setempat menemukan warga Australia hendak bergabung dengan ISIS, mereka tidak akan melukainya. Pihak keamanan hanya akan membatalkan paspor orang tersebut. Saat ini Brandis tak menampik mata tim pertahanan Australia hanya tertuju pada komunitas muslim.

Menurut dia, setiap warga Australia yang bergabung dengan ISIS direkrut dari komunitas tersebut. Namun demikian, pemerintah tidak mencoba menyudutkan mereka, tapi justru melindungi mereka dari pengaruh ISIS. “Anda (komunitas muslim) mungkin tidak suka mendengar saya memanggil Anda korban. Namun, pemerintah mengira komunitas muslim tengah dijadikan mangsa, terutama para pemudanya, ”kata Brandis, dilansir AFP. “Mereka direkrut untuk berpartisipasi dalam perang sipil dengan bujukan yang barangkali keliru.”

Muh shamil
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.4342 seconds (0.1#10.140)