Kapolri Terjunkan Interpol ke Hong Kong

Rabu, 05 November 2014 - 10:29 WIB
Kapolri Terjunkan Interpol ke Hong Kong
Kapolri Terjunkan Interpol ke Hong Kong
A A A
JAKARTA - Kasus pembunuhan sadis terhadap Sumarti Ningsih, 25, dan Seneng Mujiasih alias Jesse Lorena Ruri, 30, dua warga negara Indonesia (WNI) di Hong Kong, mendapat perhatian serius Polri. Kemarin Kapolri Jenderal Polisi Sutarman memastikan segera mengirimkan tim Interpol ke Hong Kong guna membantu penyelidikan kasus yang menggegerkan ini. Ningsih dan Seneng diduga dibunuh oleh bankir asal Inggris, Rurik Jutting, 29. Jasad Ningsih ditemukan dalam koper dengan leher nyaris putus.

“Kita punya kerja sama baik dengan Hong Kong. Kita akan kirim Interpol kita,” kata Sutarman seusai rapat koordinasi nasional bersama gubernur, kapolda, dan kabinda seluruh Indonesia di Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) kemarin. Sutarman mengatakan koordinasi itu dilakukan untuk upaya-upaya hukum. Langkah tersebut juga bagian dari kepolisian untuk memberikan perlindungan bagi WNI yang menjadi korban. Untuk pemulangan jenazah, Polri akan berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri (Kemlu).

Direktur Eksekutif Disaster Victim Identification (DVI) Mabes Polri Kombes Pol Anton Castilani mengatakan, timnya sedang bergerak ke lapangan dalam rangka pengambilan sampel DNA. Tim akan mendatangi keluarga Ningsih di Cilacap, Jawa Tengah dan Seneng Mujiasih di Muna, Sulawesi Tenggara. Pengambilan DNA akan dilakukan kepolisian daerah (polda). “Nanti datanya akan diolah di DVI Mabes Polri,” ujar dia.

Setelah itu data analisis dari DVI akan dikoordinasikan dengan Interpol Polri dan liaison officer (LO) Polri di Hong Kong. “Diperkirakan dua minggu sudah bisa dikirim datanya,” kata dia.Pembunuhan Ningsih dan Seneng terungkap Sabtu lalu (1/11). Jenazah Ningsih ditemukan dalam koper di balkon lantai 31 apartemen milik Jutting di Distrik Wan Chai, Hong Kong. Kaki menjulur keluar dan kepala nyaris terpisah dari badan.

Adapun Seneng atau Jesse awalnya ditemukan hidup pada Sabtu (1/11) di apartemen Jutting dengan luka tikaman parah di leher dan bokong. Namun perempuan itu meninggal tak lama kemudian di lokasi kejadian. Jutting diduga membunuh Ningsih pada Senin (27/10). Jutting telah ditangkap kepolisian Hong Kong dan dihadapkan ke pengadilan di wilayah timur Hong Kong, Senin (3/11).

Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Lestari Priansari Marsudi menegaskan tidak ada lagi halangan untuk memulangkan jenazah Ningsih dan Seneng. Pihak Kemlu akan memulangkan jenazah mereka sesuai dengan keinginan keluarga. Retno menegaskan pihaknya akan memprioritaskan keinginan keluarga korban.

Sebelum Dibunuh, Ningsih Kirim Uang

Kematian Ningsih menyisakan duka mendalam bagi keluarganya yang tinggal di Desa Gandrungmangu, Kecamatan Gandrungmangu, Cilacap. Korban diketahui sebagai orang tua tunggal dari Muhammad Havid Arnovan, 5. Sedianya Ningsih berencana pulang ke Cilacap pada Minggu (2/11). Sayang rencana itu tidak kesampaian karena dia menjadi korban pembunuhan.

Tak pelak, kejadian ini membuat keluarga Ningsih geram. Mereka menuntut pelaku yang membunuh anaknya itu dihukum mati. “Ningsih itu tulang punggung ekonomi keluarga,” ujar Ahmad Kaliman, 59, ayah Ningsih, kemarin.

Ningsih merupakan anak dari pasangan Ahmad Kaliman dan Suratmi, 48. Kaliman menerangkan, Ningsih berangkat ke Hong Kong sepekan setelah Lebaran lalu. Ningsih sudah bekerja di Hong Kong menjadi TKW untuk kali ketiga. “Dia berangkat ke Hong Kong dengan menggunakan visa turis,” jelasnya.

Pada 15 Oktober lalu, menurut Kaliman, Ningsih sempat menghubunginya. Dalam komunikasi itu juga tidak ada gelagat yang aneh. “Ningsih juga sempat mengirim uang,” paparnya.

Dia baru menerima kabar kematian putrinya pada Senin (3/11) sore dari aparat kepolisian yang memberitahukan peristiwa ini. Dia berharap jenazah Ningsih bisa dibawa pulang ke kampung halaman. Ibunda Ningsih, Suratmi, mengatakan pada Senin (3/11) sempat ke bank untuk mencetak saldo rekening tabungan anaknya. Berdasarkan hasil pencetakan rekening, kata dia, Ningsih diketahui terakhir kali menabung pada tanggal 22 Oktober lalu. “Sore harinya, saya sangat terkejut karena mendapat kabar bahwa anak saya telah meninggal dunia,” katanya.

Kemarin, perwakilan Kemlu mendatangi keluarga Ningsih di Cilacap. Kedatangan petugas Kemlu ini untuk meminta kuasa dari keluarga bagi proses administrasi pemulangan jenazah. Namun Kemlu belum bisa memastikan kepulangan jenazah Ningsih.

Ningsih merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. “Saya baru mendapat kabar tentang kematian Ningsih dari anggota kepolisian yang datang ke rumah tadi sekitar pukul 17.00 WIB,” katanya. Dia telah memastikan kabar meninggalnya Ningsih kepada salah seorang kerabat yang bekerja di Hong Kong, yakni Jumiati.

Kaliman mengungkapkan Ningsih yang lahir di Bungo Tebo, Jambi, pada 22 April 1991 berangkat ke Hong Kong untuk pertama kalinya pada 2011 sebagai pembantu rumah tangga melalui PT Arafah Bintang Perkasa Cabang Cilacap. Setelah dua tahun delapan bulan bekerja, kata dia, Ningsih kembali ke Gandrungmangu dan selanjutnya ikut kursus disc jockey (DJ) di Yogyakarta hingga mendapatkan sertifikat basic DJ mixing course dengan nilai baik.

Baru satu bulan di rumah, dia berangkat lagi ke Hong Kong, tetapi tidak melalui perusahaan penempatan tenaga kerja Indonesia, melainkan menggunakan visa turis. “Saya sudah melarang, tetapi dia tetap ingin berangkat untuk mencari uang demi masa depan Muhammad Hafid Arnovan, anak hasil pernikahan sirinya dengan warga Semarang bernama Subadar, sehingga saya pun akhirnya mengizinkan,” tutur Kaliman.

Sementara itu Daily Mail melaporkan, Seneng Mujiasih diketahui bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Hong Kong. Namun beberapa pihak mengatakan Seneng juga kerap menjadi pekerja seks komersial (PSK) freelancer. Dia diketahui tengah mengumpulkan uang demi membangun rumah impian di kampung halamannya di Sulawesi. Kawan Seneng di Hong Kong, Robert van den Bosch, mengatakan dia melihat Seneng keluar pub sehari sebelum kematiannya.

Dita angga/Rini agustina/Sindonews/ant
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5585 seconds (0.1#10.140)