Pebisnis Pemula Rebut Konsumen Jomblo
A
A
A
Aktivitas konsumsi yang begitu besar di kalangan jombloers, sebutan untuk konsumen jomblo, mendorong pebisnis pemula berani mengambil pasar ini sebagai target penjualan.
Meski para pebisnis muda ini tak bermodal besar, mereka optimistis bisa mengeruk keuntungan berlimpah dari fenomena ini. Salah satu pebisnis pemula yang terjun menarget konsumen jomblo adalah tiga remaja putri, Laila Larissa Alam, 21 (finance & public relation ); Yolani Laxmi, 20 (operation ); dan Hillary Tjandra, 20 (design & research).
Ketiganya mendirikan usaha yang menawarkan berbagai produk kecantikan dengan nama “Skin Junkies “. Produk-produk ini cocok untuk dipakai para wanita muda, baik yang sudah memiliki pasangan maupun belum. Namun Lila mengatakan, selama ini pasarnya lebih banyak diminati temanteman yang belum ada pasangan. Cara pembeliannya juga terbilang modern karena dilakukan lewat media online .
Jadi, konsumen Skin Junkies mengerti produk-produk ini atas usahanya sendiri mencari tahu lewat dunia maya. Laila mengungkapkan, usaha yang digelutinya ini telah berdiri sejak dua tahun lalu. Ide bisnis ini bermula dari kedua pemiliknya yang punya minat terhadap dunia kecantikan. Jadi, usaha ini seolah memadukan antara kesenangan setiap pendirinya dan dunia bisnis.
Dalam menjalankan bisnis ini pun mereka tidak ada perasaan mengeluh, selalu diiringi dengan perasaan senang. Konsumen remaja, dalam hal ini jombloers , menjadi target pasar produkproduk Skin Junkies karena rata-rata mereka menginginkan bahan atau perlengkapan kecantikan yang bergaya modern atau kekinian. Nah, hal itu lebih bisa didapatkan jika produsen yang menawarkan produk juga berasal dari kalangan remaja yang punya minat di dunia kecantikan.
“Karena kita adalah remaja yang mengerti kecantikan, jadi kita tahu kebutuhan wanita muda untuk membikin mereka menjadi kelihatan menarik di lingkungan sekitarnya,” ucap Laila. Tak bisa dimungkiri, tren bisnis di kalangan perempuan kini mulai merembet hingga para remaja putri. Dengan modal yang tidak terlalu besar, sejumlah gadis yang notabene masih berstatus sebagai mahasiswi ini memberanikan diri terjun berwirausaha.
Akhirnya, pilihan mereka berbisnis dan menargetkan pasar jomblo membuahkan hasil yang memuaskan. Menurut Laila, keberhasilan usaha ini tidak lepas dari strategi pasar yang belum banyak dibidik pelaku usaha yang sama. Produk yang ditawarkan Skin Junkies sangat cocok dikonsumsi para remaja putri yang peduli terhadap kesehatan kulit. Mereka cukup memesannya lewat laman yang tersedia, lalu produk akan segera dikirimkan.
“Dengan ceruk pasar yang besar, akhirnya kita mendirikan Skin Junkies, sebuah bath and body brand yang pada awalnya menyediakan sabun dengan berbagai bentuk, batang dan cair. Lalu, meluas ke lotion , homemade scrub , dan selanjutnya ada beberapa produk baru yang akan kami launching ,” kata Laila kepada KORAN SINDO . Laila bersama dua rekan kerjanya memilih memasarkan berbagai produk Skin Junkies lewat media online karena pemasarannya lebih mudah diakses oleh kalangan anak muda.
Ciri anak muda yang punya sifat keterbukaan memang tidak mau disibukkan dengan susah payah pergi ke mal. Saat ini muncul kecenderungan di antaramerekabahwajual-beli lewat internet lebih disukai. “Bagi pebisnis yang baru memulai, model pemasaran dengan cara online memiliki keuntungan tersendiri. Selain murah dan mudah pemasarannya, target pasar produk Skin Junkies didominasi kalangan remaja yang masih sendiri,” tutur Laila, yang merupakan mahasiswi Prasetiya Mulya Business School (PMBS).
Lebih luas lagi, target pasar produk-produk Skin Junkies adalah para wanita yang berusia di antara 10 hingga 55 tahun. Mereka biasanya para perempuan yang peduli kesehatan kulit, selektif terhadap produk yang tidak membahayakan kesehatan, serta berani mencoba hal unik dan baru. Operation Skin Junkies Yolani Laxmi mengatakan, memang bisnis ini mulanya adalah tugas belajar namun setelah dijalankan, sambutan konsumen baik dan akhirnya bisnis ini dijalankan dengan passion masing-masing.
“Siapa yang menyangka jika omzet bisnis produk kecantikan ini bisa mencapai Rp7-30 juta per bulan. Dalam setahun, kira-kira mencapai Rp360 juta. Tergantung musimnya, apalagi kalau setiap bulan kita ikut event, bisa lebih besar omzetnya,” ungkap Yolani.
Meski sebelumnya hampir dua tahun ini model pemasaran produkproduk Skin Junkies hanya fokus lewat media online , tahun ini produk Skin Junkies mulai dipasarkan di berbagai toko fashion di Jakarta. Karena itu, modal yang kuat sangat dibutuhkan tim saat ini agar ekspansi Skin Junkies bisa semakin meluas.
Lewat Skin Junkies ketiga dara cantik ini ingin menyebarkan “virusvirus” perawatan tubuh dengan bahan alami kepada masyarakat banyak. Gayung pun bersambut, produk mereka kini mulai dikenal masyarakat lewat dunia maya.
Nafi muthohirin
Meski para pebisnis muda ini tak bermodal besar, mereka optimistis bisa mengeruk keuntungan berlimpah dari fenomena ini. Salah satu pebisnis pemula yang terjun menarget konsumen jomblo adalah tiga remaja putri, Laila Larissa Alam, 21 (finance & public relation ); Yolani Laxmi, 20 (operation ); dan Hillary Tjandra, 20 (design & research).
Ketiganya mendirikan usaha yang menawarkan berbagai produk kecantikan dengan nama “Skin Junkies “. Produk-produk ini cocok untuk dipakai para wanita muda, baik yang sudah memiliki pasangan maupun belum. Namun Lila mengatakan, selama ini pasarnya lebih banyak diminati temanteman yang belum ada pasangan. Cara pembeliannya juga terbilang modern karena dilakukan lewat media online .
Jadi, konsumen Skin Junkies mengerti produk-produk ini atas usahanya sendiri mencari tahu lewat dunia maya. Laila mengungkapkan, usaha yang digelutinya ini telah berdiri sejak dua tahun lalu. Ide bisnis ini bermula dari kedua pemiliknya yang punya minat terhadap dunia kecantikan. Jadi, usaha ini seolah memadukan antara kesenangan setiap pendirinya dan dunia bisnis.
Dalam menjalankan bisnis ini pun mereka tidak ada perasaan mengeluh, selalu diiringi dengan perasaan senang. Konsumen remaja, dalam hal ini jombloers , menjadi target pasar produkproduk Skin Junkies karena rata-rata mereka menginginkan bahan atau perlengkapan kecantikan yang bergaya modern atau kekinian. Nah, hal itu lebih bisa didapatkan jika produsen yang menawarkan produk juga berasal dari kalangan remaja yang punya minat di dunia kecantikan.
“Karena kita adalah remaja yang mengerti kecantikan, jadi kita tahu kebutuhan wanita muda untuk membikin mereka menjadi kelihatan menarik di lingkungan sekitarnya,” ucap Laila. Tak bisa dimungkiri, tren bisnis di kalangan perempuan kini mulai merembet hingga para remaja putri. Dengan modal yang tidak terlalu besar, sejumlah gadis yang notabene masih berstatus sebagai mahasiswi ini memberanikan diri terjun berwirausaha.
Akhirnya, pilihan mereka berbisnis dan menargetkan pasar jomblo membuahkan hasil yang memuaskan. Menurut Laila, keberhasilan usaha ini tidak lepas dari strategi pasar yang belum banyak dibidik pelaku usaha yang sama. Produk yang ditawarkan Skin Junkies sangat cocok dikonsumsi para remaja putri yang peduli terhadap kesehatan kulit. Mereka cukup memesannya lewat laman yang tersedia, lalu produk akan segera dikirimkan.
“Dengan ceruk pasar yang besar, akhirnya kita mendirikan Skin Junkies, sebuah bath and body brand yang pada awalnya menyediakan sabun dengan berbagai bentuk, batang dan cair. Lalu, meluas ke lotion , homemade scrub , dan selanjutnya ada beberapa produk baru yang akan kami launching ,” kata Laila kepada KORAN SINDO . Laila bersama dua rekan kerjanya memilih memasarkan berbagai produk Skin Junkies lewat media online karena pemasarannya lebih mudah diakses oleh kalangan anak muda.
Ciri anak muda yang punya sifat keterbukaan memang tidak mau disibukkan dengan susah payah pergi ke mal. Saat ini muncul kecenderungan di antaramerekabahwajual-beli lewat internet lebih disukai. “Bagi pebisnis yang baru memulai, model pemasaran dengan cara online memiliki keuntungan tersendiri. Selain murah dan mudah pemasarannya, target pasar produk Skin Junkies didominasi kalangan remaja yang masih sendiri,” tutur Laila, yang merupakan mahasiswi Prasetiya Mulya Business School (PMBS).
Lebih luas lagi, target pasar produk-produk Skin Junkies adalah para wanita yang berusia di antara 10 hingga 55 tahun. Mereka biasanya para perempuan yang peduli kesehatan kulit, selektif terhadap produk yang tidak membahayakan kesehatan, serta berani mencoba hal unik dan baru. Operation Skin Junkies Yolani Laxmi mengatakan, memang bisnis ini mulanya adalah tugas belajar namun setelah dijalankan, sambutan konsumen baik dan akhirnya bisnis ini dijalankan dengan passion masing-masing.
“Siapa yang menyangka jika omzet bisnis produk kecantikan ini bisa mencapai Rp7-30 juta per bulan. Dalam setahun, kira-kira mencapai Rp360 juta. Tergantung musimnya, apalagi kalau setiap bulan kita ikut event, bisa lebih besar omzetnya,” ungkap Yolani.
Meski sebelumnya hampir dua tahun ini model pemasaran produkproduk Skin Junkies hanya fokus lewat media online , tahun ini produk Skin Junkies mulai dipasarkan di berbagai toko fashion di Jakarta. Karena itu, modal yang kuat sangat dibutuhkan tim saat ini agar ekspansi Skin Junkies bisa semakin meluas.
Lewat Skin Junkies ketiga dara cantik ini ingin menyebarkan “virusvirus” perawatan tubuh dengan bahan alami kepada masyarakat banyak. Gayung pun bersambut, produk mereka kini mulai dikenal masyarakat lewat dunia maya.
Nafi muthohirin
(ars)