JK Ajak NU Perbaiki Kehidupan Umat

Minggu, 02 November 2014 - 13:32 WIB
JK Ajak NU Perbaiki...
JK Ajak NU Perbaiki Kehidupan Umat
A A A
JAKARTA - Organisasi keagamaan memiliki peran besar untuk mendamaikan umat dengan menekan konflik sosial. Hal inilah yang ditekankan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) untuk memperbaiki kehidupan masyarakat.

Menurut dia, konflik dan gejolak di tengah masyarakat selalu dipicu oleh dua hal yakni ideologi dan ketidakadilan. Terutama penanganan masalah ideologi, peran ormas keagamaan harus dominan. Karena itu, JK meminta Nahdlatul Ulama (PBNU) sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia harus turut serta memperbaiki kehidupan masyarakat bersama pemerintah.

”Hampir 70 tahun kita merdeka, tercatat ada 15 konflik bangsa. Hanya dua alasan orang berkonflik yaitu ideologi dan ketidakadilan. Ini yang harus selalu jadi perhatian,” katanya saat memberikan sambutan dalam acara Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konferensi Besar NU 2014 di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, kemarin. Dia mencontohkan peristiwa dan pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI), PRRI/Permesta, Poso, Ambon, dan sebagainya. Semua dipicu karena masalah ideologi dan ketidakadilan.

JK menjelaskan, konflik di semenanjung Arab yang mayoritas berpenduduk muslim terjadi karena dua hal tersebut. Tidak bisa dipungkiri, maraknya radikalisme dan aksi bom bunuh diri terjadi karena ada pihak-pihak yang menjual surga dengan murah. ”Dengan sedikit saja mengatakan kamu membunuh atau dibunuh masuk surga. Tugas kita termasuk ulama menyadarkan umat bahwa surga tidak segampang dan tidak bisa diobral begitu,” ucapnya. Kesenjangan ekonomi dan penerapan demokrasi di negara- negara Arab yang tidak berjalan dengan baik mendorong mereka melakukan pemberontakan.

”Di Asia dan di negara-negara Islam, alhamdulillah kita yang terbaik menjalankan demokrasi. Di Filipina, Pakistan, India, Afghanistan, Thailand, kalau pemilu, selalu ada korban jiwa, hanya karena satu pemilu,” ungkapnya. Karena itu, JK mengaku bersyukur itu tidak terjadi Indonesia meski negara ini memiliki banyak suku dan bahasa yang berbeda. Itu karena Islam di Indonesia sangat moderat dan menjadi alat pemersatu bangsa. ”Itu tidak lepas dari peran para ulama yang selalu memberikan tausiah kepada umatnya dan menjaga keamanan serta harmoni bangsa ini,” katanya.

Mantan Ketua Umum DPP Partai Golkar ini mengatakan, dalam kehidupan berbangsa, persoalan ekonomi juga harus menjadi perhatian utama karena sangat erat kaitannya dengan kemiskinan. Saat ini angka kesenjangan atau gini ratio di Indonesia mencapai level 0,43 dan sudah masuk dalam kategori kuning dan merah. ”Pemberontakan di negaranegara Arab terjadi ketika kesenjangan mencapai level 0,45. Artinya, kita harus memperbaiki semua itu,” katanya.

Pengusaha asal Makassar ini mencontohkan, bagaimana pembagian zakat selalu diwarnai dengan aksi saling desakdesakan, bahkan sampai merenggut korban jiwa seperti yang pernah dialaminya. Itu terjadi karena jumlah muzakki (pemberi zakat) sedikit dibandingkan para mustahik (penerima zakat). ”Jadi masalah kemiskinan harus menjadi perhatian utama kita semua, termasuk NU,” ujarnya. Berdasarkan data yang dimiliki, ada empat kantong kemiskinan bangsa ini yakni petani, nelayan, buruh, dan penganggur.

NU sebagai salah satu organisasi Islam terbesar dan mempunyai jiwa entrepreneur yang kuat sehingga mempunyai kemampuan untuk ikut mengatasi persoalan karena punya sifat kemandirian yang besar. Apalagi, banyak warga NU yang berasal dari kalangan petani dan nelayan. ”Kalau NU maju, bangsa ini akan maju. Kenapa NU lebih banyak berbicara politik di banding organisasi lainnya karena ibadah sosialnya adalah individu. NU harus melakukan konsolidasi organisasi,” ungkapnya.

Munas Alim Ulama dan Konferensi Besar NU dihadiri sejumlah menteri seperti Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Menko Polhukam Tedjo Edhy Purdijatno, dan Menteri Sosial (Mensos) Khofifah Indar Parawansa. Menurut Ketua Rois Am PBNU Mustofa Bisri, munas kali ini cukup istimewa karena bertepatan dengan tahun baru Hijriah dan terbentuknya pemerintahan baru.

Munas ini akan membahas berbagai hal karena sangat penting bagi masyarakat dan bangsa.”Disini akan dibahas masalah-masalah keagamaan yang menyangkut kehidupan umat dan bangsa, perkembangan paham keagamaan yang meresahkan dunia hingga menyangkut keindonesiaan yang menjadi ciri NU,” papar pria yang akrab disapa Gus Mus ini. Sikap kesederhanaan dan etos kerja yang ditampilkan para pemimpin bangsa diharapkan bisa dilakukan semua jajaran kabinet.

”Dalam hal kesederhanaan ini, saya ingin ini menjadi tren pemimpin nasional. Kondisi masyarakat saat ini tidak bisa dilawan secara revolusi mental kecuali diawali dengan gerakan hidup sederhana,” katanya. Gus Mus juga berpesan kepada kader-kader NU yang duduk dalam kabinet untuk menunjukkan keteladanan sebagai pemimpin yang arif dan bijaksana dalam membela dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.

”Tetap menjaga sikap kesederhanaan dan akhlak NU,” ujarnya. Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj mengatakan, umat Islam sebagai penganut agama terbesar kedua menghadapi tantangan yang serius baik dari eksternal maupun internal. Arab Spring yang semula menjadi bola salju demokrasi kini menjadi malapetaka bagi masyarakat muslim. Hubungan antara agama dan negara tidak berhasil dirumuskan sebagai ideologi negara.

Ditambah dengan kesenjangan ekonomi yang tinggi membuat permasalahan semakin sulit diselesaikan. ”Islam Nusantara sebagai basis kekuatan Islam moderat bisa dijadikan role model karena keberhasilannya membangun hubungan antara agama dan negara,” ungkapnya.

Sucipto
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0732 seconds (0.1#10.140)