Ajang Kreasi Peneliti Belia

Minggu, 02 November 2014 - 10:55 WIB
Ajang Kreasi Peneliti Belia
Ajang Kreasi Peneliti Belia
A A A
Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan kebutuhan mendasar bagi sebuah bangsa.

Apalagi di era globalisasi yang serbakompetitif seperti sekarang ini, tanpa memiliki keduanya adalah persoalan besar. Karena itu, pendidikan sejak dini berbasis iptek mutlak diberikan agar inovasi nasional semakin bermunculan di masa mendatang.

Menyadari hal itu, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) berupaya terus mendorong anakanak muda di dalam negeri supaya terbiasa melakukan kerjakerja penelitian.

Saat ini juga, hampir di semua sekolah (SD, SMP, SMA, dan setingkatnya) telah ada kegiatan ekstrakurikuler bersifat karya ilmiah siswa. LIPI dalam beberapa programnya juga kerap menyelenggarakan ajang karya ilmiah, mulai tingkat provinsi, nasional maupun internasional. Pada 30 Oktober- 1 November 2014, LIPI didaulat menjadi penyelenggara International Exhibition for Young Inventors (IEYI) 2014 dengan mengambil tema Creating A Better Future Through Innovation di Gedung SMESCO Convention Center Jakarta.

Menurut Kepala LIPI Iskandar Zulkarnain, tujuan penyelenggaraan IEYI secara umum antara lain untuk meningkatkan motivasi remaja dalam menumbuhkembangkan ide-ide kreatif dan inovatif melalui penemuan mereka. Kemudian meningkatkan daya tarik remaja untuk berkreasi di bidang iptek. “Tujuan lainnya adalah menumbuh kembangkan sikap berani berkompetisi di ajang internasional pada kalangan remaja dan memberikan wadah bagi mereka untuk saling berbagi pengalaman dan informasi terkait invensi di bidang iptek,” tuturnya.

Iskandar menjelaskan bahwa sejak diselenggarakan pertama kalinya, Iskandar melanjutkan, IEYI telah menampilkan ribuan penemuan remaja termasuk penemu dari para remaja Indonesia. Dalam setiap penyelenggaraannya, penemu-penemu terbaik memperoleh apresiasi berupa medali emas, perak dan perunggu melalui sistem penjurian. Pada penyelenggaraan tahun lalu di Malaysia, Indonesia meraih tiga emas dan dua perak. Ajang IEYI kali ini diikuti belasan negara dari berbagai belahan dunia.

Negara- negara tersebut adalah Jepang, Mesir, Nigeria, Taiwan, Hong Kong, Filipina, Malaysia, Thailand, India, Iran dan Indonesia. “Para peserta merupakan inovator remaja berusia maksimal 18 tahun. Mereka bisa secara individu maupun kelompok dengan maksimal dua inventor,” papar Ketua Dewan Juri IEYI dan Kompetisi Ilmiah LIPI Laksana Tri Handoko.

Selain IEYI, secara bersamaan LIPI juga menyelenggarakan kompetisi ilmiah nasional National Young Inventors Award (NYIA) VII. Jadi, total inventor remaja yang datang di acara ini semuanya berjumlah sekitar 202 inventor, yang terdiri dari peserta internasional sebanyak 142 inventor dan 60 inventor peserta nasional.

Dalam rangkaian penyelenggaraan kedua kegiatan tersebut, beberapa workshop dan seminar inovasi juga diselenggarakan bekerja sama dengan berbagai mitra (stakeholders ). Pada ajang NYIA VII kali ini, tiga pemenang telah ditetapkan. Juara pertama diberikan kepada dua siswa SMA Negeri 4 Pontianak Syarif Muhammad Nur Taufiq dan Nurul Annisa dengan inovasi mereka bertema “Lens_RG: Lensa Kontak bagi Penderita Buta Warna Parsial Merah-Hijau”.

“Lensa kontak yang merupakan modifikasi dengan proses sensitasi pigmen merah tumbuhan secang ini dinilai mampu membantu penderita buta warna. Penelitian ini akan memberikan manfaat besar bagi dunia kesehatan,” ungkap Syarif kepada KORAN SINDO kemarin. Untuk juara kedua, penghargaan diberikan kepada dua siswa kelas XII IPA SMA Muhammadiyah 02 Sidoarjo, Yusril Anwar dan Dyhan Ramadhan, yang membuat ASYVO tech home (android system and voice recognition).

“Alat ini memberi kemudahan bagi penghuni rumah dalam mengontrol keamanan rumah berbasis perintah suara dan kendali jarak jauh menggunakan aplikasi android,” kata Yusril Anwar. Sementara gelar juara ketiga diperoleh Hanif Faalih Wienico Kusuma dan Akmal Khalid Farhan dari SMA IT Al- Irsyad Al-Islamiyyah Purwokerto dengan hasil risetnya yang bertajuk “Ikat Pinggang Sistem Ekolokasi Portabel Ber-output Getaran sebagai Alat Bantu Jalan Penyandang Tunanetra”.

Menurut Hanif, sistem ini menggunakan gelombang ultrasonik, sensor ultrasonik HC-SR04, serta motor DC yang dirancang sebagai alat bantu jalan penderita tunanetra. Dalam pembuatannya, peneliti merancang alat agar dapat digunakan senyaman dan semudah mungkin bagi penyandang tunanetra.

Setelah itu, dibuat program untuk mengatur mikrokontroler agar memberi isyarat pada motor DC supaya menghasilkan getaran ketika jarak antara sensor dan objek kurang dari 150 cm serta semakin kuat ketika jarak antara sensor dengan objek semakin dekat.

Nafi muthohirin
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7416 seconds (0.1#10.140)