JK Beberkan Penyebab Konflik di Masyarakat
A
A
A
JAKARTA - Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) meminta Nahdlatul Ulama (NU) untuk ikut memperbaiki kehidupan masyarakat.
JK menilai konflik dalam masyarakat biasanya dipicu oleh hal yang bersifat ideologis dan ketidakadilan.
"Hampir 70 tahun kita merdeka tercatat ada 15 konflik bangsa. Hanya dua alasan orang berkonflik yaitu ideologis dan ketidakadilan. Ini yang harus selalu jadi perhatian. Bagaimana persitiwa PKI, PRRI/Permesta, Poso, Ambon dan sebagainya, jika kita ingin persatuan maka kita harus menjaga dua hal itu," tutur JK saat acara Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konferensi Besar NU 2014 di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Sabtu (1/11/2014).
JK mengatakan konflik di semenanjung Arab yang mayoritas penduduknya beragama Islam juga terkait dengan dua hal itu.
Menurut dia, maraknya radikalisme dan aksi bom bunuh diri karena ada pihak-pihak yang 'menjual surga dengan murah'.
"Dengan sedikit saja mengatakan kamu membunuh atau dibunuh masuk surga. Tugas kita termasuk ulama menyadarkan ummat bahwa surga tidak segampang dan tidak diobral begitu," katanya.
Kesenjangan ekonomi dan penerapan demokrasi di negara-negara Arab yang tidak berjalan dengan baik mendorong mereka melakukan pemberontakan.
"Di Asia dan di negara-negara Islam alhamdulillah kita yang terbaik menjalankan demokrasi, pemilu di Filipina, Pakistan, India, Afganistan, Thailand kalau pemilu ada korban jiwa, hanya karena satu pemilu. Tapi alhamdulillah korban tewas tidak terjadi di Indonesia karena konflik," tuturnya.
JK menilai konflik dalam masyarakat biasanya dipicu oleh hal yang bersifat ideologis dan ketidakadilan.
"Hampir 70 tahun kita merdeka tercatat ada 15 konflik bangsa. Hanya dua alasan orang berkonflik yaitu ideologis dan ketidakadilan. Ini yang harus selalu jadi perhatian. Bagaimana persitiwa PKI, PRRI/Permesta, Poso, Ambon dan sebagainya, jika kita ingin persatuan maka kita harus menjaga dua hal itu," tutur JK saat acara Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konferensi Besar NU 2014 di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Sabtu (1/11/2014).
JK mengatakan konflik di semenanjung Arab yang mayoritas penduduknya beragama Islam juga terkait dengan dua hal itu.
Menurut dia, maraknya radikalisme dan aksi bom bunuh diri karena ada pihak-pihak yang 'menjual surga dengan murah'.
"Dengan sedikit saja mengatakan kamu membunuh atau dibunuh masuk surga. Tugas kita termasuk ulama menyadarkan ummat bahwa surga tidak segampang dan tidak diobral begitu," katanya.
Kesenjangan ekonomi dan penerapan demokrasi di negara-negara Arab yang tidak berjalan dengan baik mendorong mereka melakukan pemberontakan.
"Di Asia dan di negara-negara Islam alhamdulillah kita yang terbaik menjalankan demokrasi, pemilu di Filipina, Pakistan, India, Afganistan, Thailand kalau pemilu ada korban jiwa, hanya karena satu pemilu. Tapi alhamdulillah korban tewas tidak terjadi di Indonesia karena konflik," tuturnya.
(dam)