TKI Asal Madiun Diduga Terjangkit Ebola
A
A
A
JAKARTA - Seorang tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Madiun, Jawa Timur, dirawat intensif karena mengalami gejala terjangkit virus ebola. Pria 29 tahun yang baru pulang dari Nigeria, Afrika, itu ditempatkan di ruang isolasi Rumah Sakit dr Soedono Madiun untuk ditangani secara khusus sekaligus sebagai upaya pencegahan.
Dokter RS Soedono, Hafidin Ilham, mengungkapkan, pasien tersebut berasal dari Kecamatan Gemarang, Kabupaten Madiun. Dia dibawa keluarganya ke rumah sakit setelah mengalami gejala serupa penyakit malaria. ”Pasien mengalami demam tinggi, sakit kepala diikuti mualmual, muntah, dan diare,” katanya dihubungi KORAN SINDO kemarin.
Kepala Bidang Pelayanan Medik RS dr Soedono Madiun Syaiful Anwar mengatakan, pihak rumah sakit menangani dan merawat pasien itu sebagai suspect ebola. Langkah ini diambil karena TKI yang bekerja sebagai tukang tebang kayu di Nigeria itu pernah dirawat karena gejala yang sama. ”Sebelum pulang ke Indonesia, dia dikarantina selama seminggu,” kata Syaiful. Informasi yang beredar, pasien tersebut datang ke Indonesia melalui Bandara Soekarno- Hatta, Cengkareng, Tangerang, Banten.
Diduga terjangkit ebola, dia sempat dikarantina selama sehari. Ketika tiba di rumahnya, pria ini kembali mengalami gejala sama, suhu tubuhnya mendadak panas, dan muntah-muntah. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Tjandra Yoga Aditama mengungkapkan, sejauh ini pasien masih berstatus suspect. Berdasarkan prosedur, jika dalam jangka waktu 21 hari ada orang yang pulang dari negara terjangkit dan mengalami keluhan atau gejala ebola, penanganannya harus khusus.
”Rumah sakit telah melakukan dua tahap penanganan yakni pasien ditangani di ruangan intensive care unit (ICU). Selain itu, keluarga pasien juga sedang diperiksa apakah mengalami gejala yang sama,” ucapnya.
Menurut dia, laboratorium Balitbangkes siap memeriksa sampel cairan tubuh pasien tersebut. Dari pemeriksaannantiakan diketahui kondisi sebenarnya. ”Kami masih menunggu sampel itu. Dalam waktu 48 jam setelah sampel diperiksa akan diketahui hasilnya apakah pasien positif ebola atau tidak,” sebutnya. Dia menambahkan, sampel itu akan menjadi yang keempat. Sebelumnya tiga sampel serupa telah diperiksa dan hasilnya negatif.
Kasus dugaan ebola masuk Indonesiapertamakaliterdeteksi pada seorang pasien di Medan. NN, warga Tanjung Morawa, Deliserdang, diduga terjangkit setelah mengalami gejala serangan virus mematikan itu sekembalinya dari Nigeria. NN seorang pekerja salah satu perusahaan mi instan di negara tersebut.
Dia sempat dirawat di RSU Lubuk Pakam, Deliserdang, RSU Haji Medan, kemudian dirujuk di RSUP Adam Malik, Medan sejak Minggu (7/9). Namun, NN akhirnya meninggal dunia (10/9). Tim dokter RSUP Adam Malik belum bisa memastikan apakah NN positif terjangkit virus ebola. Hasil diagnosis sementara, dia menderita malaria berat.
Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Mohammad Subuh mengungkapkan, pihaknya akan melakukan penyelidikan epidemologi, termasuk memeriksa orang-orang sekitar pasien. Dia menekankan bahwa saat ini ada 100 rumah sakit rujukan yang telah diberikan pelatihan khusus dalam menangani ebola. ”Karena itu, kami mengimbau kepada masyarakat Indonesia agar tidak khawatir karena sistem pengawasan ebola yang diterapkan di Indonesia sudah sangat baik,” ucap dia.
Kekhawatiran Dunia
Virus ebola dideteksi muncul pada 1976 di kawasan Afrika Barat. Belum diketahui sumber virus, namun dugaan sementara dari kelelawar buah.Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan jumlah meninggal akibat serangan virus ini mencapai 4.922 orang.
Mayoritas korban berjatuhan di Liberia, Guinea, dan Sierra Leone, tiga negara paling parah terpapar serangan virus tersebut. Dari semula terlokalisasi di kawasan Afrika Barat, ebola membuat dunia ketakutan karena perkembangannya yang sangat cepat dan belum ditemukan penangkalnya.
Kekhawatiran makin memuncak setelah beberapa negara di luar Afrika melaporkan kasus terjangkit antara lain terjadi di Spanyol, Jerman, dan Amerika Serikat (AS). Di AS sejumlah negara bagian seperti New Jersey dan New York bahkan telah memerintahkan karantina terhadap mereka yang kembali dari Afrika Barat.
Kemarin Gubernur Maine Paul Lepage bersumpah akan menggunakan seluruh kewenangannya untuk menanggapi kasus perawat yang menolak karantina terkait ebola. Lepage menyatakan dirinya akan mencari jalan keluar untuk Kaci Hickox, perawat yang baru kembali dari Sierra Leone dan menolak dikarantina.
Sementara itu, Medecins Sans Frontieres (MSF), kelompok relawan utama yang bekerja di Guinea, Sierra Leone, dan Liberia, memperingatkan agar para dokter dan perawat wajib dikarantina sebelum meninggalkan Afrika Barat untuk menghindari penyebaran penyakit ini.
Dili eyato/Neneng zubaedah/Imas damayanti
Dokter RS Soedono, Hafidin Ilham, mengungkapkan, pasien tersebut berasal dari Kecamatan Gemarang, Kabupaten Madiun. Dia dibawa keluarganya ke rumah sakit setelah mengalami gejala serupa penyakit malaria. ”Pasien mengalami demam tinggi, sakit kepala diikuti mualmual, muntah, dan diare,” katanya dihubungi KORAN SINDO kemarin.
Kepala Bidang Pelayanan Medik RS dr Soedono Madiun Syaiful Anwar mengatakan, pihak rumah sakit menangani dan merawat pasien itu sebagai suspect ebola. Langkah ini diambil karena TKI yang bekerja sebagai tukang tebang kayu di Nigeria itu pernah dirawat karena gejala yang sama. ”Sebelum pulang ke Indonesia, dia dikarantina selama seminggu,” kata Syaiful. Informasi yang beredar, pasien tersebut datang ke Indonesia melalui Bandara Soekarno- Hatta, Cengkareng, Tangerang, Banten.
Diduga terjangkit ebola, dia sempat dikarantina selama sehari. Ketika tiba di rumahnya, pria ini kembali mengalami gejala sama, suhu tubuhnya mendadak panas, dan muntah-muntah. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Tjandra Yoga Aditama mengungkapkan, sejauh ini pasien masih berstatus suspect. Berdasarkan prosedur, jika dalam jangka waktu 21 hari ada orang yang pulang dari negara terjangkit dan mengalami keluhan atau gejala ebola, penanganannya harus khusus.
”Rumah sakit telah melakukan dua tahap penanganan yakni pasien ditangani di ruangan intensive care unit (ICU). Selain itu, keluarga pasien juga sedang diperiksa apakah mengalami gejala yang sama,” ucapnya.
Menurut dia, laboratorium Balitbangkes siap memeriksa sampel cairan tubuh pasien tersebut. Dari pemeriksaannantiakan diketahui kondisi sebenarnya. ”Kami masih menunggu sampel itu. Dalam waktu 48 jam setelah sampel diperiksa akan diketahui hasilnya apakah pasien positif ebola atau tidak,” sebutnya. Dia menambahkan, sampel itu akan menjadi yang keempat. Sebelumnya tiga sampel serupa telah diperiksa dan hasilnya negatif.
Kasus dugaan ebola masuk Indonesiapertamakaliterdeteksi pada seorang pasien di Medan. NN, warga Tanjung Morawa, Deliserdang, diduga terjangkit setelah mengalami gejala serangan virus mematikan itu sekembalinya dari Nigeria. NN seorang pekerja salah satu perusahaan mi instan di negara tersebut.
Dia sempat dirawat di RSU Lubuk Pakam, Deliserdang, RSU Haji Medan, kemudian dirujuk di RSUP Adam Malik, Medan sejak Minggu (7/9). Namun, NN akhirnya meninggal dunia (10/9). Tim dokter RSUP Adam Malik belum bisa memastikan apakah NN positif terjangkit virus ebola. Hasil diagnosis sementara, dia menderita malaria berat.
Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Mohammad Subuh mengungkapkan, pihaknya akan melakukan penyelidikan epidemologi, termasuk memeriksa orang-orang sekitar pasien. Dia menekankan bahwa saat ini ada 100 rumah sakit rujukan yang telah diberikan pelatihan khusus dalam menangani ebola. ”Karena itu, kami mengimbau kepada masyarakat Indonesia agar tidak khawatir karena sistem pengawasan ebola yang diterapkan di Indonesia sudah sangat baik,” ucap dia.
Kekhawatiran Dunia
Virus ebola dideteksi muncul pada 1976 di kawasan Afrika Barat. Belum diketahui sumber virus, namun dugaan sementara dari kelelawar buah.Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan jumlah meninggal akibat serangan virus ini mencapai 4.922 orang.
Mayoritas korban berjatuhan di Liberia, Guinea, dan Sierra Leone, tiga negara paling parah terpapar serangan virus tersebut. Dari semula terlokalisasi di kawasan Afrika Barat, ebola membuat dunia ketakutan karena perkembangannya yang sangat cepat dan belum ditemukan penangkalnya.
Kekhawatiran makin memuncak setelah beberapa negara di luar Afrika melaporkan kasus terjangkit antara lain terjadi di Spanyol, Jerman, dan Amerika Serikat (AS). Di AS sejumlah negara bagian seperti New Jersey dan New York bahkan telah memerintahkan karantina terhadap mereka yang kembali dari Afrika Barat.
Kemarin Gubernur Maine Paul Lepage bersumpah akan menggunakan seluruh kewenangannya untuk menanggapi kasus perawat yang menolak karantina terkait ebola. Lepage menyatakan dirinya akan mencari jalan keluar untuk Kaci Hickox, perawat yang baru kembali dari Sierra Leone dan menolak dikarantina.
Sementara itu, Medecins Sans Frontieres (MSF), kelompok relawan utama yang bekerja di Guinea, Sierra Leone, dan Liberia, memperingatkan agar para dokter dan perawat wajib dikarantina sebelum meninggalkan Afrika Barat untuk menghindari penyebaran penyakit ini.
Dili eyato/Neneng zubaedah/Imas damayanti
(bbg)