Hadapi Banjir, Bekasi Benahi Tiga Situ yang Terbengkalai

Kamis, 30 Oktober 2014 - 14:27 WIB
Hadapi Banjir, Bekasi Benahi Tiga Situ yang Terbengkalai
Hadapi Banjir, Bekasi Benahi Tiga Situ yang Terbengkalai
A A A
BEKASI - Pemerintah Kota (Pemkot) Bekasi mulai membenahi situ untuk menghadapi ancaman banjir. Saat ini keberadaan tiga situ terbengkalai dan tak terawat.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bekasi Suwarli mengatakan, situ dibenahi karena bisa menetralisasi banjir yang kerap menerjang beberapa wilayah. Di Kota Bekasi, terdapat tiga situ yakni Situ Pulo di Kelurahan Jatikarya, Pondok Gede; Situ Gede di Kelurahan Bojongmenteng, Rawalumbu; serta Situ Lumbu di Kelurahan Bojong Rawalumbu, Rawalumbu.

“Situ ini sangat bermanfaat bila dikelola dengan baik,” ujarnya kemarin. Situ-situ tersebut pada musim kemarau mengering. Baru ketika hujan situ-situ dipenuhi air. Air yang mengalir ke situ berasal dari saluran air di permukiman warga. Kepala Dinas Bina Marga dan Tata Air Kota Bekasi Tri Adhianto mengungkapkan, selain memanfaatkan situ yang ada, dinasnya menambah polder penampungan air. Misalnya, pembuatan polder Pengasinan, Galaxi, dan Perumnas 3. Keberadaan situ dan polder memang bertujuan sama, yakni mengatasi banjir di beberapa titik.

Hanya, tiga situ yang ada perlu pembenahan agar fungsinya menampung dan menyerap air hujan maupun banjir menjadi lebih optimal. Selain situ, pembangunan polder juga bisa menampung air yang berada di hulu karena saluran air atau kali yang ada tidak mampu menampung seluruh air. “Tahun depan diperkirakan banjir di Bekasi bisa mulai berkurang secara bertahap,” ucapnya. Selain Pemkot Bekasi, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor juga bersiap menghadapi musim hujan.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor mengimbau masyarakat bersiaga dan waspada terhadap bencana longsor yang berpotensi terjadi mulai November. Kepala BPBD Kabupaten Bogor Yos Sudrajat mengatakan, potensi longsor sangat besar mengingat musim kemarau berlangsung panjang dan kering. “Setelah musim kemarau panjang, hujan akan turun dengan intensitas tinggi. Ditambah banyak daerah di Kabupaten Bogor yang rawan pergerakan tanah, sehingga potensi terjadinya longsor cukup tinggi,” ujarnya.

Berdasarkan data BPBD Kabupaten Bogor terdapat empat kecamatan yang berisiko tinggi terjadinya longsor, yaitu Leuwiliang, Cigombong, Nanggung, dan Sukamakmur. Sebagian besar wilayah pertambangan bagian barat Kabupaten Bogor juga berpotensi terjadinya longsor. Sejumlah wilayah pertambangan masuk zona merah yakni Kecamatan Cigudeg dan Rumpin. Selain pergerakan tanah yang tinggi, kepadatan penduduk di beberapa wilayah tersebut juga tinggi.

“Kemampuan tanggap bencana masyarakat di sana juga rendah. Jadi bisa dikategorikan berisiko tinggi,” ucapnya. Menurut Kepala Stasiun Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dramaga Dedi Sucahyono, musim hujan akan dimulai awal November. Kondisi ekstrem tersebut dapat dipicu hujan lebat dengan intensitas 50-100 milimeter. Longsor juga bisa ditimbulkan karena retakan lengkung memanjang pada lereng dan bangunan di atas bukit atau pegunungan yang mempengaruhi beban tanah.

“Diharapkan masyarakat siaga memasuki musim hujan di bulan November mendatang. Ketika hujan lebat, masyarakat harus dapat mewaspadai suara gemuruh atau patahan pohon,” imbau Dedi.

Abdullah m surjaya/ Haryudi
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7159 seconds (0.1#10.140)