Bocah 5 Tahun di AS Diduga Idap Ebola

Selasa, 28 Oktober 2014 - 15:57 WIB
Bocah 5 Tahun di AS...
Bocah 5 Tahun di AS Diduga Idap Ebola
A A A
WASHINGTON - Seorang bocah berusia 5 tahun di New York Amerika Serikat (AS) yang baru tiba dari Guinea pada Sabtu (25/10) dilaporkan terjangkit ebola. Sang anak yang identitasnya dirahasiakan ini telah menjalani pemeriksaan kesehatan dalam ruang isolasi di Rumah Sakit Bellevue, New York.

Dari pemeriksaan awal, anak ini diduga terinfeksi virus ebola karena menderita demam hingga suhu tubuhnya mencapai 39 derajat Celsius. Gejala muntah yang ditunjukkan anak ini membuat petugas darurat Kementerian Kesehatan segera mengevakuasi dari rumahnya di Bronx. Lima anggota keluarganya terpaksa juga harus dikarantina di dalam apartemen mereka.

Pihak rumah sakit kemarin mengatakan, tes pendahuluan ini akan diketahui hasilnya dalam waktu 12 jam ke depan "Dia terlihat lemah sekali, ini sungguh-sungguh di luar batas kemampuannya," ungkap seorang tetangganya seperti dilansir nypost.

Dr Mary Travis, Komisioner Kesehatan Kota, mengungkapkan, penyebab bocah kecil itu terjangkit virus mematikan belum diketahui."Dia melakukan perjalanan ke salah satu dari tiga negara yang terkena wabah ebola dan ini yang memicu dilakukannya pemeriksaan kesehatan," ungkap Travis seperti dilansir Reuters.

Sejauh ini di AS telah ditemukan empat orang yang mengidap virus ebola. Pertama seorang warga Liberia yang berkunjung ke Texas pada September silam dan kemudian meninggal.

Dua orang perawat yang merawat pasien pengidap ebola, namun kondisi mereka mulai membaik. Keempat adalah seorangdokterdari New York Craig Spencer yang mengidap ebola setelah kepulangannya dari merawat pasien ebola di Guinea.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan, korban tewas akibat epidemi ebola naik menjadi 4.922 dari 10.141 kasus yang diketahui di delapan negara sampai 23 Oktober. Ketiganegara paling parah diAfrika Barat adalah Guinea, Liberia, dan Sierra Leone.

Kasus ebola saat ini juga banyak terjadi di Senegal. Demikian pula di Spanyol, AS, dan satu kasus di Mali.

WHO memprediksi jumlah korban sebenarnya mungkin tiga kali lebih banyak dari kasus yang muncul. Adapun tingkat kematian diperkirakan sekitar 70% dari semua kasus.

WHO menyayangkan masih adanya keluarga yang menjaga orang-orang yang terinfeksi di rumah daripada menempatkan mereka di dalam ruang isolasi di pusat-pusat pengobatan. Beberapa di antaranya bahkan telah menolak pasien karena berdesakan.

WHO mengatakan 15 negara Afrika termasuk Pantai Gading berisiko tertinggi virus mematikan yang datang dari luar itu.

Mauritania telah menutup perbatasannya dengan Mali, tempat kematian akibat ebola dikonfirmasi di daerah perbatasan, kata seorang pejabat kesehatan kepada Xinhua pada Sabtu.

"Pemerintah Nouakchott memberi instruksi untuk melakukan penutupan semua jalur darat yang berada di perbatasan," kata Limam Deddeh, Dokter Kepala di Kota Perbatasan Kobonni, sebagaimana diberitakan Xinhua.

Penutupan perbatasan yang dilakukan setelah konfirmasi mengenai kematian pertama akibat virus ebola di Mali, dimaksudkan untuk mencegah penyebaran virus ebola ke penduduk setempat, kata dokter tersebut. Pada Jumat (24/10), anak perempuan yang berusia 2 tahun dari Guinea meninggal akibat penyakit virus ebola di Kota Kayes, Mali bagian barat, yang berada di dekat perbatasan Mauritania.

Arvin/ant
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2996 seconds (0.1#10.140)