Depok Harus Segera Berbenah
A
A
A
DEPOK - Masuk kategori kota termacet kelima se-Indonesia versi Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Depok harus segera berbenah diri.
Kemacetan ini diperkirakan karena imbas jarak Depok yang sangat dekat dengan DKI Jakarta. Kota-kota termacet selain Depok ialah Bogor, Jakarta, Bandung, dan Surabaya. ”Ini cambuk bagi Pemerintah Kota (Pemkot) Depok supaya memikirkan jalan keluarnya,” ujar Kepala Bidang Rekayasa Lalu Lintas Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Depok Ari Manggala. Secara nasional, visi rasio atau perbandingan volume kendaraan dan kapasitas jalan adalah 0,8. Artinya, jika visi rasio jalan sudah di atas 0,8, kendaraan sudah tidak bisa menentukan sendiri kecepatannya atau macet.
Sementara, jalan di Depok memiliki visi rasionya di atas 0,8, bahkan sudah mencapai 1. Menurut dia, kemacetan di Depok disebabkan banyak faktor. Misalnya kurangnya jaringan jalan, pertambahan penduduk, dan perumahan. Pertumbuhan penduduk akan berdampak pada penambahan jumlah kendaraan. ”Selama ini tidak ada penambahan jaringan jalan sebagai alternatif penambahan kendaraan tersebut,” katanya. Dishub Kota Depok bersama Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) telah membahas solusi lalu lintas di Depok. Dalam rapat itu dibahas mengenai jaringan jalan yang akan dibangun sesuai tata kota yang direncanakan.
”Kami memikirkan untuk penambahan jaringan jalan,” ucapnya. Dalam Rencana Program Kerja Jangka Pendek (RPJP), Depok akan membangun jaringan jalan di luar pusat kota, yaitu jalan yang menghubungkan antara Depok wilayah barat dan timur. Saat ini, belum ada jalan yang menghubungkan langsung barat dan timur sehingga kendaraan yang melintas pasti akan masuk ke pusat kota.
”Akan dibangun Jalan Outer Ring Road di luar pusat kota yang menghubungkan Jalan Raya Sawangan dan Pasir Putih,” ujar Ari. Pakar tata kota Depok, Emil Dardak, menilai Depok memiliki potensi besar untuk menjadi kota mandiri. Dengan menjadi kota mandiri masyarakat tidak perlu lagi keluar Depok untuk bekerja. Jika Depok menjadi kota mandiri akan berdampak langsung pada pengurangan kemacetan.
”Depok bisa memiliki kawasan niaga seperti CBD di Jakarta,” katanya. Menurut dia, Situ Rawa Besar yang ada di dekat Stasiun Depok Baru bisa dijadikan kawasan niaga besar. Tanpa mengubah fungsi situ, lingkungan sekitarnya dapat diubah menjadi sentra kegiatan bisnis. ”Bisa dilakukan penataan dari bibir situ ke bagian belakang. Jadi situ tidak berubah fungsi, hanya mengoptimalkan lingkungan sekitar saja,” ujarnya.
R ratna purnama
Kemacetan ini diperkirakan karena imbas jarak Depok yang sangat dekat dengan DKI Jakarta. Kota-kota termacet selain Depok ialah Bogor, Jakarta, Bandung, dan Surabaya. ”Ini cambuk bagi Pemerintah Kota (Pemkot) Depok supaya memikirkan jalan keluarnya,” ujar Kepala Bidang Rekayasa Lalu Lintas Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Depok Ari Manggala. Secara nasional, visi rasio atau perbandingan volume kendaraan dan kapasitas jalan adalah 0,8. Artinya, jika visi rasio jalan sudah di atas 0,8, kendaraan sudah tidak bisa menentukan sendiri kecepatannya atau macet.
Sementara, jalan di Depok memiliki visi rasionya di atas 0,8, bahkan sudah mencapai 1. Menurut dia, kemacetan di Depok disebabkan banyak faktor. Misalnya kurangnya jaringan jalan, pertambahan penduduk, dan perumahan. Pertumbuhan penduduk akan berdampak pada penambahan jumlah kendaraan. ”Selama ini tidak ada penambahan jaringan jalan sebagai alternatif penambahan kendaraan tersebut,” katanya. Dishub Kota Depok bersama Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) telah membahas solusi lalu lintas di Depok. Dalam rapat itu dibahas mengenai jaringan jalan yang akan dibangun sesuai tata kota yang direncanakan.
”Kami memikirkan untuk penambahan jaringan jalan,” ucapnya. Dalam Rencana Program Kerja Jangka Pendek (RPJP), Depok akan membangun jaringan jalan di luar pusat kota, yaitu jalan yang menghubungkan antara Depok wilayah barat dan timur. Saat ini, belum ada jalan yang menghubungkan langsung barat dan timur sehingga kendaraan yang melintas pasti akan masuk ke pusat kota.
”Akan dibangun Jalan Outer Ring Road di luar pusat kota yang menghubungkan Jalan Raya Sawangan dan Pasir Putih,” ujar Ari. Pakar tata kota Depok, Emil Dardak, menilai Depok memiliki potensi besar untuk menjadi kota mandiri. Dengan menjadi kota mandiri masyarakat tidak perlu lagi keluar Depok untuk bekerja. Jika Depok menjadi kota mandiri akan berdampak langsung pada pengurangan kemacetan.
”Depok bisa memiliki kawasan niaga seperti CBD di Jakarta,” katanya. Menurut dia, Situ Rawa Besar yang ada di dekat Stasiun Depok Baru bisa dijadikan kawasan niaga besar. Tanpa mengubah fungsi situ, lingkungan sekitarnya dapat diubah menjadi sentra kegiatan bisnis. ”Bisa dilakukan penataan dari bibir situ ke bagian belakang. Jadi situ tidak berubah fungsi, hanya mengoptimalkan lingkungan sekitar saja,” ujarnya.
R ratna purnama
(ars)