Dokter dari New York Terinfeksi Ebola

Sabtu, 25 Oktober 2014 - 18:51 WIB
Dokter dari New York...
Dokter dari New York Terinfeksi Ebola
A A A
NEW YORK - Tenaga medis di Amerika Serikat (AS) terus menjadi korban virus ebola. Terakhir, virus mematikan ini menginfeksi dokter di New York, Craig Spencer, 33.

Tertularnya Spencer merupakan kasus ebola pertama yang didiagnosis di New York dan keempat di AS. Sebelumnya, ebola kali pertama di AS menyerang Thomas Eric Duncan yang baru kembali dari Liberia dan tinggal di Texas. Namun dia tak dapat diselamatkan dan meninggal di Texas Heath Presbyterian Hospital, Dallas, Texas pada 8 Oktober. Dua orang yang merawatnya Amber Vinson dan Nina Pham juga terinfeksi ebola.

Spencer diketahui baru beberapa hari tiba di New York setelah bepergian ke Guinea di Afrika Barat. Spencer yang bekerja untuk lembaga kemanusiaan Medecins Sans Frontieres (MSF) merawat pasien ebola itu jatuh sakit pada Kamis (23/10) waktu setempat. Dia mengalami sakit kepala setelah kembali dari pekerjaannya di Guinea.

"Hari ini (Kamis malam), pengujian menunjukkan seorang pasien di New York ternyata positif mengidap ebola," kata Wali Kota New York Bill de Blasio dalam konferensi tengah malam di Pusat Rumah Sakit Bellevue seperti dikutip AFP.

Wali Kota New York berusaha meredam kekhawatiran mewabahnya ebola di kota berpenduduk 8,4 juta ini. Mereka mengklaim telah menyiapkan segala upaya selama beberapa pekan untuk menghadapi skenario terburuk ebola. "Tidak ada alasan bagi New York untuk diberi peringatan," tegas Bill de Blasio."Ebola merupakan penyakit yang sangat sulit untuk dihadapi. Warga New York seharusnya tidak bersentuhan dengan cairan dari tubuh orang yang terinfeksi karena sangat berisiko," imbuhnya.

Adapun Gubernur New York Andrew Cuomo mengakui kasus ebola di New York merupakan kondisi yang tidak diperkirakan sebelumnya. Dia mengatakan, para petugas telah mengidentifikasi empat orang yang telah berhubungan dengan Spencer. Empat itu dianggap berpotensi tertular virus ebola.

Adapun menurut Mary Bassett, Komisioner Kesehatan New York, tunangan Spencer dan dua temannya telah ditempatkan di ruang karantina. Orang keempat adalah sopir taksi Uber yang tidak kontak fisik dengan Spencer.

Satu dari empat orang itu dirawat di Rumah Sakit Bellevue."Tidak ada satu pun dari mereka yang menunjukkan gejala-gejala ebola dan tidak perlu pengujian ebola,” kata Basset.

Ada hal yang aneh dalam kasus ebola di New York. Menurut Basset, pasiennya tidak mengidap sakit kepala, diare ataupun muntah-muntah ketika berada di kereta bawah tanah."Ini merupakan suatu yang ekstrem," katanya.

Spencer meninggalkan Guinea pada 14 Oktober lalu. Dia kembali ke New York pada 17 Oktober melalui Eropa. Seperti diungkapkan Bassett, dalam bekerja Spencer selalu menggunakan perlengkapan yang protektif dan tidak menyadari adanya pelanggaran yang dilakukan saat dia bekerja di pusat perawatan ebola di Guinea.

Para petugas kesehatan New York mulai melacak pergerakan dan lokasi yang dikunjungi Spencer. Pasalnya, Spencer pernah bepergian dengan kereta bawah tanah sebanyak dua kali saat hendak menuju Brooklyn untuk bermain bowling. Dia juga pernah olahraga lari sebelum jatuh sakit."Kemudian, dia juga berkunjung ke High Line, taman publik di Chelsea dan mungkin pergi makan di restoran," kata Basset.

Selain itu, para petugas juga mewaspadai penyebaran ebola terhadap para pekerja medis yang merawat Spencer di Rumah Sakit Bellevue."Dia (Spencer) dipindahkan dari rumah oleh para petugas medis yang memakai perlengkapan lengkap," tutur Basset. Semua petugas medis yang merawatnya di ruang isolasi juga memiliki pengalaman dan telah mendapatkan pelatihan selama beberapa bulan.

Apartemen Spencer yang terletak di Harlem, Manhattan, telah diisolasi dan ditutup. Namun penutupan itu mendapatkan protes dari beberapa penduduk di sekitar apartemen itu."Saya berhak menjalani hidup secara rutin," protes Joyce Harrison yang tinggal di apartemen di dekat apartemen Spencer. Selain itu, tempat bowling yang dikunjunginya di Williamsburg juga ditutup untuk pencegahan.

Presiden AS Barack Obama telah menghubungi Wali Kota dan Gubernur New York untuk mendiskusikan penempatan petugas kesehatan."Obama juga menawarkan bantuan federal jika diperlukan," demikian keterangan Gedung Putih.

Dari Tokyo, perusahaan yang tidak terkenal dari Jepang, Clever, mendonasikan 10.000 masker wajah berteknologi tinggi ke beberapa negara di Afrika Barat yang dilanda ebpla. Clever merupakan produsen masker penyaring udara. Perusahaan ini mengirimkan masker seharga USD75 untuk digunakan dokter dan petugas medis di Guinea, Liberia dan Kongo.

Virus Baru di Australia

Di tengah ancaman ebola, kekhawatiran munculnya virus baru kini melanda Australia. Lyssavirus yang mirip rabies ini tengah menghantui Australia. Sejauh ini, tiga warga Australia tewas akibat virus tersebut. Menurut Departemen Kesehatan Australia, tiga kelelawar di New South Wales (NSW) dapat menularkan Lyssavirus.

Vicky Sheppeard, Direktur Kesehatan NSW untuk Penyakit Menular, mengimbau masyarakat untuk menjauhi habitat kelelawar. Hal itu untuk menghindari gigitan atau cakaran kelelawar. Dia mengatakan Lyssavirus merupakan virus yang mematikan dan mudah menular.

"Tahun ini, kami juga pernah merawat tiga orang yang terkena gigitan dan cakaran kelelawar. Mereka positif terkena Lyssavirus di kemudian hari," ujar Sheppeard, dikutip AFP."Infeksi Lyssavirus sama seperti rabies. Lyssavirus merupakan penyakit yang sangat serius," sambungnya.

Menurut Sheppeard, pemerintah tidak bisa lalai. Mereka harus membantu dan berupaya mencegah penyebaran Lyssavirus. Sebab, jika tidak ditangani dengan cepat, akibatnya akan fatal. Australia dikhawatirkan akan menjadi wilayah terdampak.

Andika hendra m/ Muh shamil

SABTU 25 OKTOBER 2014
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0789 seconds (0.1#10.140)