Remaja Ajaib Itu Telah Tiada
A
A
A
Kemampuan luar biasa yang dimiliki Gayatri Wailissa mengantarkan remaja yang kini berusia 19 tahun itu menjadi Duta Anak ASEAN pada 2012 lalu. Dia membawa nama harum bangsa Indonesia di kancah dunia karena kemampuannya menguasai 14 bahasa asing. Meski lahir dari keluarga sederhana, seabrek prestasi diraih di usia mudanya.
Sayang, si remaja ajaib itu telah tiada. Dia mengembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Abdi Waluyo, Menteng, Jakarta Pusat, karena diduga mengalami perdarahan otak. Hari ini, jenazah Gayatri akan dipulangkan ke kampung halamannya di Ambon.
Sejak sore kemarin, rumah duka RSPAD Gatot Subroto sudah terlihat ramai. Jajaran mobil terparkir menunjukkan para pelayat yang datang berjubel. Salah satunya di Ruang Emerald, tempat Gayatri disemayamkan. Selain keluarga dan sahabat, ayah almarhumah, Dedi Darwis Waillisa, 57, dan ibunya Nurul Idawati, 52, juga tampak mendampingi jenazah Gayatri."Sudah kering air mata saya untuk menangis. Saya berusaha ikhlas dan meminta kepada Allah SWT untuk dikuatkan iman saya atas musibah ini," ungkap Nurul Idawati saat ditemui di rumah duka kemarin.
Demi mengejar cita-citanya sebagai seorang diplomat, gadis yang dilahirkan di Ambon pada 31 Agustus 1995 itu belajar autodidak dan menguasai 14 bahasa asing. Kendati menghabiskan sebagian besar pendidikan sekolah menengah atas melalui jalur home schooling, Gayatri tetap mencetak banyak prestasi di berbagai bidang. Dia tercatat pernah menjadi pemimpin redaksi tabloid Suara Anak Maluku dan pengurus berbagai organisasi anak di Maluku.
Nurul menceritakan, anak keduanya itu sudah terlihat jenius sejak berusia dua tahun. Gadis berparas cantik itu memiliki keinginan kuat untuk sekolah. Kala duduk kelas empat sekolah dasar (SD), anak kedua dari tiga bersaudara itu sudah menunjukkan kemampuan berbahasa Inggris sebagai bahasa asing pertamanya. Kemampuan itu didapati dengan menonton film kartun Tom and Jerry. Setelah duduk di bangku kelas enam, Gayatri sudah menguasai bahasa Inggris dengan fasih.
Seiring waktu kemampuan bahasa asingnya terus berkembang, antara lain, Italia, Spanyol, Belanda, Mandarin, Arab, Jerman, Prancis, Korea, Jepang, India, Rusia, dan, bahasa Tagalog. Kemampuan itulah yang menjadikan dia sebagai duta ASEAN.
Sebelum dilarikan ke rumah sakit, Gayatri terjatuh saat jalan pagi di Taman Suropati. Ibunya yang berada di Ambon mendapatkan kabar langsung bertolak ke Jakarta bersama keluarga pada pukul 20.00 WIB.
"Orang tua mana tidak akan sedih hatinya dengan musibah ini. Anak mengalami sakit kritis dan meninggal dunia di hadapannya. Tapi sudahlah saya ikhlas," kata Nurul sambil mengurut dada.
Menurut Angga Mitra Kahar, sepupu Gayatri, jenazah almarhumah akan dibawa ke markas Kodam XVI/Pattimura, kemudian dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Kapahaha Ambon.
"Tadi (kemarin) tim dokter di Abdi Waluyo melepas alat medis dari tubuh Gayatri sekitar pukul 09.30 WIB, jantungnya benar-benar berhenti berdetak. Setelah itu dibawa ke Gatot Subroto sekitar pukul 11.00 WIB untuk dikafani," katanya.
Ilham Safutra/ant
Jakarta
SABTU 25 OKTOBER 2014
Sayang, si remaja ajaib itu telah tiada. Dia mengembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Abdi Waluyo, Menteng, Jakarta Pusat, karena diduga mengalami perdarahan otak. Hari ini, jenazah Gayatri akan dipulangkan ke kampung halamannya di Ambon.
Sejak sore kemarin, rumah duka RSPAD Gatot Subroto sudah terlihat ramai. Jajaran mobil terparkir menunjukkan para pelayat yang datang berjubel. Salah satunya di Ruang Emerald, tempat Gayatri disemayamkan. Selain keluarga dan sahabat, ayah almarhumah, Dedi Darwis Waillisa, 57, dan ibunya Nurul Idawati, 52, juga tampak mendampingi jenazah Gayatri."Sudah kering air mata saya untuk menangis. Saya berusaha ikhlas dan meminta kepada Allah SWT untuk dikuatkan iman saya atas musibah ini," ungkap Nurul Idawati saat ditemui di rumah duka kemarin.
Demi mengejar cita-citanya sebagai seorang diplomat, gadis yang dilahirkan di Ambon pada 31 Agustus 1995 itu belajar autodidak dan menguasai 14 bahasa asing. Kendati menghabiskan sebagian besar pendidikan sekolah menengah atas melalui jalur home schooling, Gayatri tetap mencetak banyak prestasi di berbagai bidang. Dia tercatat pernah menjadi pemimpin redaksi tabloid Suara Anak Maluku dan pengurus berbagai organisasi anak di Maluku.
Nurul menceritakan, anak keduanya itu sudah terlihat jenius sejak berusia dua tahun. Gadis berparas cantik itu memiliki keinginan kuat untuk sekolah. Kala duduk kelas empat sekolah dasar (SD), anak kedua dari tiga bersaudara itu sudah menunjukkan kemampuan berbahasa Inggris sebagai bahasa asing pertamanya. Kemampuan itu didapati dengan menonton film kartun Tom and Jerry. Setelah duduk di bangku kelas enam, Gayatri sudah menguasai bahasa Inggris dengan fasih.
Seiring waktu kemampuan bahasa asingnya terus berkembang, antara lain, Italia, Spanyol, Belanda, Mandarin, Arab, Jerman, Prancis, Korea, Jepang, India, Rusia, dan, bahasa Tagalog. Kemampuan itulah yang menjadikan dia sebagai duta ASEAN.
Sebelum dilarikan ke rumah sakit, Gayatri terjatuh saat jalan pagi di Taman Suropati. Ibunya yang berada di Ambon mendapatkan kabar langsung bertolak ke Jakarta bersama keluarga pada pukul 20.00 WIB.
"Orang tua mana tidak akan sedih hatinya dengan musibah ini. Anak mengalami sakit kritis dan meninggal dunia di hadapannya. Tapi sudahlah saya ikhlas," kata Nurul sambil mengurut dada.
Menurut Angga Mitra Kahar, sepupu Gayatri, jenazah almarhumah akan dibawa ke markas Kodam XVI/Pattimura, kemudian dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Kapahaha Ambon.
"Tadi (kemarin) tim dokter di Abdi Waluyo melepas alat medis dari tubuh Gayatri sekitar pukul 09.30 WIB, jantungnya benar-benar berhenti berdetak. Setelah itu dibawa ke Gatot Subroto sekitar pukul 11.00 WIB untuk dikafani," katanya.
Ilham Safutra/ant
Jakarta
SABTU 25 OKTOBER 2014
(bbg)