Prabowo Bisa Jadi Teladan Elite Bangsa
A
A
A
JAKARTA - Kehadiran Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto pada pelantikan presiden dan wakil presiden, merupakan sikap kenegarawanan dan bisa menjadi teladan bagi elite bangsa.
Pengamat politik Universitas Paramadina Hendri Satrio menilai, apa yang dilakukan Prabowo merupakan hal yang luar biasa.
Sebab, tidak mudah menghadiri acara kemenangan orang yang sebelumnya menjadi rival pada pemilihan presiden (pilpres).
"Waktu pelantikan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) jadi presiden, Megawati Soekarnoputri tidak datang," kata Hendri kepada wartawan, Senin 20 Oktober 2014.
Menurutnya, man of the match dalam pelantikan yang sangat bersejarah dalam perpolitikan Indonesia yang pertama adalah, Presiden SBY karena berhasil membawa proses transisi berjalan dengan smooth atau mulus.
Tidak ada gesekan sedikitpun sehingga dihadiri oleh seluruh mantan presiden dan wakil presiden, berbeda dengan proses transisi pada periode sebelumnya.
Kedua adalah sosok Presiden Joko Widodo (Jokowi). Meski berada dalam pihak yang menang, mantan Gubernur DKI Jakarta ini mau merangkul yang kalah.
Salah satunya melalui safari politik bertemu dengan Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie (Ical), kemudian Prabowo Subianto.
"Yang tidak kalah pentingnya adalah sosok Prabowo. Dia hadir sebagai kesatria, ini harus diapresiasi lebih karena menunjukkan bahwa Prabowo merupakan sosok negarawan," katanya.
Terbukti saat pelantikan tersebut, semua yang hadir tertuju kepada mantan Danjen Kopassus tersebut. Bahkan, Prabowo mendapatkan standing applause yang cukup meriah ketika memasuki ruang pelantikan di Gedung MPR/DPR.
Termasuk ketika Jokowi menyebut namanya dalam pidato pembukaan. "Saat itu, Prabowo langsung memberikan hormat kepada Jokowi. Ini menunjukkan bahwa apa yang dialamatkan kepada Prabowo sebagai sosok yang kaku, tidak benar," ucapnya.
Pengamat politik Universitas Paramadina Hendri Satrio menilai, apa yang dilakukan Prabowo merupakan hal yang luar biasa.
Sebab, tidak mudah menghadiri acara kemenangan orang yang sebelumnya menjadi rival pada pemilihan presiden (pilpres).
"Waktu pelantikan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) jadi presiden, Megawati Soekarnoputri tidak datang," kata Hendri kepada wartawan, Senin 20 Oktober 2014.
Menurutnya, man of the match dalam pelantikan yang sangat bersejarah dalam perpolitikan Indonesia yang pertama adalah, Presiden SBY karena berhasil membawa proses transisi berjalan dengan smooth atau mulus.
Tidak ada gesekan sedikitpun sehingga dihadiri oleh seluruh mantan presiden dan wakil presiden, berbeda dengan proses transisi pada periode sebelumnya.
Kedua adalah sosok Presiden Joko Widodo (Jokowi). Meski berada dalam pihak yang menang, mantan Gubernur DKI Jakarta ini mau merangkul yang kalah.
Salah satunya melalui safari politik bertemu dengan Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie (Ical), kemudian Prabowo Subianto.
"Yang tidak kalah pentingnya adalah sosok Prabowo. Dia hadir sebagai kesatria, ini harus diapresiasi lebih karena menunjukkan bahwa Prabowo merupakan sosok negarawan," katanya.
Terbukti saat pelantikan tersebut, semua yang hadir tertuju kepada mantan Danjen Kopassus tersebut. Bahkan, Prabowo mendapatkan standing applause yang cukup meriah ketika memasuki ruang pelantikan di Gedung MPR/DPR.
Termasuk ketika Jokowi menyebut namanya dalam pidato pembukaan. "Saat itu, Prabowo langsung memberikan hormat kepada Jokowi. Ini menunjukkan bahwa apa yang dialamatkan kepada Prabowo sebagai sosok yang kaku, tidak benar," ucapnya.
(maf)