Perbedaan Kepemimpinan Golkar Era Ical & JK
A
A
A
JAKARTA - Partai Golkar di bawah kendali Ketua Umum (Ketum) Aburizal Bakrie (Ical) dinilai mengalami banyak kemunduran.
Mantan Ketua DPP Partai Golkar Andi Sinulingga mengatakan, kemunduran Partai Golkar adalah akibat kepemimpinan Ical yang tidak mengakomodir faksi di internal partai berlambang pohon beringin tersebut.
Gaya kepemimpinan Ical ini, lanjut dia, sangat berbeda dengan gaya Jusuf Kalla (JK) yang memimpin Partai Golkar pada periode sebelumnya.
"Tergantung moral kepemimpinan. Saat JK maju, masa jabatan dia dipercepat, sangat sederhana dan fleksible. Waktu kasus Bakrie kita malah dikira mau melengserkan," kata Andi di kawasan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Sabtu 11 Oktober 2014.
Andi menambahkan, Ical juga tidak bisa menerima kenyataan yang ada setelah ia dianggap gagal memimpin Golkar. Bahkan ketika masa jabatannya sebagai Ketum Golkar sudah habis, ia tidak segera menyerahkan jabatannya.
"Masa habisnya Ical itu 8 Oktober 2014," ucapnya.
Selain itu imbuh Andi, problem Golkar yang selalu mengubah haluan politik juga diakibatkan gaya kepemimpinan yang hanya berpikir politik untung rugi.
"Inilah wujud nyata dari politik transaksional. Golkar sering mengubah posisi politik hanya berpikir kita mau dapat apa," pungkasnya.
Mantan Ketua DPP Partai Golkar Andi Sinulingga mengatakan, kemunduran Partai Golkar adalah akibat kepemimpinan Ical yang tidak mengakomodir faksi di internal partai berlambang pohon beringin tersebut.
Gaya kepemimpinan Ical ini, lanjut dia, sangat berbeda dengan gaya Jusuf Kalla (JK) yang memimpin Partai Golkar pada periode sebelumnya.
"Tergantung moral kepemimpinan. Saat JK maju, masa jabatan dia dipercepat, sangat sederhana dan fleksible. Waktu kasus Bakrie kita malah dikira mau melengserkan," kata Andi di kawasan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Sabtu 11 Oktober 2014.
Andi menambahkan, Ical juga tidak bisa menerima kenyataan yang ada setelah ia dianggap gagal memimpin Golkar. Bahkan ketika masa jabatannya sebagai Ketum Golkar sudah habis, ia tidak segera menyerahkan jabatannya.
"Masa habisnya Ical itu 8 Oktober 2014," ucapnya.
Selain itu imbuh Andi, problem Golkar yang selalu mengubah haluan politik juga diakibatkan gaya kepemimpinan yang hanya berpikir politik untung rugi.
"Inilah wujud nyata dari politik transaksional. Golkar sering mengubah posisi politik hanya berpikir kita mau dapat apa," pungkasnya.
(maf)