Mengenang Wafatnya Sutarni Nyoto
A
A
A
JAKARTA - Istri almarhum Wakil Ketua II CC PKI Nyoto, Sutarni Nyoto tutup usia, pada usia 86 tahun. Sutarni meninggal, pada Jumat 5 September 2014, pukul 12.00 WIB. Jenazahnya dimakamkan hari ini, di Ngemplak, Solo, Jawa Tengah.
"Jenasah dimakamkan hari ini. Tadi malam (Jumat malam), jenazah diberangkatkan ke Solo, setelah sebelumnya sempat disemayamkan di rumah duka, rumah Risa Salim, di Perumahan Pondok Benda Indah Blok M, No 10 Pamulang, Tangerang Selatan," ujar Ketua YPKP 65 (Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan 1965/1966) Bedjo Untung, Sabtu (6/9/2014).
Mengenang Sutarni Nyoto, Bedjo mengingat, Sutarni pernah ditahan di Kodim (Komando Distrik Militer), Jalan Setiabudi, Jakarta Selatan, bersama tujuh anak-anaknya, bersama ratusan tahanan politik lainnya.
Bahkan, katanya, salah seorang anaknya yang bungsu lahir di dalam tahanan. Saat itu, penderitaan yang harus ditanggungnya sangat berat. Terlebih, sang suami Nyoto tidak diketahui rimbanya. Sutarni ditahan selama 11 tahun tanpa proses hukum.
"Bung Nyoto diculik oleh aparat militer atas perintah jenderal Sumitro Asisten Operasi Menpangad setelah mengikuti Sidang Kabinet bersama Bung Karno di Istana Negara Bogor pada akhir 1965," ungkapnya.
Ada yang menyebut, Nyoto tewas dieksekusi di salah satu kepulauan Seribu, di Teluk Jakarta. Tentang sosok Nyoto, Bedjo mengatakan, dia adalah pembantu dekat Bung Karno, seorang politikus, sastrawan, budayawan, jurnalis cerdas, autodidak, bahkan ikut mempersiapkan naskah pidato Bung Karno.
"Mengenang wafatnya Ibu Sutarni tidak bisa dipisahkan dari perannya sebagai istri almarhum Nyoto anggota kabinet, Menteri Negara RI yang juga sebagai Wakil Ketua II CC PKI," pungkasnya.
Kini, Sutarni Nyoto telah pergi untuk selama-lamanya. Namun semangat perjuangannya, kegigihannya, keteguhannya akan tetap menyala dan terus memberi inspirasi kepada mereka yang ditinggalkan, serta dikenang sepanjang zaman.
Isteri Nyoto, Sutarni berasal dari keluarga ningrat Mangkunegaran, Sala. Dia tidak memiliki kegiatan politik seperti Nyoto yang aktif di PKI. Aktivitasnya sehari-hari adalah mengurus anak sampai meletusnya tragedi 1965.
Beruntung anak pertama mereka, Svetlana baru berumur 9 tahun, saat bersama ibunya di tahanan. Sehingga, dampak trauma bisa diminimalisir. Seperti diketahui, dalam penjara Orde Baru, tahanan wanita yang dituduh terlibat rentan pelecehan seksual dan perkosaan.
"Jenasah dimakamkan hari ini. Tadi malam (Jumat malam), jenazah diberangkatkan ke Solo, setelah sebelumnya sempat disemayamkan di rumah duka, rumah Risa Salim, di Perumahan Pondok Benda Indah Blok M, No 10 Pamulang, Tangerang Selatan," ujar Ketua YPKP 65 (Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan 1965/1966) Bedjo Untung, Sabtu (6/9/2014).
Mengenang Sutarni Nyoto, Bedjo mengingat, Sutarni pernah ditahan di Kodim (Komando Distrik Militer), Jalan Setiabudi, Jakarta Selatan, bersama tujuh anak-anaknya, bersama ratusan tahanan politik lainnya.
Bahkan, katanya, salah seorang anaknya yang bungsu lahir di dalam tahanan. Saat itu, penderitaan yang harus ditanggungnya sangat berat. Terlebih, sang suami Nyoto tidak diketahui rimbanya. Sutarni ditahan selama 11 tahun tanpa proses hukum.
"Bung Nyoto diculik oleh aparat militer atas perintah jenderal Sumitro Asisten Operasi Menpangad setelah mengikuti Sidang Kabinet bersama Bung Karno di Istana Negara Bogor pada akhir 1965," ungkapnya.
Ada yang menyebut, Nyoto tewas dieksekusi di salah satu kepulauan Seribu, di Teluk Jakarta. Tentang sosok Nyoto, Bedjo mengatakan, dia adalah pembantu dekat Bung Karno, seorang politikus, sastrawan, budayawan, jurnalis cerdas, autodidak, bahkan ikut mempersiapkan naskah pidato Bung Karno.
"Mengenang wafatnya Ibu Sutarni tidak bisa dipisahkan dari perannya sebagai istri almarhum Nyoto anggota kabinet, Menteri Negara RI yang juga sebagai Wakil Ketua II CC PKI," pungkasnya.
Kini, Sutarni Nyoto telah pergi untuk selama-lamanya. Namun semangat perjuangannya, kegigihannya, keteguhannya akan tetap menyala dan terus memberi inspirasi kepada mereka yang ditinggalkan, serta dikenang sepanjang zaman.
Isteri Nyoto, Sutarni berasal dari keluarga ningrat Mangkunegaran, Sala. Dia tidak memiliki kegiatan politik seperti Nyoto yang aktif di PKI. Aktivitasnya sehari-hari adalah mengurus anak sampai meletusnya tragedi 1965.
Beruntung anak pertama mereka, Svetlana baru berumur 9 tahun, saat bersama ibunya di tahanan. Sehingga, dampak trauma bisa diminimalisir. Seperti diketahui, dalam penjara Orde Baru, tahanan wanita yang dituduh terlibat rentan pelecehan seksual dan perkosaan.
(san)