Kemenhan Klaim Kekuatan Pertahanan Indonesia Mulai Bangkit
A
A
A
JAKARTA - Program pembangunan kekuatan pokok minimal (minimum essential force/MEF) pertahanan pada rencana strategis (renstra) tahap pertama 2010-2014 sampai saat ini terealisasi 37,9 persen, melebihi rencana 28,7 persen. Akselerasi ini terjadi karena kondisi perekonomian Indonesia yang positif.
Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan Brigjen TNI Sisriadi mengungkapkan, untuk renstra tahap pertama ini menggunakan anggaran sekitar Rp120 triliun.
“Sampai akhir tahun ini kita optimistis bisa sampai 40 persen. Artinya tinggal 60 persen untuk diselesaikan pada renstra kedua (2014-2019) dan renstra ketiga (2019-2024). Kita optimistis bisa lebih cepat,” katanya di Jakarta, Minggu (17/8/2014).
Sejumlah pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista) yang didatangkan pada renstra pertama ini terbagi untuk tiga matra. Di darat, kontrak yang terbesar adalah pengadaan tank tempur utama Leopard dari Jerman, MLRS Astros II dari Brasil, dan beberapa pengadaan lainnya.
Di matra laut ada pembelian sejumlah kapal cepat rudal, kapal kelas fregate dari Inggris, helikopter antikapal selam, pesawat paroli maritim dan lainnya.
Sedangkan di matra udara ada pengadaan pesawat tempur Sukhoi Su-30MK2, pesawat tempur T-50i Golden Eagle, pesawat antigerilya Super Tuscano, upgrade hibah F-16 dari Amerika Serikat, dan lainnya.
Yang lebih menggembirakan, lanjut Sisriadi adalah besarnya penyerapan anggaran MEF renstra pertama oleh industri pertahanan dalam negeri.
“Ada antara Rp66 trilun hingga Rp67 triliun yang terserap industri dalam negeri,” urainya. Hal ini menunjukkan industri pertahanan Indonesia sekarang sudah mulai bangkit.
Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan Brigjen TNI Sisriadi mengungkapkan, untuk renstra tahap pertama ini menggunakan anggaran sekitar Rp120 triliun.
“Sampai akhir tahun ini kita optimistis bisa sampai 40 persen. Artinya tinggal 60 persen untuk diselesaikan pada renstra kedua (2014-2019) dan renstra ketiga (2019-2024). Kita optimistis bisa lebih cepat,” katanya di Jakarta, Minggu (17/8/2014).
Sejumlah pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista) yang didatangkan pada renstra pertama ini terbagi untuk tiga matra. Di darat, kontrak yang terbesar adalah pengadaan tank tempur utama Leopard dari Jerman, MLRS Astros II dari Brasil, dan beberapa pengadaan lainnya.
Di matra laut ada pembelian sejumlah kapal cepat rudal, kapal kelas fregate dari Inggris, helikopter antikapal selam, pesawat paroli maritim dan lainnya.
Sedangkan di matra udara ada pengadaan pesawat tempur Sukhoi Su-30MK2, pesawat tempur T-50i Golden Eagle, pesawat antigerilya Super Tuscano, upgrade hibah F-16 dari Amerika Serikat, dan lainnya.
Yang lebih menggembirakan, lanjut Sisriadi adalah besarnya penyerapan anggaran MEF renstra pertama oleh industri pertahanan dalam negeri.
“Ada antara Rp66 trilun hingga Rp67 triliun yang terserap industri dalam negeri,” urainya. Hal ini menunjukkan industri pertahanan Indonesia sekarang sudah mulai bangkit.
(kri)