Saat Ini Penjajahan Ideologi Sangat Mengkhawatirkan
A
A
A
JAKARTA - Minggu, 17 Agustus 2014 besok, rakyat Indonesia akan merayakan HUT Kemerdekaan yang ke 69. Menurut Ketua DPP Partai Amanat Nasional (PAN) Saleh Partaonan Daulay, banyak orang mengartikan kemerdekaan sebagai kebebasan dari penjajahan suatu bangsa atas bangsa lain.
Untuk konteks Indonesia, kata dia, pemaknaan seperti itu sudah tidak tepat diartikulasikan dalam konteks kekinian. Pasalnya, lanjut dia, Indonesia sudah merdeka dari penjajahan sejak 69 tahun yang lalu.
Apalagi, ujar dia, bentuk penjajahan gaya baru kelihatan sudah mulai dominan. Penjajahan dalam bidang ekonomi, ideologi, sosial, budaya, dan juga media belakangan semakin mengkhawatirkan.
"Boleh jadi kita bebas dari penjajahan bangsa lain, namun belum tentu kita bebas dari penjajahan dalam bidang-bidang yang disebutkan di atas," ujarnya dalam keterangan tertulisnya kepada Sindonews, Sabtu (16/8/2014).
"Yang lebih penting lagi, kita belum tentu bebas dari penjajahan dalam bidang politik," tambah dia.
Lebih lanjut dia mengatakan, kepentingan-kepentingan asing atas sumber kekayaan alam di tanah air terkadang menyebabkan panggung politik kita diintervensi oleh kekuatan asing.
Targetnya, dia mengatakan, agar arah pengelolaan sumber daya alam di tanah air bisa diatur demi keuntungan pihak-pihak asing.
"Menurut saya, penjajahan gaya baru ini bisa jadi lebih berbahaya dari penjajahan di masa lalu. Kalau dulu, musuh kita jelas. Sekarang, kita tahu persis ada musuh yang mengancam, tetapi tidak kelihatan siapa aktor-aktor intelektualnya," pungkasnya.
Untuk konteks Indonesia, kata dia, pemaknaan seperti itu sudah tidak tepat diartikulasikan dalam konteks kekinian. Pasalnya, lanjut dia, Indonesia sudah merdeka dari penjajahan sejak 69 tahun yang lalu.
Apalagi, ujar dia, bentuk penjajahan gaya baru kelihatan sudah mulai dominan. Penjajahan dalam bidang ekonomi, ideologi, sosial, budaya, dan juga media belakangan semakin mengkhawatirkan.
"Boleh jadi kita bebas dari penjajahan bangsa lain, namun belum tentu kita bebas dari penjajahan dalam bidang-bidang yang disebutkan di atas," ujarnya dalam keterangan tertulisnya kepada Sindonews, Sabtu (16/8/2014).
"Yang lebih penting lagi, kita belum tentu bebas dari penjajahan dalam bidang politik," tambah dia.
Lebih lanjut dia mengatakan, kepentingan-kepentingan asing atas sumber kekayaan alam di tanah air terkadang menyebabkan panggung politik kita diintervensi oleh kekuatan asing.
Targetnya, dia mengatakan, agar arah pengelolaan sumber daya alam di tanah air bisa diatur demi keuntungan pihak-pihak asing.
"Menurut saya, penjajahan gaya baru ini bisa jadi lebih berbahaya dari penjajahan di masa lalu. Kalau dulu, musuh kita jelas. Sekarang, kita tahu persis ada musuh yang mengancam, tetapi tidak kelihatan siapa aktor-aktor intelektualnya," pungkasnya.
(maf)