Yulianis Sebut Penyitaan Dokumen di Rumah Anas Aneh
A
A
A
JAKARTA - Mantan Wakil Direktur Keuangan Permai Group Yulianis mengungkap, keanehan dokumen proyek Permai Group yang disita penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dari rumah mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum, yang punya hubungan erat dengan pengkapan Yulianis, 13 Juni 2010.
Fakta itu disampaikan Yulianis saat dihadirkan Jaksa Penuntut Umum (JPU) KPK, sebagai saksi sidang lanjutan terdakwa Anas di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor), Jakarta, Kamis (14/8/2014).
Awalnya, anggota JPU Ahmad Burhanuddin mencoba mendalami komputer Yulianis yang ada di kantor Permai Group yang sudah disita KPK. Di dalam komputer tersebut ada satu folder khusus, “AU”.
Burhanuddin kemudian menanyakan perihal dua hal tersebut. “Komputer saudara saksi pernah disita KPK? Di dalamnya ada folder “AU”? Kenapa bisa ada?,” tanya Burhanuddin.
Dari sinilah, Yulianis dengan lugas, tenang, dan lancar menuturkan alasannya serta menghubungkannya dengan dokumen yang disita KPK dari rumah Anas yang ditanyakan kepada Rosa pada kesempatan sidang yang sma.
Yulianis menuturkan, ketika ada masalah atau chaos dia berkeinginan menemui Anas. Kemudian dia mencari nomor orangnya Anas.
“13 Juni 2010 saya dapat janji jam 3 sore oleh orangnya Mas Anas, Mas Azis mau ketemu,” ungkap Yulianis di depan majelis hakim.
Saat itu tutur Yulianis, dia sedang dikejar-kejar oleh Nazaruddin dan KPK. Karenanya dia melarikan diri. Yulianis kemudian menuturkan alasan kenapa dia lari dari KPK?.
“Karena di KPK itu ada orangnya Pak Nazar. Tetapi pada jam 8 pagi itu saya ditangkap KPK. Jadi saya tidak sempat ketemu dengan Pak Anas. Padahal saya sudah janji dengan Mas Azis," tuturnya.
"Jadi folder (AU) itu rencananya saya mau kopikan (serahkan) ke orangnya Mas Anas, termasuk yang list panjang ditemukan di rumah Pak Anas yang tadi Bapak (JPU Burhanuddin) tanyakan ke Rosa (Mindo Rosalina Manula). List panjang itu list support saya,” paparnya.
Saat ditangkap itu, Yulianis langsung menyatakan keberatan dengan sejumlah orang di KPK. Termasuk beberapa penyidik. Untuk kepentingan keamanan Yulianis tidak mau menyebutkan nama-nama orang tersebut.
Karenanya Yulianis langsung diisolasi penyidik di Hotel Alson, Senen. Hanya empat orang tutur Yulianis yang bisa menemuinya. Tiga di antaranya penyidik bernama Sigit, Arif, Novel Baswedan.
“Ada petinggi (KPK) yang saya sebut di hari pertama (saya ditangkap dan diisolasi). Yang saya bilang itu orangnya Pak Nazar. Setelah itu barang saya diambil sama KPK termasuk list support itu (tadi),” ungkapnya.
Yulianis masih melanjutkan cerita soal list support-nya yang berada di komputernya, yang ternyata disebut sudah disita KPK dari rumah Anas.
Dia menuturkan, dari tempat pengasingannya, secara tiba-tiba dia menonton program Indonesia Lawyers Club (ILC) TVOne.
Di dalam tayangan, anggota Komisi III Fraksi PPP Ahmad Yani memegang list support tersebut. Karena kaget, Yulianis langsung menyampaikan keberatannya kepada KPK, kenapa barang yang disita itu keluar dari KPK.
“Saya langsung bicara ke Pak Sigit dan Pak Arif kenapa list support saya ada di Pak Yani. Itu juga saya sudah tuangkan di BAP,” bebernya.
Kesaksian Yulianis itu membuat penasaran JPU Burhanuddin. Dia langsung menyela dengan pertanyaan alasan yang bersangkutan ingin menemui Anas. Yulianis menegaskan dia tidak mengenal Anas.
“Karena Pak Nazar bilang Pak Anas tidak akan bisa menolong saya. Makanya mau ketemu Mas Anas,” ucapnya.
Fakta itu disampaikan Yulianis saat dihadirkan Jaksa Penuntut Umum (JPU) KPK, sebagai saksi sidang lanjutan terdakwa Anas di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor), Jakarta, Kamis (14/8/2014).
Awalnya, anggota JPU Ahmad Burhanuddin mencoba mendalami komputer Yulianis yang ada di kantor Permai Group yang sudah disita KPK. Di dalam komputer tersebut ada satu folder khusus, “AU”.
Burhanuddin kemudian menanyakan perihal dua hal tersebut. “Komputer saudara saksi pernah disita KPK? Di dalamnya ada folder “AU”? Kenapa bisa ada?,” tanya Burhanuddin.
Dari sinilah, Yulianis dengan lugas, tenang, dan lancar menuturkan alasannya serta menghubungkannya dengan dokumen yang disita KPK dari rumah Anas yang ditanyakan kepada Rosa pada kesempatan sidang yang sma.
Yulianis menuturkan, ketika ada masalah atau chaos dia berkeinginan menemui Anas. Kemudian dia mencari nomor orangnya Anas.
“13 Juni 2010 saya dapat janji jam 3 sore oleh orangnya Mas Anas, Mas Azis mau ketemu,” ungkap Yulianis di depan majelis hakim.
Saat itu tutur Yulianis, dia sedang dikejar-kejar oleh Nazaruddin dan KPK. Karenanya dia melarikan diri. Yulianis kemudian menuturkan alasan kenapa dia lari dari KPK?.
“Karena di KPK itu ada orangnya Pak Nazar. Tetapi pada jam 8 pagi itu saya ditangkap KPK. Jadi saya tidak sempat ketemu dengan Pak Anas. Padahal saya sudah janji dengan Mas Azis," tuturnya.
"Jadi folder (AU) itu rencananya saya mau kopikan (serahkan) ke orangnya Mas Anas, termasuk yang list panjang ditemukan di rumah Pak Anas yang tadi Bapak (JPU Burhanuddin) tanyakan ke Rosa (Mindo Rosalina Manula). List panjang itu list support saya,” paparnya.
Saat ditangkap itu, Yulianis langsung menyatakan keberatan dengan sejumlah orang di KPK. Termasuk beberapa penyidik. Untuk kepentingan keamanan Yulianis tidak mau menyebutkan nama-nama orang tersebut.
Karenanya Yulianis langsung diisolasi penyidik di Hotel Alson, Senen. Hanya empat orang tutur Yulianis yang bisa menemuinya. Tiga di antaranya penyidik bernama Sigit, Arif, Novel Baswedan.
“Ada petinggi (KPK) yang saya sebut di hari pertama (saya ditangkap dan diisolasi). Yang saya bilang itu orangnya Pak Nazar. Setelah itu barang saya diambil sama KPK termasuk list support itu (tadi),” ungkapnya.
Yulianis masih melanjutkan cerita soal list support-nya yang berada di komputernya, yang ternyata disebut sudah disita KPK dari rumah Anas.
Dia menuturkan, dari tempat pengasingannya, secara tiba-tiba dia menonton program Indonesia Lawyers Club (ILC) TVOne.
Di dalam tayangan, anggota Komisi III Fraksi PPP Ahmad Yani memegang list support tersebut. Karena kaget, Yulianis langsung menyampaikan keberatannya kepada KPK, kenapa barang yang disita itu keluar dari KPK.
“Saya langsung bicara ke Pak Sigit dan Pak Arif kenapa list support saya ada di Pak Yani. Itu juga saya sudah tuangkan di BAP,” bebernya.
Kesaksian Yulianis itu membuat penasaran JPU Burhanuddin. Dia langsung menyela dengan pertanyaan alasan yang bersangkutan ingin menemui Anas. Yulianis menegaskan dia tidak mengenal Anas.
“Karena Pak Nazar bilang Pak Anas tidak akan bisa menolong saya. Makanya mau ketemu Mas Anas,” ucapnya.
(maf)