Media Turut 'Membesarkan' ISIS
A
A
A
DEPOK - Wakil Rektor Universitas Indonesia (UI) Bidang Pendidikan Bambang Wibawarta menilai, pengaruh Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) harus ditangkal, jangan sampai masuk ke lingkungan kampus.
UI menjamin, gerakan radikalisme apapun, dengan mudah terdeteksi di lingkungan kampus UI. "Memang fenomena saat ini, peranan media membesarkan ISIS sendiri cukup besar, dalam arti berita menarik bisa jadi besar," kata Bambang kepada wartawan di Kampus UI Depok, Jumat (8/8/2014).
"Indonesia sangat divers (beraneka ragam), tingkat pendidikan, tingkat kesejahteraan, penghasilan, etnisitas sangat beragam, penanganan seperti ISIS tak bisa hanya satu melarang, yang satu bilang tak boleh. Harus dipahami kok boleh dan tak boleh dilarang, dan sebagainya," imbuhnya.
Bambang mengungkapkan, pemerintah harus gencar menyosialisasikan apa itu ISIS dan bagaimana bahayanya bagi NKRI. Sehingga jika masyarakat sudah paham, lanjutnya, akan muncul kesadaran dari masyarakat.
"Secara sistematis, media, pemda (pemerintah daerah), pemerintah pusat dengan utuh menyuarakan terkait radikalisme, konflik di antara suku bangsa kita yang sangat besar, suku bangsa di Indonesia, tak sama muaranya, keberagaman harus dijunjung tinggi agar muaranya sama yakni kepentingan bangsa," jelasnya.
Tak hanya isu ISIS, lanjutnya, isu terorisme juga banyak mengancam masyarakat Indonesia yang majemuk. Peran media, kata Bambang, membuat peringatan (warning) bagi masyarakat yang belum tersentuh sosialisasi pemerintah.
"Semestinya masyarakat tahu misalnya terjadi pembaiatan, mengupas permasalahannya, beri masukan oleh narsum yang paham," kata mantan Dekan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) ini.
UI menjamin, gerakan radikalisme apapun, dengan mudah terdeteksi di lingkungan kampus UI. "Memang fenomena saat ini, peranan media membesarkan ISIS sendiri cukup besar, dalam arti berita menarik bisa jadi besar," kata Bambang kepada wartawan di Kampus UI Depok, Jumat (8/8/2014).
"Indonesia sangat divers (beraneka ragam), tingkat pendidikan, tingkat kesejahteraan, penghasilan, etnisitas sangat beragam, penanganan seperti ISIS tak bisa hanya satu melarang, yang satu bilang tak boleh. Harus dipahami kok boleh dan tak boleh dilarang, dan sebagainya," imbuhnya.
Bambang mengungkapkan, pemerintah harus gencar menyosialisasikan apa itu ISIS dan bagaimana bahayanya bagi NKRI. Sehingga jika masyarakat sudah paham, lanjutnya, akan muncul kesadaran dari masyarakat.
"Secara sistematis, media, pemda (pemerintah daerah), pemerintah pusat dengan utuh menyuarakan terkait radikalisme, konflik di antara suku bangsa kita yang sangat besar, suku bangsa di Indonesia, tak sama muaranya, keberagaman harus dijunjung tinggi agar muaranya sama yakni kepentingan bangsa," jelasnya.
Tak hanya isu ISIS, lanjutnya, isu terorisme juga banyak mengancam masyarakat Indonesia yang majemuk. Peran media, kata Bambang, membuat peringatan (warning) bagi masyarakat yang belum tersentuh sosialisasi pemerintah.
"Semestinya masyarakat tahu misalnya terjadi pembaiatan, mengupas permasalahannya, beri masukan oleh narsum yang paham," kata mantan Dekan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) ini.
(maf)