Antisipasi ISIS Lewat Khotbah Jumat
A
A
A
DEPOK - Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Depok memberikan instruksi kepada para ulama dan khatib untuk waspada. Setiap Jumat mereka diminta untuk menyampaikan pesan khotbah Jumat agar berbicara menyangkut Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) yang dianggap sesat dan haram.
"Kami telah meminta kepada seluruh khatib Jumat agar dapat menyinggung masalah ISIS ketika berkhotbah. Hal ini sebagai langkah kami untuk menyosialisasikan hal itu kepada masyarakat bahwa itu merupakan ajaran yang tidak benar, ujar Ketua MUI Depok, KH A Dimyathi Badruzzaman, di Depok, Kamis (7/8/2014).
Dimyathi menambahkan, hal tersebut juga dilakukan agar masyarakat melek dan tidak terjerumus dalam ajakan dan ajaran itu. Dari itulah, dirinya mengajak kepada para khotib dan ulama agar mampu membendung paham radikal.
"Sudah saatnya Depok mewaspadai pergerakan ini, terlebih MUI pusat sudah mengatakan jika ajaran tersebut sesat. Intinya kami tidak mau kecolongan terhadap hal itu," paparnya.
Namun begitu, hingga saat ini pihaknya belum menemukan dan mendapat informasi jika ada warga Depok yang turut bergabung dalam pergerakan itu. "Belum ada yang melaporkan, kalaupun ada kami akan meneliti secara objektif," jelasnya.
Sementara itu, Ketua MUI Kecamatan Bojongsari, KH Encep Hidayat mengungkapkan, untuk mengantisipasi pergerakan ISIS di wilayahnya, pihaknya telah berkoordinasi dengan MUI yang berada di wilayah perbatasan seperti Tangsel dan Ciputat.
"Karena Bojongsari ini merupakan wilayah perbatasan, jadi kami pun tentunya harus mewaspadai itu. Selain itu, kami telah mengimbau kepada para asatid agar dapat menyampaikan hal itu kepada masyarakat kalau ISIS itu menyesatkan," tandasnya.
Meskipun begitu, lanjutnya, MUI Kecamatan Bojongsari hingga saat ini belum menemukan warga Bojongsari yang terjerumus atau mengikuti ajaran yang sesat dan menyesatkan.
"Kami tetap waspada, kami akan memanfaatkan jaringan agar jangan sampai ada masyarakat yang terjebak. Perlu diingat, Islam itu rahmatan lilalamin, dan ISIS tidak mencerminkan itu," tegasnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, NKRI dan Pancasila merupakan harga mati bagi umat Islam dan warga negara Indonesia. "Dan itu merupakan rambu-rambu untuk berbangsa dan bernegara, kalau tidak ada itu bisa bertabrakan," tutupnya.
"Kami telah meminta kepada seluruh khatib Jumat agar dapat menyinggung masalah ISIS ketika berkhotbah. Hal ini sebagai langkah kami untuk menyosialisasikan hal itu kepada masyarakat bahwa itu merupakan ajaran yang tidak benar, ujar Ketua MUI Depok, KH A Dimyathi Badruzzaman, di Depok, Kamis (7/8/2014).
Dimyathi menambahkan, hal tersebut juga dilakukan agar masyarakat melek dan tidak terjerumus dalam ajakan dan ajaran itu. Dari itulah, dirinya mengajak kepada para khotib dan ulama agar mampu membendung paham radikal.
"Sudah saatnya Depok mewaspadai pergerakan ini, terlebih MUI pusat sudah mengatakan jika ajaran tersebut sesat. Intinya kami tidak mau kecolongan terhadap hal itu," paparnya.
Namun begitu, hingga saat ini pihaknya belum menemukan dan mendapat informasi jika ada warga Depok yang turut bergabung dalam pergerakan itu. "Belum ada yang melaporkan, kalaupun ada kami akan meneliti secara objektif," jelasnya.
Sementara itu, Ketua MUI Kecamatan Bojongsari, KH Encep Hidayat mengungkapkan, untuk mengantisipasi pergerakan ISIS di wilayahnya, pihaknya telah berkoordinasi dengan MUI yang berada di wilayah perbatasan seperti Tangsel dan Ciputat.
"Karena Bojongsari ini merupakan wilayah perbatasan, jadi kami pun tentunya harus mewaspadai itu. Selain itu, kami telah mengimbau kepada para asatid agar dapat menyampaikan hal itu kepada masyarakat kalau ISIS itu menyesatkan," tandasnya.
Meskipun begitu, lanjutnya, MUI Kecamatan Bojongsari hingga saat ini belum menemukan warga Bojongsari yang terjerumus atau mengikuti ajaran yang sesat dan menyesatkan.
"Kami tetap waspada, kami akan memanfaatkan jaringan agar jangan sampai ada masyarakat yang terjebak. Perlu diingat, Islam itu rahmatan lilalamin, dan ISIS tidak mencerminkan itu," tegasnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, NKRI dan Pancasila merupakan harga mati bagi umat Islam dan warga negara Indonesia. "Dan itu merupakan rambu-rambu untuk berbangsa dan bernegara, kalau tidak ada itu bisa bertabrakan," tutupnya.
(maf)