Tiga Faktor Prabowo Menang di Madura

Sabtu, 19 Juli 2014 - 19:28 WIB
Tiga Faktor Prabowo...
Tiga Faktor Prabowo Menang di Madura
A A A
JAKARTA - Pengamat sosial politik dari Universitas Trunojoyo Madura (UTM), Faidhal Mubarok menilai pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa wajar bisa menguasai perolehan suara di Pulau Madura dalam pelaksanaan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2014.

"Pihak-pihak yang menuding negatif atas perolehan suara Prabowo di sini karena kurang paham tentang sosio-kultural masyarakat Madura. Setiap pemilihan langsung mulai tingkat kepala desa (pilkades), pilbup, pilgub hingga pilpres dipengaruhi tiga faktor," tutur Faidhal, Sabtu (19/7/2014).

Dia menjelaskan, faktor pertama pengaruh dari tokoh ulama dan tokoh masyarakat di Madura. Para tim sukses Prabowo-Hatta, kata dia, mampu merangkul dua elemen tersebut.

Dalam menentukan pilihan politik, kata dia, masyarakat Madura masih melihat pendapat dan suara dari tokoh masyarakat dan tokoh ulama. "Apa yang diarahkan dua elemen ini bisa menentukan arah dukungan masyarakat Madura. Jika para elite politik paham masalah ini, mereka tidak akan mempermasalahkan kemenangan Prabowo-Hatta di Madura. Namun, karena mereka kurang paham terhadap kondisi yang terjadi di masyarakat, akhirnya menyoroti," ungkapnya.

Menurut Faidhal, masuknya nama RKH Fuad Amin sebagai pendukung pasangan Prabowo-Hatta mempunyai peran besar dalam mempengaruhi pilihan politik masyarakat.

Sebab, kata dia, sikap politik yang diambil mantan Bupati Bangkalan ini, diikuti oleh sebagian besar masyarakat Madura. "Pengaruh Fuad Amin mengakar kuat, apalagi beliau masih trah Bani Cholil di Bangkalan. Sosio kultural masyarakat yang cenderung beranggapan pilihan dua elemen penting sebagai pilihan terbaik bagi mereka juga," paparnya.

Menurut dia, faktor kedua adalah figur dari capres. Masyarakat Madura, sambung Faidhal, dikenal memiliki sifat keras dan tegas. Karakter kuat dan tegas pada diri Prabowo juga mempengaruhi pilihan kalangan masyarakat Madura. Alhasil, menurut sosok Prabowo dianggap mewakili karakter warga Madura.

Terakhir, kata dia, dipengaruhi persepsi pemilih. Pilihan masyarakat saat pileg dengan pilpres berbeda. Saat pileg para kontestan sangat bersentuhan dengan kehidupan masyarakat. Bahkan masih ada yang ikatan keluarga dengan caleg. Kemudian dalam menentukan pilihan, mereka tidak perlu menunggu fatwa dari tokoh ulama dan tokoh masyarakat.

Berbeda saat pilpres, warga kurang mengenal Prabowo-Hatta atau Jokowi-JK, karena tidak bersentuhan langsung. "Lalu dalam menentukan pilihan masih melihat atau mendengar pilihan politik dari tokoh masyarakat atau ulama. Kemudian menentukan hak pilih sesuai persepsinya," tututrnya.
(dam)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0270 seconds (0.1#10.140)