Partisipasi Pemilih di Garut Hanya 60 Persen
A
A
A
GARUT - Partisipasi pemilih pada pelaksanaan Pemilihan Presiden (Pilpres) di Kabupaten Garut ternyata menurun. Dari data sampling sementara siang tadi, partisipasi pemilih di Garut hanya mencapai 60 persen dari apa yang ditargetkan, yaitu 70 persen.
"Itu kami dapat setelah melakukan sampling hingga pukul 12.00 WIB siang tadi. Hasilnya masih di bawah target 70 persen. Hanya baru 60 persen saja," kata Ketua Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Garut Ade Sudrajat, Rabu (9/7/2014).
Meski begitu, tambah dia, tingkat partisipasi ini masih dimungkinkan untuk dapat bertambah. "Karena sifatnya baru sementara. Berapa hasil pastinya, baru kita ketahui nanti," ujarnya.
Ade menduga, masih rendahnya tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pilpres di Garut disebabkan faktor pekerjaan yang dijalani. Rata-rata, warga Garut tidak memilih karena tidak sedang berada di Garut, melainkan tengah bekerja di luar daerah.
"Kami banyak menemukan fakta bahwa sebagian masyarakat Garut bekerja di luar. Mungkin mereka merasa tanggung untuk pulang ke Garut bila hanya untuk memilih. Sebab, pada lebaran Idul Fitri nanti pun mereka harus kembali ke Garut untuk berkumpul dengan keluarga," ungkapnya.
Kendati tingkat partisipasi mengalami penurunan, bukan berarti masyarakat pekerja ini tidak memilih. Sebab, banyak juga di antara mereka yang sebelumnya telah meminta formulir model A5 untuk dipergunakan mencoblos di luar Garut. "Permintaan formulir model A5 juga banyak. Jadi kita berpikir positif dulu. Bukan berarti partisipasi menurun itu menandakan warga Garut tidak memilih. Bisa saja mereka memilih di luar daerah," ucapnya.
Ade menyebutkan, beberapa wilayah di Garut partisipasi masyarakatnya menurun karena faktor pekerjaan. Sejumlah wilayah ini adalah Kecamatan Leles dan Kecamatan Banyuresmi.
Di Kecamatan Leles, ada kampung yang mayoritas penduduk prianya rutin berjualan bendera. Setiap sebelum Agustus, mereka nekat merantau ke daerah lain seperti Sulawesi, Kalimantan, dan lainnya hanya untuk berjualan bendera. Sedangkan di Banyuresmi, ada kampung yang mayoritas penduduknya tukang cukur. Mereka setiap tahun merantau ke luar Garut, seperti ke Jakarta untuk bekerja.
"Jadi, saat ini mereka belum bisa pulang ke Garut kalau hanya untuk mencoblos. Di kampung-kampung seperti inilah, partisipasinya kurang," pungkasnya.
"Itu kami dapat setelah melakukan sampling hingga pukul 12.00 WIB siang tadi. Hasilnya masih di bawah target 70 persen. Hanya baru 60 persen saja," kata Ketua Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Garut Ade Sudrajat, Rabu (9/7/2014).
Meski begitu, tambah dia, tingkat partisipasi ini masih dimungkinkan untuk dapat bertambah. "Karena sifatnya baru sementara. Berapa hasil pastinya, baru kita ketahui nanti," ujarnya.
Ade menduga, masih rendahnya tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pilpres di Garut disebabkan faktor pekerjaan yang dijalani. Rata-rata, warga Garut tidak memilih karena tidak sedang berada di Garut, melainkan tengah bekerja di luar daerah.
"Kami banyak menemukan fakta bahwa sebagian masyarakat Garut bekerja di luar. Mungkin mereka merasa tanggung untuk pulang ke Garut bila hanya untuk memilih. Sebab, pada lebaran Idul Fitri nanti pun mereka harus kembali ke Garut untuk berkumpul dengan keluarga," ungkapnya.
Kendati tingkat partisipasi mengalami penurunan, bukan berarti masyarakat pekerja ini tidak memilih. Sebab, banyak juga di antara mereka yang sebelumnya telah meminta formulir model A5 untuk dipergunakan mencoblos di luar Garut. "Permintaan formulir model A5 juga banyak. Jadi kita berpikir positif dulu. Bukan berarti partisipasi menurun itu menandakan warga Garut tidak memilih. Bisa saja mereka memilih di luar daerah," ucapnya.
Ade menyebutkan, beberapa wilayah di Garut partisipasi masyarakatnya menurun karena faktor pekerjaan. Sejumlah wilayah ini adalah Kecamatan Leles dan Kecamatan Banyuresmi.
Di Kecamatan Leles, ada kampung yang mayoritas penduduk prianya rutin berjualan bendera. Setiap sebelum Agustus, mereka nekat merantau ke daerah lain seperti Sulawesi, Kalimantan, dan lainnya hanya untuk berjualan bendera. Sedangkan di Banyuresmi, ada kampung yang mayoritas penduduknya tukang cukur. Mereka setiap tahun merantau ke luar Garut, seperti ke Jakarta untuk bekerja.
"Jadi, saat ini mereka belum bisa pulang ke Garut kalau hanya untuk mencoblos. Di kampung-kampung seperti inilah, partisipasinya kurang," pungkasnya.
(zik)