Surat Franz Magnis Dinilai Berbahaya
A
A
A
JAKARTA - Surat yang ditulis pakar etika politik dari Sekolah Tinggi Ilmu Filsafat (STF) Driyarkara, Romo Franz Magnis Suseno beredar di media sosial Facebook dan situs laskarjokowi.com.
Dalam situs itu, Romo menyatakan kekhawtirannya jika Prabowo Subianto menjadi pemimpin negeri ini karena dukungan pihak-pihak yang disebutnya sebagai garis keras. Menurut Magnis dalam surat tersebut, jika Prabowo terpilih maka nantinya akan tersandera dengan kelompok garis keras.
Pengamat Media dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Iswandi Syahputra mengaku sudah membaca surat Magnis yang beredar di dunia maya. "Pernyataan seperti itu jelas berbahaya," kata Pengamat Media dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Iswandi Syahputra kepada Sindonews, Rabu (2/7/2014) malam.
Menurut Iswandi, argumentasi yang disampaikan Magnis dalam surat tersebut tidak memiliki dasar. "Kalau yang berbicara seorang akademisi, misalnya didasarkan atas riset. Itu tidak masalah. Tapi ini yang berbicara adalah seorang pakar etika," tuturnya.
Dia menilai pernyataan Magnis justru berpotnesi menyinggung kelompok Islam karena bisa ditafsirkan sebagai bentuk provokasi. Apalagi disampaikan saat puasa dan menjelang pelaksanaan pilpres. "Tentu saya yakin Magnis tidak sedang mengigau," tandasnya.
Jika menilik surat tersebut, dia menduga Magnis sedang berpolitik. Menurut dia, berpolitik itu tidak hanya hanya menyatakan memberikan dukungan, tapi menolak pihak lain juga bisa diartikan sebagai dukungan. "Saya menyarahkan Magnis meminta maaf," katanya.
Dalam situs itu, Romo menyatakan kekhawtirannya jika Prabowo Subianto menjadi pemimpin negeri ini karena dukungan pihak-pihak yang disebutnya sebagai garis keras. Menurut Magnis dalam surat tersebut, jika Prabowo terpilih maka nantinya akan tersandera dengan kelompok garis keras.
Pengamat Media dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Iswandi Syahputra mengaku sudah membaca surat Magnis yang beredar di dunia maya. "Pernyataan seperti itu jelas berbahaya," kata Pengamat Media dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Iswandi Syahputra kepada Sindonews, Rabu (2/7/2014) malam.
Menurut Iswandi, argumentasi yang disampaikan Magnis dalam surat tersebut tidak memiliki dasar. "Kalau yang berbicara seorang akademisi, misalnya didasarkan atas riset. Itu tidak masalah. Tapi ini yang berbicara adalah seorang pakar etika," tuturnya.
Dia menilai pernyataan Magnis justru berpotnesi menyinggung kelompok Islam karena bisa ditafsirkan sebagai bentuk provokasi. Apalagi disampaikan saat puasa dan menjelang pelaksanaan pilpres. "Tentu saya yakin Magnis tidak sedang mengigau," tandasnya.
Jika menilik surat tersebut, dia menduga Magnis sedang berpolitik. Menurut dia, berpolitik itu tidak hanya hanya menyatakan memberikan dukungan, tapi menolak pihak lain juga bisa diartikan sebagai dukungan. "Saya menyarahkan Magnis meminta maaf," katanya.
(dam)