BNN: Pencegahan, Rehabilitasi dan Penegakan Hukum Harus Seimbang
A
A
A
JAKARTA - Dimensi vital guna mengatasi masalah narkoba belum terselesaikan secara tuntas. Badan Narkotika Nasional (BNN) terus berupaya agresif dalam melakukan tiga dimensi utama permasalahan narkoba, yakni pencegahan, rehabilitasi dan penegakan hukum.
Ketiga dimensi ini harus dieksekusi secara seimbang. Sehingga demand and supply narkoba bisa ditekan.
Kepala BNN Komjen Anang Iskandar mengungkapkan, pengurangan demand atau permintaan narkoba dilakukan dengan intensifikasi dan ekstensifikasi dimensi pencegahan dan rehabilitasi. Sedangkan, pengurangan supply atau pasokan, dieksekusi dalam dimensi penegakan hukum dengan penuh ketegasan.
Dalam konteks pengurangan permintaan, Anang menyampaikan, pentingnya gerakan pencegahan dan rehabilitasi secara masif. Sesuai dengan tema Hari Anti Narkotika Internasional (HANI) 2014, yaitu drug use disorders are preventable and treatable (pengguna narkoba dapat dicegah dan direhabilitasi).
Menurut dia, arti dari tema ini lebih menekankan bahwa pengguna bukan kriminal yang pantas diganjar hukuman penjara, tapi dipulihkan mental dan fisiknya dengan cara rehabilitasi.
"Dengan pemulihan fisik dan mentalnya, pengguna bisa kembali berfungsi di tengah-tengah masyarakat, hidup normatif dan sehat. Untuk mencapai kepulihan, pengguna narkoba tidak bisa berusaha sendiri. Mereka butuh dorongan, bantuan, dan semangat dari orang-orang di sekitarnya, sehingga bisa menjalani rehabilitasi dengan maksimal," jelas Anang dalam keterangan persnya, Senin (30/6/2014).
Hingga saat ini, upaya pencegahan dan rehabilitasi belum sepenuhnya masif dan maksimal. Namun, gerakan masyarakat yang sadar akan pentingnya dua aspek ini semakin tinggi.
"Upaya keras masyarakat yang terlibat aktif dalam kegiatan pencegahan dan rehabilitasi tentunya perlu diberikan dukungan penuh dan diapresiasi. Pejuang pencegahan dan rehabilitasi diberikan penghargaan," sambungnya.
Acara peringatan HANI 2014, Wakil Presiden Boediono menganugerahi penghargaan kepada Agus Widanarko (Danar), seorang pria asal Sukoharjo yang dikenal giat mengampanyekan bahaya penyalahgunaan dan peredaran narkoba kepada masyarakat dengan cara blusukan.
Danar sudah blusukan ke 923 kampung untuk kegiatan penyuluhan. Selama perjalanannya menjadi penyuluh narkoba, ia menyampaikan pesan-pesan anti narkoba ke segala kalangan, dari mulai ibu-ibu hingga anak jalanan dengan cara-cara yang kreatif sesuai dengan tren kekinian.
Sedangkan penghargaan kedua diberikan kepada Andi Muhammad Aslam. Direktur Yayasan Laras yang telah banyak bergerak dalam rehabilitasi pengguna narkoba ini aktif melakukan penjangkauan dan pendampingan terhadap pengguna narkoba, serta memberdayakan para pengguna narkoba dengan cara rehabilitasi sosial dan pemberdayaan ekonomi.
Ketiga dimensi ini harus dieksekusi secara seimbang. Sehingga demand and supply narkoba bisa ditekan.
Kepala BNN Komjen Anang Iskandar mengungkapkan, pengurangan demand atau permintaan narkoba dilakukan dengan intensifikasi dan ekstensifikasi dimensi pencegahan dan rehabilitasi. Sedangkan, pengurangan supply atau pasokan, dieksekusi dalam dimensi penegakan hukum dengan penuh ketegasan.
Dalam konteks pengurangan permintaan, Anang menyampaikan, pentingnya gerakan pencegahan dan rehabilitasi secara masif. Sesuai dengan tema Hari Anti Narkotika Internasional (HANI) 2014, yaitu drug use disorders are preventable and treatable (pengguna narkoba dapat dicegah dan direhabilitasi).
Menurut dia, arti dari tema ini lebih menekankan bahwa pengguna bukan kriminal yang pantas diganjar hukuman penjara, tapi dipulihkan mental dan fisiknya dengan cara rehabilitasi.
"Dengan pemulihan fisik dan mentalnya, pengguna bisa kembali berfungsi di tengah-tengah masyarakat, hidup normatif dan sehat. Untuk mencapai kepulihan, pengguna narkoba tidak bisa berusaha sendiri. Mereka butuh dorongan, bantuan, dan semangat dari orang-orang di sekitarnya, sehingga bisa menjalani rehabilitasi dengan maksimal," jelas Anang dalam keterangan persnya, Senin (30/6/2014).
Hingga saat ini, upaya pencegahan dan rehabilitasi belum sepenuhnya masif dan maksimal. Namun, gerakan masyarakat yang sadar akan pentingnya dua aspek ini semakin tinggi.
"Upaya keras masyarakat yang terlibat aktif dalam kegiatan pencegahan dan rehabilitasi tentunya perlu diberikan dukungan penuh dan diapresiasi. Pejuang pencegahan dan rehabilitasi diberikan penghargaan," sambungnya.
Acara peringatan HANI 2014, Wakil Presiden Boediono menganugerahi penghargaan kepada Agus Widanarko (Danar), seorang pria asal Sukoharjo yang dikenal giat mengampanyekan bahaya penyalahgunaan dan peredaran narkoba kepada masyarakat dengan cara blusukan.
Danar sudah blusukan ke 923 kampung untuk kegiatan penyuluhan. Selama perjalanannya menjadi penyuluh narkoba, ia menyampaikan pesan-pesan anti narkoba ke segala kalangan, dari mulai ibu-ibu hingga anak jalanan dengan cara-cara yang kreatif sesuai dengan tren kekinian.
Sedangkan penghargaan kedua diberikan kepada Andi Muhammad Aslam. Direktur Yayasan Laras yang telah banyak bergerak dalam rehabilitasi pengguna narkoba ini aktif melakukan penjangkauan dan pendampingan terhadap pengguna narkoba, serta memberdayakan para pengguna narkoba dengan cara rehabilitasi sosial dan pemberdayaan ekonomi.
(kri)