28 Juta Jiwa di Indonesia Menderita Hepatitis B dan C
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengungkapkan pengidap hepatitis B dan C di Indonesia sebanyak 28 juta jiwa. Prevalensi pengidap hepatitis B sebanyak 9,4 persen dan hepatitis C sebanyak 2,1 persen.
Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Ali Gufron Mukti mengatakan, sebagian dari penderita hepatitis B dan C kebanyakan akan menjadi kanker hati dan dapat menyebabkan kematian.
Sedangkan hepatitis A dan E sering terjadi dan dapat dicegah diobati. Karena penularanya melalui fecal oral lewat makanan.
"Untuk hepatitis A dan E hanya diperlukan untuk hidup bersih dan sehat dan menjaga kebersihan. Sedangkan hepatitis B dan C sudah dilakukan pencegahan melalui vaksin hepatitis B," katanya saat ditemui di Jakarta, Jumat (27/6/2014).
Menurut Ali, faktor terbesar ialah penderita HIV/AIDS. Karenanya cara penularanya sama seperti hirus HIV melalui jarum suntik, penularan ibu ke anaknya, donor darah dan hubungan seksual.
"Banyak penderita HIV mereka juga menderita hepatitis B atau C. Bahkan seseorang yang terkena HIV meninggal disebabkan karena virus hepatitisnya," tegasnya.
Direktur Prngendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes, Slamet mengatakan saat ini tengah mencapai target untuk menspesifikkan pada ibu hamil dan tenaga kesehatan. Karenanya petugas kesehatan adalah kelompok rentan yang memiliki risiko tinggi.
"Jika pada ibu hamil dan dia didapati postif maka kita sudah menyiapkan treatmen untuk anaknya ke depan," ujarnya.
Pencarian data terus diupayakan, hal jni merupakan usaha pemerintah untuk terus menemukan masyarakat yang sudah terinfeksi serta kelompok rentan. Pengembangan akan dilakukan di 14 kabupaten kota untuk melihat hasilnya guna menghasilkan data terbaru penderita hepatitis B dan C.
"Paling rentan hepatitis B dan C yang terinfeksi melewati cairan darah dan ini menyebabkan kronis," tegasnya.
Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Ali Gufron Mukti mengatakan, sebagian dari penderita hepatitis B dan C kebanyakan akan menjadi kanker hati dan dapat menyebabkan kematian.
Sedangkan hepatitis A dan E sering terjadi dan dapat dicegah diobati. Karena penularanya melalui fecal oral lewat makanan.
"Untuk hepatitis A dan E hanya diperlukan untuk hidup bersih dan sehat dan menjaga kebersihan. Sedangkan hepatitis B dan C sudah dilakukan pencegahan melalui vaksin hepatitis B," katanya saat ditemui di Jakarta, Jumat (27/6/2014).
Menurut Ali, faktor terbesar ialah penderita HIV/AIDS. Karenanya cara penularanya sama seperti hirus HIV melalui jarum suntik, penularan ibu ke anaknya, donor darah dan hubungan seksual.
"Banyak penderita HIV mereka juga menderita hepatitis B atau C. Bahkan seseorang yang terkena HIV meninggal disebabkan karena virus hepatitisnya," tegasnya.
Direktur Prngendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes, Slamet mengatakan saat ini tengah mencapai target untuk menspesifikkan pada ibu hamil dan tenaga kesehatan. Karenanya petugas kesehatan adalah kelompok rentan yang memiliki risiko tinggi.
"Jika pada ibu hamil dan dia didapati postif maka kita sudah menyiapkan treatmen untuk anaknya ke depan," ujarnya.
Pencarian data terus diupayakan, hal jni merupakan usaha pemerintah untuk terus menemukan masyarakat yang sudah terinfeksi serta kelompok rentan. Pengembangan akan dilakukan di 14 kabupaten kota untuk melihat hasilnya guna menghasilkan data terbaru penderita hepatitis B dan C.
"Paling rentan hepatitis B dan C yang terinfeksi melewati cairan darah dan ini menyebabkan kronis," tegasnya.
(kri)