Prabowo-Jokowi Mirip Soekarno Usia Berapa?
A
A
A
JAKARTA - Kedua calon presiden dinilai berusaha untuk melekatkan gaya Sang Proklamor Soekarno dalam menarik simpati masyarakat pada Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2014.
Brigjen TNI (Purn) Saafroedin Bahar mempunyai catatan kritis tentang hal ini. Menurut dia, ada dua hal untuk memahami sosok dan ajaran Presiden pertama Indonesia itu .
Saafroedin mengutip pemikiran Romo Mangunwijaya yang menyatakan Soekarno muda sebagai sosok idealis dan merakyat. Sementara Soekarno tua disebutnya menjadi sosok yang diktator.
Dia mempertanyakan, baik Prabowo maupun Jokowi berada pada Soekarno saat usia berapa. Menurut dia, keduanya hanya menjadikan pribadi Soekarno sebagai komoditas politik untuk mendulang dan meningkatkan elektabilitas masing-masing.
"Sungguh diperlukan renungan filosofis secara khusus untuk memperoleh esensi pandangan Soekarno secara komprehensif dan integral. Renungan ini tidak selalu berhasil," kata Saafroedin dalam diskusi bertema Soekarno Sebagai Komoditas Politik Pemilihan Presiden 2014 di Wisma Intra Asia, Tebet, Jakarta Selatan, Rabu (18/6/2014).
Pria yang pernah menjadi anggota MPR dari Fraksi ABRI ini berpendapat, bagi Prabowo dan Jokowi ada tiga wawasan mendasar yang harus dicermati untuk mengadopsi pemikiran Soekarno, yang dianggap sebagai pemikiran brilian (magnum opus) Soekarno.
Ketiganya antara lain, soal Nasionalisme, Islamisme dan Marxisme yang booming sekira tahun 1926, pidato lahirnya Pancasila 1945 dan doktrin Nasakom tahun 1960.
Saafroedin menyimpulkan, komoditas ajaran dan sosok Soekarno hanya bersifat sementara karena kepentingan politik. "Tampaknya yang ingin ditampilkan adalah semangat nasionalisme-ekonomi Soekarno yang ingin membebaskan Indonesia dari cengkeraman modal asing yang memang sudah menggurita hampir di segala sektor," tuturnya.
Brigjen TNI (Purn) Saafroedin Bahar mempunyai catatan kritis tentang hal ini. Menurut dia, ada dua hal untuk memahami sosok dan ajaran Presiden pertama Indonesia itu .
Saafroedin mengutip pemikiran Romo Mangunwijaya yang menyatakan Soekarno muda sebagai sosok idealis dan merakyat. Sementara Soekarno tua disebutnya menjadi sosok yang diktator.
Dia mempertanyakan, baik Prabowo maupun Jokowi berada pada Soekarno saat usia berapa. Menurut dia, keduanya hanya menjadikan pribadi Soekarno sebagai komoditas politik untuk mendulang dan meningkatkan elektabilitas masing-masing.
"Sungguh diperlukan renungan filosofis secara khusus untuk memperoleh esensi pandangan Soekarno secara komprehensif dan integral. Renungan ini tidak selalu berhasil," kata Saafroedin dalam diskusi bertema Soekarno Sebagai Komoditas Politik Pemilihan Presiden 2014 di Wisma Intra Asia, Tebet, Jakarta Selatan, Rabu (18/6/2014).
Pria yang pernah menjadi anggota MPR dari Fraksi ABRI ini berpendapat, bagi Prabowo dan Jokowi ada tiga wawasan mendasar yang harus dicermati untuk mengadopsi pemikiran Soekarno, yang dianggap sebagai pemikiran brilian (magnum opus) Soekarno.
Ketiganya antara lain, soal Nasionalisme, Islamisme dan Marxisme yang booming sekira tahun 1926, pidato lahirnya Pancasila 1945 dan doktrin Nasakom tahun 1960.
Saafroedin menyimpulkan, komoditas ajaran dan sosok Soekarno hanya bersifat sementara karena kepentingan politik. "Tampaknya yang ingin ditampilkan adalah semangat nasionalisme-ekonomi Soekarno yang ingin membebaskan Indonesia dari cengkeraman modal asing yang memang sudah menggurita hampir di segala sektor," tuturnya.
(dam)