Soal Ancaman Bom, Agung Laksono Enggan Berburuk Sangka
A
A
A
JAKARTA - Anggota dewan penasihat tim pemenangan pasangan Capres dan Cawapres Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, Agung Laksono tidak ingin berburuk sangka mengenai pelaku yang mengirimkan pesan singkat berisikan ancaman bom di Rumah Polonia, markas pemenangan Prabowo-Hatta.
"Kan kita enggak bisa menuduh, menuding, jangan-jangan ada pihak ketiga yang sengaja memperkeruh keadaan," kata Agung Laksono di Jakarta, Senin (9/6/2014).
Kendati demikian, Agung yang juga selaku Wakil Ketua umum Partai Golkar itu menolak cara-cara tersebut dalam kampanye pilpres. "Saya kira janganlah pakai-pakai kekerasan begitu. Siapapun enggak boleh. Kita enggak setuju," tutur Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat ini.
Sebelumnya, pesan singkat yang berisikan ancaman bom di markas pasangan Capres dan Cawapres Prabowo Subianto-Hatta Rajasa belum lama ini, dituding sebagai ulah dari kubu Jokowi-JK.
Kendati demikian, Juru Bicara Tim Pemenangan Pasangan calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, Tantowi Yahya, tidak menyebut secara gamblang bahwa pelaku pengirim pesan singkat yang berisikan ancaman bom di rumah Polonia itu dari kubu Jokowi-JK.
"Dukungan rakyat ini banyak kepada Prabowo-Hatta, padahal diancam bom. Ini ulah pihak yang sudah bingung mau ngalahin kita bagaimana. Jadi mereka memainkan permainan negatif," ujarnya di markas pemenangan Prabowo-Hatta di rumah Polonia, Jalan Cipinang Cempedak, Jakarta Timur, Minggu 8 Juni 2014.
Seperti diketahui, pada Sabtu 7 Juni 2014 pukul 15.47 WIB, Direktur Komunikasi dan Media Tim pemenangan Prabowo-Hatta, Budi Purnomo mendapatkan pesan singkat dari nomor 087876018197. Yang isinya akan ada ledakan di Polonia, lebih baik acara Prabowo dibubarkan agar tidak ada korban. Pesan singkat itu didapatnya sebanyak empat kali.
Namun, saat dirinya ingin mengonfirmasi pada nomor tersebut, nomor itu sudah tidak aktif. Lalu, Budi sudah melaporkan pesan singkat ini kepada elite Koalisi Merah Putih yang berwenang, seperti Idrus Marham dan Direktur Operasi Timkamnas Prabowo-Hatta, Edhy Prabowo.
"Kan kita enggak bisa menuduh, menuding, jangan-jangan ada pihak ketiga yang sengaja memperkeruh keadaan," kata Agung Laksono di Jakarta, Senin (9/6/2014).
Kendati demikian, Agung yang juga selaku Wakil Ketua umum Partai Golkar itu menolak cara-cara tersebut dalam kampanye pilpres. "Saya kira janganlah pakai-pakai kekerasan begitu. Siapapun enggak boleh. Kita enggak setuju," tutur Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat ini.
Sebelumnya, pesan singkat yang berisikan ancaman bom di markas pasangan Capres dan Cawapres Prabowo Subianto-Hatta Rajasa belum lama ini, dituding sebagai ulah dari kubu Jokowi-JK.
Kendati demikian, Juru Bicara Tim Pemenangan Pasangan calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, Tantowi Yahya, tidak menyebut secara gamblang bahwa pelaku pengirim pesan singkat yang berisikan ancaman bom di rumah Polonia itu dari kubu Jokowi-JK.
"Dukungan rakyat ini banyak kepada Prabowo-Hatta, padahal diancam bom. Ini ulah pihak yang sudah bingung mau ngalahin kita bagaimana. Jadi mereka memainkan permainan negatif," ujarnya di markas pemenangan Prabowo-Hatta di rumah Polonia, Jalan Cipinang Cempedak, Jakarta Timur, Minggu 8 Juni 2014.
Seperti diketahui, pada Sabtu 7 Juni 2014 pukul 15.47 WIB, Direktur Komunikasi dan Media Tim pemenangan Prabowo-Hatta, Budi Purnomo mendapatkan pesan singkat dari nomor 087876018197. Yang isinya akan ada ledakan di Polonia, lebih baik acara Prabowo dibubarkan agar tidak ada korban. Pesan singkat itu didapatnya sebanyak empat kali.
Namun, saat dirinya ingin mengonfirmasi pada nomor tersebut, nomor itu sudah tidak aktif. Lalu, Budi sudah melaporkan pesan singkat ini kepada elite Koalisi Merah Putih yang berwenang, seperti Idrus Marham dan Direktur Operasi Timkamnas Prabowo-Hatta, Edhy Prabowo.
(kri)