Delegitimasi Cak Imin Kuatkan PKB
A
A
A
JAKARTA - Adanya upaya pihak tertentu yang mengarah kepada delegitimasi terhadap Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), terutama yang dialamatkan ke Muhaimin Iskandar terkait pilpres justru akan menambah kuat soliditas partai tersebut.
Pengamat politik Lembaga Survei Trust Indonesia (LSTI) Muhammad Arwani mengatakan, upaya delegitimasi PKB dalam memenangkan pasangan capres-cawapres Joko Widodo-JK yang diusung PDIP, PKB, Nasdem, Hanura dan PKPI akan membuat partai itu semakin kuat.
Alasannya, kata dia, pertama PKB merupakan partai kader yang basis massanya jelas, terutama kaum Nahdliyyin (NU) yang tidak mudah digoyah oleh pernyataan-pernyataan minor oleh pihak-pihak tertentu.
"Rakyat dan warga NU sudah cerdas menilai pernyataan tokoh-tokoh yang memang tulus dan tendensius," kata Arwani dalam keterangan persnya di Jakarta, Senin (2/6/2014).
Kedua, Arwani menambahkan, kepemimpinan Cak Imin panggilan akrab Muhaimin Iskandar, memiliki keunikan tersendiri yang mampu meyakinkan berbagai kalangan dan kaum Nahdliyyin. Kemampuan diplomasi dan blusukan inilah, lanjut dia, merupakan proses panjang yang dilakukan Cak Imim
Ketiga, Arwani menilai, secara pribadi, Cak Imin merupakan darah biru NU, cucu salah satu pendiri NU, yakni KH Bisyri Syansuri. Karenanya, lanjut dia, sangat wajar jika keberadaannya menjadi ikon NU yang menjadi magnit perolehan suara PKB lebih dari 12 juta.
"Saya kira, darah biru ke-NU-an Cak Imin, menjadi faktor tersendiri untuk meraih dukungan besar dari kaum Nahdliyyin," katanya.
Pengamat politik Lembaga Survei Trust Indonesia (LSTI) Muhammad Arwani mengatakan, upaya delegitimasi PKB dalam memenangkan pasangan capres-cawapres Joko Widodo-JK yang diusung PDIP, PKB, Nasdem, Hanura dan PKPI akan membuat partai itu semakin kuat.
Alasannya, kata dia, pertama PKB merupakan partai kader yang basis massanya jelas, terutama kaum Nahdliyyin (NU) yang tidak mudah digoyah oleh pernyataan-pernyataan minor oleh pihak-pihak tertentu.
"Rakyat dan warga NU sudah cerdas menilai pernyataan tokoh-tokoh yang memang tulus dan tendensius," kata Arwani dalam keterangan persnya di Jakarta, Senin (2/6/2014).
Kedua, Arwani menambahkan, kepemimpinan Cak Imin panggilan akrab Muhaimin Iskandar, memiliki keunikan tersendiri yang mampu meyakinkan berbagai kalangan dan kaum Nahdliyyin. Kemampuan diplomasi dan blusukan inilah, lanjut dia, merupakan proses panjang yang dilakukan Cak Imim
Ketiga, Arwani menilai, secara pribadi, Cak Imin merupakan darah biru NU, cucu salah satu pendiri NU, yakni KH Bisyri Syansuri. Karenanya, lanjut dia, sangat wajar jika keberadaannya menjadi ikon NU yang menjadi magnit perolehan suara PKB lebih dari 12 juta.
"Saya kira, darah biru ke-NU-an Cak Imin, menjadi faktor tersendiri untuk meraih dukungan besar dari kaum Nahdliyyin," katanya.
(mhd)