Magnet Mahfud Lebih Kuat Dibanding Khofifah
A
A
A
SURABAYA - Masuknya Ketua Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa sebagai salah satu Tim Sukses pasangan Jokowi-JK, tidak membawa dampak yang signifikan di Jawa Timur (Jatim).
Hal itu berbeda ketika perhelatan Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jatim beberapa waktu lalu. 'Khofifah Effect' berdampak sangat signifikan terhadap perolehan suara.
Direktur Pusat Demokrasi dan HAM (Pusdeham) Universitas Airlangga Muhammad Asfar mengatakan, pengaruh Khofifah saat pilgub tak berbanding lurus dengan saat pilpres.
"Saat pemilihan gubernur, Khofifah berjuang untuk dirinya sendiri. Warga NU yang memilih Khofifah memiliki cukup ikatan kuat. Apalagi Khofifah memiliki pemilih setia sejak pemilihan gubernur 2008," kata Asfar di Surabaya, Rabu (28/5/2014).
Kata Asfar, justru pengaruh mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD yang lebih signifikan. Setidaknya, di wilayah Madura dan Tapal Kuda sudah terlihat jelas.
Kata Asfar, saat Pilgub Jatim itu, Khofifah berjuangan untuk dirinya sendiri dan warga NU yang memilih Khofifah memiliki pemilih setia sejak Pilgub 2008. Kondisi itu berbeda ketika Pilpres ini. Khofifah memperjuangkan sosok lain.
Asfar juga mengatakan, pada Pemilu 2009 lalu bersama KH Hasym Muzadi (mantan Ketua PBNU) bergerak kesana-emari mendukung pasangan Jusuf Kalla-Wiranto. Bahkan, akibat manuver itu, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarno Putri sempat marah besar karena Khofifah tidak mendukung dirinya yang berpasangan dengan Prabowo Subianto.
"Warga NU paham kok mana tokoh yang bergerak untuk umat dan yang bergerak untuk diri sendiri. Jangan dikira warga NU tidak cerdas. Indikasinya mereka tidak mudah digerakkan. Mereka bisa mengkalkulasi," jelasnya.
Sementara itu, Mahfud MD justru lebih terasa di tapal kuda dan Madura. Wilayah tersebut merupakan basis kuat pendukung Mahfud. Berdasarkan survei nasional, menurut Asfar, elektabilitas Mahfud mencapai empat persen, lebih tinggi daripada Dahlan Iskan.
"Banyak pendukung Mahfud yang kecewa dengan Partai Kebangkitan Bangsa (yang saat ini berada di koalisi partai pendukung Jokowi-JK). PKB dianggap mencederai komitmen dengan Mahfud, mengkhianati Mahfud. GusDurian juga banyak yang kecewa," pungkasnya.
Hal itu berbeda ketika perhelatan Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jatim beberapa waktu lalu. 'Khofifah Effect' berdampak sangat signifikan terhadap perolehan suara.
Direktur Pusat Demokrasi dan HAM (Pusdeham) Universitas Airlangga Muhammad Asfar mengatakan, pengaruh Khofifah saat pilgub tak berbanding lurus dengan saat pilpres.
"Saat pemilihan gubernur, Khofifah berjuang untuk dirinya sendiri. Warga NU yang memilih Khofifah memiliki cukup ikatan kuat. Apalagi Khofifah memiliki pemilih setia sejak pemilihan gubernur 2008," kata Asfar di Surabaya, Rabu (28/5/2014).
Kata Asfar, justru pengaruh mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD yang lebih signifikan. Setidaknya, di wilayah Madura dan Tapal Kuda sudah terlihat jelas.
Kata Asfar, saat Pilgub Jatim itu, Khofifah berjuangan untuk dirinya sendiri dan warga NU yang memilih Khofifah memiliki pemilih setia sejak Pilgub 2008. Kondisi itu berbeda ketika Pilpres ini. Khofifah memperjuangkan sosok lain.
Asfar juga mengatakan, pada Pemilu 2009 lalu bersama KH Hasym Muzadi (mantan Ketua PBNU) bergerak kesana-emari mendukung pasangan Jusuf Kalla-Wiranto. Bahkan, akibat manuver itu, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarno Putri sempat marah besar karena Khofifah tidak mendukung dirinya yang berpasangan dengan Prabowo Subianto.
"Warga NU paham kok mana tokoh yang bergerak untuk umat dan yang bergerak untuk diri sendiri. Jangan dikira warga NU tidak cerdas. Indikasinya mereka tidak mudah digerakkan. Mereka bisa mengkalkulasi," jelasnya.
Sementara itu, Mahfud MD justru lebih terasa di tapal kuda dan Madura. Wilayah tersebut merupakan basis kuat pendukung Mahfud. Berdasarkan survei nasional, menurut Asfar, elektabilitas Mahfud mencapai empat persen, lebih tinggi daripada Dahlan Iskan.
"Banyak pendukung Mahfud yang kecewa dengan Partai Kebangkitan Bangsa (yang saat ini berada di koalisi partai pendukung Jokowi-JK). PKB dianggap mencederai komitmen dengan Mahfud, mengkhianati Mahfud. GusDurian juga banyak yang kecewa," pungkasnya.
(maf)