Jokowi Tipe Pemimpin yang Tak Selesaikan Tugas
A
A
A
DEPOK - Calon Presiden (Capres) Joko Widodo (Jokowi) resmi berpasangan dengan calon wakil presiden (Cawapres) Jusuf Kalla. Terkait bursa pertaruhan capres dan cawapres menjelang pilpres, pemimpin masa kini semestinya meneladani gaya kepemimpinan Ratu Adil versi pahlawan Pangeran Diponegoro.
Antropolog Universitas Indonesia Boedhisantoso mengatakan, saat ini sulit untuk menerapkan kepemimpinan yang jujur, merakyat, dan adil. Para calon pemimpin saat ini tidak terlalu tulus pro rakyat dan blusukan untuk memenangkan hati rakyat terkesan palsu.
"Diponegoro masa sekarang agak sulit, kalau masa sekarang pemimpin harus akrab dengan rakyat, mengetahui penderitaan rakyat, peduli kepentingan rakyat banyak. Para calon juga berupaya memenangkan hati rakyat, seolah-olah memperhatikan," tukasnya dalam seminar di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI), Depok, Senin (19/5/2014).
Guru Besar Antropologi UI ini menilai, sosok Jokowi memang secara kepribadian baik, dan keinginannya memang membantu rakyat, mengentaskan kemiskinan, dan mewujudkan kemakmuran. Namun pemimpin di Indonesia jika sudah duduk di singgasana, ternyata banyak yang tidak membantu dan mendukung rakyat.
"Ayo berani bertaruh, kalau Jokowi memang kepedulian masyarakatnya sangat tinggi, dilakukan segera langsung tak tunggu-tunggu lagi, tapi kalau dia jadi presiden, tentu enggak bisa atur sendiri, pasti cari pembantu-pembantu yang bisa dipercaya, kan lebih banyak malingnya," tukasnya.
Ia khawatir, Jika Jokowi terpilih maka Jokowi tak akan menyelesaikan kepemimpinan selama lima tahun. Apalagi, lanjutnya, Jokowi tipe pemimpin yang tak pernah menuntaskan pekerjaannya.
"Di tengah jalan bisa jatuh. Jokowi itu potongannya orang yang tak menyelesaikan tugasnya. Jadi wali kota belum selesai ke Jakarta, kerja jadi gubernur belum selesai mau jadi presiden. Di tengah jalan presiden nanti tak ada lagi," tegasnya.
Antropolog Universitas Indonesia Boedhisantoso mengatakan, saat ini sulit untuk menerapkan kepemimpinan yang jujur, merakyat, dan adil. Para calon pemimpin saat ini tidak terlalu tulus pro rakyat dan blusukan untuk memenangkan hati rakyat terkesan palsu.
"Diponegoro masa sekarang agak sulit, kalau masa sekarang pemimpin harus akrab dengan rakyat, mengetahui penderitaan rakyat, peduli kepentingan rakyat banyak. Para calon juga berupaya memenangkan hati rakyat, seolah-olah memperhatikan," tukasnya dalam seminar di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI), Depok, Senin (19/5/2014).
Guru Besar Antropologi UI ini menilai, sosok Jokowi memang secara kepribadian baik, dan keinginannya memang membantu rakyat, mengentaskan kemiskinan, dan mewujudkan kemakmuran. Namun pemimpin di Indonesia jika sudah duduk di singgasana, ternyata banyak yang tidak membantu dan mendukung rakyat.
"Ayo berani bertaruh, kalau Jokowi memang kepedulian masyarakatnya sangat tinggi, dilakukan segera langsung tak tunggu-tunggu lagi, tapi kalau dia jadi presiden, tentu enggak bisa atur sendiri, pasti cari pembantu-pembantu yang bisa dipercaya, kan lebih banyak malingnya," tukasnya.
Ia khawatir, Jika Jokowi terpilih maka Jokowi tak akan menyelesaikan kepemimpinan selama lima tahun. Apalagi, lanjutnya, Jokowi tipe pemimpin yang tak pernah menuntaskan pekerjaannya.
"Di tengah jalan bisa jatuh. Jokowi itu potongannya orang yang tak menyelesaikan tugasnya. Jadi wali kota belum selesai ke Jakarta, kerja jadi gubernur belum selesai mau jadi presiden. Di tengah jalan presiden nanti tak ada lagi," tegasnya.
(hyk)