Jelang pilpres, PBNU imbau hindari tindakan provokasi
A
A
A
Sindonews.com - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengimbau kepada para politikus dan pihak-pihak yang terlibat dalam kompetisi calon presiden (capres) agar menghindari tindakan atau langkah-langkah yang tidak etis dan bermoral.
"Misalnya, dengan menyebarkan fitnah tentang lawan politiknya untuk meraih kemenangan," ungkap Wakil Sekjen PBNU, Masduki Baidlowi, di Kantor PBNU, Jumat (16/5/2014).
Lebih jauh, Masduki menyesalkan tindakan sejumlah pihak yang menyebarkan foto yang tidak jelas asal-usulnya dan menuduh salah satu capres dengan nama yang identik dengan etnis dan agama tertentu.
"Misalnya, nama Joko Widodo dihubungkan dengan nama Helbertus yang menjurus ke nama Baptis untuk agama Katolik. Itu jelas sebuah kebohongan dan black campaign yang nyata. Saya tahu, Jokowi itu seorang muslim yang baik, rajin salat," kata pria yang akrab disapa Cak Duki.
Serangan politik seperti itu, lanjut Duki, adalah tindakan yang tidak etis dan tidak bermoral, jauh dari sopan santun dan tatakrama politik yang dianut bangsa Indonesia selama ini. “Silakan saja bersaing atau berkompetisi sekeras apapun, tapi jangan memfitnah, itu tindakan yang zalim,” tegasnya.
Mantan anggota DPR itu mengakui, perebutan RI 1 kali ini memang sangat ketat, tapi itu tidak berarti boleh melakukan apa saja tanpa mengindahkan etika dan sopan santun politik.
"Saya juga mengimbau kepada masyarakat khususnya warga nahdliyin agar tidak mudah terprovokasi dan langsung percaya pada berbagai isu yang disebarkan, terutama melalui sosial media yang sumbernya terkadang tidak jelas," pintanya
"Misalnya, dengan menyebarkan fitnah tentang lawan politiknya untuk meraih kemenangan," ungkap Wakil Sekjen PBNU, Masduki Baidlowi, di Kantor PBNU, Jumat (16/5/2014).
Lebih jauh, Masduki menyesalkan tindakan sejumlah pihak yang menyebarkan foto yang tidak jelas asal-usulnya dan menuduh salah satu capres dengan nama yang identik dengan etnis dan agama tertentu.
"Misalnya, nama Joko Widodo dihubungkan dengan nama Helbertus yang menjurus ke nama Baptis untuk agama Katolik. Itu jelas sebuah kebohongan dan black campaign yang nyata. Saya tahu, Jokowi itu seorang muslim yang baik, rajin salat," kata pria yang akrab disapa Cak Duki.
Serangan politik seperti itu, lanjut Duki, adalah tindakan yang tidak etis dan tidak bermoral, jauh dari sopan santun dan tatakrama politik yang dianut bangsa Indonesia selama ini. “Silakan saja bersaing atau berkompetisi sekeras apapun, tapi jangan memfitnah, itu tindakan yang zalim,” tegasnya.
Mantan anggota DPR itu mengakui, perebutan RI 1 kali ini memang sangat ketat, tapi itu tidak berarti boleh melakukan apa saja tanpa mengindahkan etika dan sopan santun politik.
"Saya juga mengimbau kepada masyarakat khususnya warga nahdliyin agar tidak mudah terprovokasi dan langsung percaya pada berbagai isu yang disebarkan, terutama melalui sosial media yang sumbernya terkadang tidak jelas," pintanya
(kri)