Jokowi diminta terapkan wacana revolusi mental
A
A
A
Sindonews.com - Calon Presiden (Capres) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Joko Widodo (Jokowi) diminta mengkongkretkan gagasan revolusi mental yang ia tulis di salah satu media massa nasional beberapa waktu lalu.
Pakar hukum tata negara Margarito Kamis mengatakan, gagasan revolusi mental bukanlah gagasan yang tergolong baru. Gagasan ini juga pernah disampaikan Mochtar Lubis pada tahun 1972.
Kala itu Mochtar Lubis memunculkan gagasan tersebut, ketika melihat mental orang Indonesia yang pesimis, tidak mau bekerja keras dan tunduk dengan hal yang berbau barat.
Dengan bahasa yang berbeda, tokoh Nahdatul Ulama (NU) Gus Mus juga pernah menyampaikan, bangsa ini butuh mengubah mindset yang negatif dan memberantas mental korup pejabat negara.
Namun, menurut Margarito, di tengah kondisi Indonesia yang tengah dilanda krisis pemimpin akibat korupsi dan kerja birokrasi yang panjang, gagasan revolusi mental yang ditawarkan Jokowi ini menjadi relevan.
“Memulai revolusi mental itu harus dari pimpinan. Memang akan berat. Dan ini harus dilakukan Jokowi, karena dia terlanjur menyampaikan gagasan tersebut,” ujar Margarito saat Dialog Publik “Revolusi Mental ala Jokowi, untuk Rakyat atau Para Pejabat”, di Galery Cave, Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta, Kamis 15 Mei 2014.
Margarito menambahkan, salah satu usaha dalam mengkongkretkan gagasan tersebut, paling tidak dalam memilih calon wakil presiden yang mendampinginya, Jokowi harus memilih tokoh yang bersih dan tidak kontroversial.
Karena, masyarakat dinilainya akan meninggalkan Jokowi jika ia tidak menerapkannya secara konsisten dalam pemerintahannya nanti.
“Pemimpin memang harus berani ambil risiko untuk membawa bangsa ini menjadi lebih baik. Namun, jangan sampai gagasan ini menjadi blunder bagi Jokowi,” ujar Margarito.
Pakar hukum tata negara Margarito Kamis mengatakan, gagasan revolusi mental bukanlah gagasan yang tergolong baru. Gagasan ini juga pernah disampaikan Mochtar Lubis pada tahun 1972.
Kala itu Mochtar Lubis memunculkan gagasan tersebut, ketika melihat mental orang Indonesia yang pesimis, tidak mau bekerja keras dan tunduk dengan hal yang berbau barat.
Dengan bahasa yang berbeda, tokoh Nahdatul Ulama (NU) Gus Mus juga pernah menyampaikan, bangsa ini butuh mengubah mindset yang negatif dan memberantas mental korup pejabat negara.
Namun, menurut Margarito, di tengah kondisi Indonesia yang tengah dilanda krisis pemimpin akibat korupsi dan kerja birokrasi yang panjang, gagasan revolusi mental yang ditawarkan Jokowi ini menjadi relevan.
“Memulai revolusi mental itu harus dari pimpinan. Memang akan berat. Dan ini harus dilakukan Jokowi, karena dia terlanjur menyampaikan gagasan tersebut,” ujar Margarito saat Dialog Publik “Revolusi Mental ala Jokowi, untuk Rakyat atau Para Pejabat”, di Galery Cave, Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta, Kamis 15 Mei 2014.
Margarito menambahkan, salah satu usaha dalam mengkongkretkan gagasan tersebut, paling tidak dalam memilih calon wakil presiden yang mendampinginya, Jokowi harus memilih tokoh yang bersih dan tidak kontroversial.
Karena, masyarakat dinilainya akan meninggalkan Jokowi jika ia tidak menerapkannya secara konsisten dalam pemerintahannya nanti.
“Pemimpin memang harus berani ambil risiko untuk membawa bangsa ini menjadi lebih baik. Namun, jangan sampai gagasan ini menjadi blunder bagi Jokowi,” ujar Margarito.
(maf)