Cara tangkal kekerasan seksual anak dimulai dari keluarga

Rabu, 07 Mei 2014 - 19:16 WIB
Cara tangkal kekerasan seksual anak dimulai dari keluarga
Cara tangkal kekerasan seksual anak dimulai dari keluarga
A A A
Sindonews.com - Keluarga, menjadi kunci utama bagi tumbuh kembang dan pembentukan karakter anak. Budaya dan kebiasaan di dalam keluarga juga tentu membawa pengaruh banyak.

Cara mendidik anak laki-laki dan perempuan di dalam keluarga juga sangat berpengaruh. Jika terlalu banyak anak laki-laki atau perempuan di dalam satu keluarga, hal itu juga akan menentukan sifat anak tersebut.

"Kita lihat saat ini merebak kasus kejahatan seksual, itu penyakit sosial bukan bawaan lahir, faktor lingkungan, dan pembentukan dari keluarga, ada anak laki-laki satu-satunya, kakak-kakaknya perempuan. Maka gaya yang terbentuk bisa terbentuk karakter laki-laki yang agak kewanitaan, atau wanita lebih bergaya laki-laki, hal itu tergantung cara didik," kata Wakil Wali Kota Depok Idris Abdul Somad di ruang kerjanya di Depok, Rabu (7/5/2014).

Menurut Idris, hal itu hanya salah satu faktor kecenderungan mengapa anak berpotensi memiliki kelainan seksual. "Artinya saya melihat kecenderungan bisa dari faktor itu," kata pria yang menjabat sebagai petinggi Majelis Ulama Indonesia (MUI) Depok ini.

Kedua, yakni faktor media yang banyak menonjolkan perilaku atau artis dengan gaya banci, dapat menginternalisasi pikiran anak ataupun remaja. Karena itu, Idris mendorong agar Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) lebih melakukan pembatasan.

"Media sangat berperan, cowok lemah lembut atau banci banyak ditampilkan, itu pengaruh. Makanya KPI berperan lakukan pembatasan," ungkapnya.

Ia menuturkan, membaca dari survei di Amerika Serikat bahwa libido seks anak lebih menguat ketika tak ada kedekatan dengan sang ayah. Ketika tak diarahkan, tak dilampiaskan, kecenderungan anak yang jauh berkomunikasi dengan ayah, memiliki libido seks lebih tinggi.

"Kalau tidak ada ayah, atau komunikasi jauh dengan, maka peran ayah sangat berperan. Ayah ada ayah tiada, ayah enggak pernah memeluk anaknya, ada ayah dan anak malu cipika-cipiki padahal sangat erat hubungannya dengan libido, anak ngadu, curhat, semakin dekat dengan ayah semakin mempengaruhi psikologis anak," ungkapnya.

Idris berpendapat, pendidikan moral, budi pekerti, karakter dan agama harus digalakkan seiring banyaknya kasus kekerasan anak baik kekerasan seksual ataupun anak sebagai korban dan pelaku. Orang tua juga diminta tidak lupa memperkuat mental anak secara rohani salah satunya dengan ajaran agama.

Selain itu, lanjutnya, arahan ajaran agama sejak dini, baik anak sebagai subjek atau objek, mampu menangkal pengaruh buruk lingkungan. Selain agama sesuai ajaran nabi dalam agama Islam, kebugaran melalui olahraga juga disarankan diterapkan kepada anak.

"Yang disunahkan adalah ajarkan anak olahraga menunggang kuda, itu melatih keseimbangan emosi luar biasa, daya seks juga terkendali, kemudian berenang, dan memanah melatih kejantanan," ucapnya.

Idris menambahkan olahraga dapat mengurangi ketegangan seseorang. Namun memang pengaruh media teknologi juga membuat anak semakin mudah mendapatkan pengaruh negatif pornografi.

"Saya juga sering download ayat-ayat suci misalnya, tetapi keluar berbagai pilihan situs-situs atau muncul gambar-gambar aneh, ini kejahatan teknologi begitu besar," jelasnya.

Karena itu, kebugaran jasmani pada anak akan mampu mendukung mental anak menjadi lebih terkontrol. "Lalu ajaran Nabi lainnya misalnya ketuk pintu kamar orang tua pada waktu sebelum Subuh, setelah Zuhur, setelah Isya. Agar enggak nyelonong buka.

"Ada waktu-waktu sensitif di dalam keluarga. Agama pun kaya tentang itu, kan bisa dimodifikasi psikologi modern. Tidak melarang kembangkan ilmu itu, kita juga bisa terapkan reward dan punishment pada anak," tandasnya.
(kri)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6209 seconds (0.1#10.140)